Belajar dari Kaum Madyan, Azab Bagi Pedagang yang Curang

timbangan (ilustrasi)
timbangan (ilustrasi)
Dalam Alquran, kehancuran umat-umat terdahulu itu dijelaskan dengan sangat perinci, mengenai perilaku dan sifat-sifatnya. Misalnya, umat Nabi Luth (kaum Sodom) yang melakukan perkawinan dengan pasangan sesama jenis (homoseksual), kaum Tsamud (umat Nabi Saleh) yang tidak mempercayai Nabi Saleh AS sebagai seorang utusan Allah dan membunuh unta betina hingga mereka ditimpakan azab, berupa suara petir yang menggelegar dan menghancurkan rumah-rumah mereka.
Hal yang sama juga ditimpakan pada umat Nabi Syu'aib (kaum Madyan dan Aikah) yang senantiasa melakukan penipuan atau kecurangan dalam perdagangan. Dalam melaksanakan bisnis perdagangan, mereka (Madyan dan Aikah) ini selalu mengurangi timbangan dan takaran dari semestinya.
Kenyataan ini pun banyak dijumpai pada zaman sekarang ini. Banyak pedagang yang mengurangi timbangan dan takaran dalam transaksi yang mereka lakukan dengan para pembeli. Perintah Allah kepada setiap pedagang. ''Dan, tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan jangan mengurangi takaran itu.'' (QS Arrahman: 9).
Dalam ayat lain, Allah menunjukkan perilaku dari para pedagang yang curang tersebut. ''Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.'' (Al-Muthaffifin: 1-3).

Walaupun sudah diperingatkan berkali-kali untuk tidak melakukan perbuatan menipu dan kecurangan dalam perdagangan, kaum Madyan tetap pada pendiriannya.
Karena itulah, Allah SWT kemudian menurunkan azab kepada umat yang membangkang ini melalui sebuah gempa dan hawa panas (berupa dentuman dahsyat yang menggelegar) hingga mereka jatuh bergelimpangan (mati) di dalam rumahnya masing-masing. (Al-A'raaf: 91).
Itulah azab bagi orang-orang yang senantiasa melakukan kecurangan dalam perdagangan (bisnis). Kecurangan yang dilakukan kaum Madyan ini, menurut beberapa ahli tafsir, tidak hanya mengurangi takaran atau timbangan saja.
Mereka juga senantiasa menimbun harta atau barang-barang yang diperjualbelikan. Bila harga barang murah, mereka membeli sangat banyak dan menumpuk (menimbunnya) di rumah-rumah mereka. Lalu, ketika harga-harga naik (tinggi), mereka menjualnya dengan harga yang sangat tinggi (mencekik) kepada para pembeli.
Selain itu, kaum Madyan ini juga seringkali melakukan kerusakan di muka bumi. Kerusakan yang dibuat adalah dengan duduk-duduk di tepi jalan, dengan cara menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman ke jalan Allah.
Padahal, Nabi Syuaib AS dan nabi-nabi lain yang diutus pada suatu kaum (umat) senantiasa memberikan peringatan kepada mereka. Dan, jika mengingkarinya, mereka akan ditimpakan azab yang sangat mengerikan.
''Dan, Kami tidaklah mengurus seseorang nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.'' (Al-A'raaf: 94).
Pada ayat selanjutnya diterangkan, ''Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.'' (QS Al-A'raaf: 96).

Dimana Kaum Madyan Tinggal?

Madyan adalah nama salah satu putra Nabi Ibrahim AS yang kemudian menjadi nama Kabilah dan terdiri atas anak cucu Madyan. Kabilah ini berdiam di suatu tempat yang akhirnya dinamakan Madyan dan terletak di dekat pantai Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Kawasan ini terletak di daerah Yordania yang berbatasan dengan Palestina.
Nabi Syuaib diutus oleh Allah SWT kepada Kaum Madyan untuk mengajak mereka menyembah Allah. Sebuah sumber menyebutkan, Madyan berada di ujung Syam (Syria sekarang) dan berbatasan dengan Hijaz (Arab Saudi).
Beberapa pendapat menyebutkan, Nabi Syuaib diutus kepada kaum Madyan dan kaum Aikah, yaitu umat yang menyembah hutan. Namun, ada pula yang mengatakan, kaum Aikah itu adalah suku Madyan tersebut. Pendapat ini menyatakan bahwa kaum Madyan memiliki pekerjaan sebagai pedagang dan petani. Dan, sesembahannya adalah hutan belantara yang di dalamnya tumbuh pepohonan yang sangat besar.
Namun, bila merujuk pada ayat Alquran, kedua umat ini berbeda. Namun, lokasi keduanya berdekatan dan nabi yang diutus adalah Nabi Syuaib. Hal ini dibuktikan dengan azab yang ditimpakan kepada kaum Madyan berupa gempa, sedangkan kepada kaum Aikah berupa gumpalan awan dari langit. Mereka berusaha mendekati awan itu untuk berlindung, namun sebaliknya justru mereka merasakan panas yang luar biasa selama tujuh hari. Karena itu, kaum Aikah ini menyaksikan air-air sumur mereka mengering.
''Kemudian, mereka ditimpa gempa maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, yaitu orang-orang yang mendustakan Nabi Syuaib, mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS Al-A'raaf: 91-92).

Kemudian, Allah mengutus Syuaib kepada penduduk Aikah dekat dari daerah Madyan. Tatkala mereka mendustakan Nabi Syuaib, Allah menimpakan azab bagi mereka pada hari dinaungi awan, yaitu Allah menimpakan pada mereka rasa panas selama tujuh hari sehingga air-air mereka kekeringan.
Dan, awan itu menggiring mereka. Kemudian, mereka berlindung di bawah awan karena rasa panas sekali. Namun, bukannya perlindungan yang mereka dapatkan, sebaliknya awan yang mereka temui itu secara tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh yang dahsyat dan akhirnya menghancurkan mereka semua.
Allah berfirman, ''Kemudian mereka mendustakan Syuaib lalu mereka ditimpa azab pada hari mereka dinaungi awan, sesungguhnya azab itu adalah azab hari yang besar.'' (QS Asy syu'araa: 189).
Merujuk dari dua keterangan ini, jelaslah bahwa letak Madyan dan Aikah adalah di dekat Laut Merah di sebelah tenggara Gunung Sinai. Kawasan ini terletak di daerah Yordania yang berbatasan dengan Palestina.
Adapun bukti-bukti peninggalan kaum Madyan dan Aikah, hingga kini belum ada pihak yang menyebutkan telah menemukannya. Termasuk bentuk timbangan atau hutan belantara yang menjadi sesembahan kaum Madyan dan Aikah ini. Dan, sejumlah lokasi telah diduga sebagai tempat berdiamnya kaum Madyan dan Aikah.
Nabi Syuaib AS diperkirakan hidup pada tahun 1600-1490 SM dan diangkat menjadi nabi pada 1550 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Madyan dan penduduk Aikah.
Sumber : Pusat Data Republika

No comments: