Pecinta Majapahit: Dulu Ketika Cina Datang, Kita Sambut Pakai Golok

perang majapahit cina Indonesia memiliki sejarah hubungan diplomatik yang cukup baik dengan Jepang. Hal itu diungkapkan oleh mereka yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Majapahit usai menggelar audiensi dengan pihak Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Sumarwoto, Ketua Komunitas Pecinta Majapahit menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang dengan Jepang. Jauh pada abad ke-15, Indonesia dan Jepang merupakan negara-negara yang menjadi incaran Cina.
“Dulu tentara China berusaha menguasai dunia, jadi ingin menginvasi Jepang dan Indonesia. Tapi saat menyerang, mereka mengalami gagal dua kali karena katanya Jepang dibantu Dewa Laut,” ungkap Sumarwoto, di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.
Setelah itu, Cina memutar haluan ingin menyerbu Kerajaan Singosari yang terletak di Jawa Timur. Sang raja, Kartanegara mengaku tak gentar dengan serangan tentara Cina dan malah membuat utusan mereka malu dengan mencoreng-coreng mukanya serta dipotong daun telinganya.
“Utusan tersebut malah dipotong telinganya dan diberi surat kalau nusantara tidak mau tunduk,” imbuh Sumarwoto. Istilahnya, ketika Cina datang ke Nusantara maka langsung disambut pakai golok.
Berangkat dari kesamaan nasib inilah, Indonesia membentuk aliansi dengan pihak Okanawa, Jepang. Hingga kemudian, terbentuk Komunitas Pecinta Majapahit.
Tak hanya berisi orang-orang Indonesia saja, komunitas ini juga memiliki anggota yang berasal dari Negeri Sakura. Sebut saja Takojo Yoahiaki yang menjabat sebagai sekretaris umum, dan Yuji Hamada.
Takojo mengungkapkan telah berada di Indonesia sejak 15 tahun silam. Hingga kini, ia mengaku sangat mencintai budaya Indonesia melebihi kecintaan pada negaranya sendiri. Sehingga ia begitu mendukung dengan rencana Komunitas Pecinta Majapahit yang ingin menghibahkan replika Kapal Majapahit ke pemerintah Jepang.
Rencana ini berawal dari 2010 silam, mereka mendatangi para ahli perkapalan dari Prancis, Jerman, ITS, UI, USU dan UNAS untuk membangun replika Kapal Majapahit.
Tapi ternyata rencana tak berjalan sesuai harapan, pada saat kapal hendak diberangkatkan terjadi badai Taifun di Tiongkok. Keinginan itu lalu tertunda hingga setahun kemudian. Tapi apa daya, ketika 2011 Jepang juga dihantam Tsunami yang cukup besar.
Setelah empat tahun tertahan, kemudian rencana ini hampir berhasil diwujudkan ketika mereka mendapat undangan Kementerian Pariwisata untuk memeriahkan acara Gerhana Matahari Total (GMT) di Bangka Belitung pada Maret mendatang.
Kapal Majapahit ini panjangnya 20 meter dengan lebar 45 meter. Kemudian memiliki cadik yang berukuran 20 kali 8 meter. Serta dilengkapi dengan dua layar besar,” imbuh Takajo.
Kapal akan diberangkatkan dari Gilimanuk Bali menuju Pati, Jawa Tengah. Di sini kapal akan bersandar selama 10 hari untuk memasang ukir-ukiran yang sudah menjadi ciri khas Kerajaan Majapahit.
Setelah itu, rencananya kapal akan berlayar menuju Jakarta lalu berlanjut ke Bangka Belitung. Setelah dilepas secara resmi oleh pemerintah, kapal ini akan mengarungi lautan dengan rute Batam-Hoching-Huei (Vietnam)-Hong Kong-Kasiung (Taiwan)-Okinawa-Kagosima -Kamajura dan terakhir berlabuh di Tokyo.
“Setelah dari Pati masih rencana tentatif akan di bawa ke Surabaya karena Majapahit berasal dari sana,” kata Marwoto melanjutkan.
Sedangkan untuk pelayaran menuju Jepang, kapal ini nantinya hanya akan memuat 13 penumpang. Terdiri dari satu nahkoda, satu mekanik, empat anak buah kapal, satu fotografer. Lalu akan ada pula dua mahasiswa asal Jepang dan dua mahasiwa Indonesia. Tak ketinggalan, media Jepang dan Indonesia pun akan diajak dalam pelayaran selama kurang lebih tiga bulan tersebut.
“Pertengahan Mei akan masuk Jepang lalu akan dihibahkan ke pemerintah Jepang untuk dijadikan monumen kapal Majapahit. Terserah pihak Jepang ditempatkan di mana. Sebagai pengingat dan lambang perjalanan Majapahit yang pernah ke Jepang,” tutupnya. (ts/pm)

No comments: