Laksamana Cheng Ho: Kasim yang Menjelajah hingga 30 Negara

cheng ho
LAKSAMANA Cheng Ho telah melampaui para pengembara Barat sekaliber Christopher Columbus dan Vasco da Gama dalam menjelajahi samudera yang luas sebanyak tujuh kali pelayaran. Ia mengemban misi dakwahnya hingga 30 negara dengan cara yang simpatik dan membawa pesan perdamaian.
Laksamana Cheng Ho punya banyak nama, yakni Zheng He, TheHo, Sam Po (Sam Bao), Sam Po Kong (San Bao Gong), Sam Po Taijin (San Bao Daren), Sam Po Toa Lang dan Sam Po Tai Kam (San Bao Taijian). Adapun nama aslinya adalah Ma He.
Nama-nama itu sangat popular di kalangan orang-orang Tionghoa Asia Tenggara, khususnya generasi tua. Namun, pengetahuan mereka akan sosok dan peran Cheng Ho lebih banyak didasarkan pada legenda atau dongeng.
Cheng Ho sendiri adalah sebuah nama yang diberikan oleh Ming Cheng Tzu atau yang lebih dikenal dengan Kaisar Yong Le (Kaisar Zhu Di), kaisar ke-23 Dinasti Ming yang berkuasa di Tiongkok dari 1403-1424.
Jalinan persahabatannya dengan sang kaisar menghantarkan kepadanya anugerah jabatan tinggi dana nama keluarga baru, Cheng. Maka disebutlah dengan nama Cheng Ho.
Menurut sejarah resmi Dinasti Ming (Mingsi), Cheng Ho dilahirkan tahun 1371 M di Distrik Kunyang, Provinsi Yunnan, wilayah yang sudah lama dihuni oleh para pemeluk Islam.
Ia dilahirkan dari keluarga miskin etnis Hui di Yunnan. Hui adalah komunitas muslim Cina berdasarkan campuran Mongol-Turki. Ayahnya bernama Ma Hazhi (Haji Ma). Ibunya bernama marga Wen. Yang menarik, ahli sejarah bernama Prof. Haji Lie Shishou,Cheng Ho disebut-sebut keturunan ke-37 Nabi Muhammad Saw. Dikatakan, nenek moyang Cheng Hoyang ke-11 adalah utusan (duta besar) negeri Bokhari (Arab Saudi) yang bernama Sayyidina Syafii (cucu ke-26 dari Nabi Muhammad saw).
Pada waktu Cheng Ho berusia 12 tahun, Provinsi Yunan direbut oleh tentara Dinasti Ming menggantikan Dinasti Yuan. Saat itu Cheng Ho dan sejumlah anak muda lainnya ditawan dan dikebiri oleh tentara Ming. Cheng Ho dibawa ke Nanjing sebagai kasim atau pelayan intern di istana.
Sejak berbakti kepada pangeran Zhu Di, putera ke-4 Kaisar Zhu Yuanzhang (kaisar pertama Dinasti Ming), Cheng Homemanfaatkan segala fasilitas dengan banyak membaca dan ikut bertempur.
Berkat keberanian dan kecerdasanCheng Ho yang turut andil menggulingkan Kaisar Zhu Yunwen membuat Kaisar Zhu Di kagum padanya. Sejak itu dianugrahilah nama marga Cheng kepada Ma He (nama asli Cheng Ho). Diangkatnya sebagai kepala kasim intern di Istana, Cheng Ho bertugas membangun istana, menyediakan alat-alat istana, mengurus gudang es dan lain-lain.
Pada awal abad ke-15, Kaisar Zhu Di memerintahkan Che Ho untuk melakukan pelayaran-pelayaran (ekspedisi laut) ke Samudera Barat dalam rangka menjalin persahabatan dan memelihara perdamaian antara Tiongkok dengan negara-negara asing. ChengHo pun diangkat sebagai laksamana, komandan tertinggi yang membawahi abdi dalem di dinas rumah tangga istana.
Dalam ekspedisinya, Cheng Ho didampingi oleh wakil dan dan sekretarisnya, diantaranya:Laksamana Muda Heo Shien (Husain), Ma Huan, dan Fei Shin (Faisal). Selain Ma Huan yang mahir berbahasa Arab, Cheng Ho juga mengikut sertakan Hassan, seorang imam dari bekas Ibukota Sin An (Changan), yang bertindak sebagai juru bahasa Arab.
Dalam “politik diplomasi laut” itu Kaisar Zhu Di menggelar armada berjumlah 62 kapal besar dan 225 junk (kapal berukuran lebih kecil) serta 27.550 perwira dan prajurit, termasuk ahli astronomi, politikus, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, tabib, juru tulis, dan intelektual agama.
Cheng Ho mengadakan ekspedisi laut sebanyak tujuh kali sejak 1405-1433. Telah lebih dari 37 negara telah dikunjunginya dalam pelayarannya itu. Dilihat dari kuantitas dan waktu, ekspedisi Cheng Ho jauh melampaui para pengembara asal Eropa: Christopher Columbus, Vasco da Gama, Ferdinand Magellan, Francis Drake dan lain-lain
Penjelajah Pertama
Gavin Menzies, mantan kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Inggris menulis buku controversial berjudul: 1421: The Year China Discovered America. Dalam bukunya, Menzies menyebutkan bahwa armada-armada Cheng Ho mendarat di benua Amerika dan mengelilingi dunia jauh lebih awal ketimbang Ferdinand Magellan atau Christopher Columbus.
Atas pendapat tersebut, beberapa sejarawan masih mempertanyakan ihwal apakah armada-armada Cheng Ho pernah mengunjungi Amerika bagian utara sebelum orang-orang Barat? Apakah armada Cheng Ho merupakan ekspedisi yang pertama mengelilingi dunia?
Menurut Guru Besar sejarah Universitas Indonesia (UI) R.Z Leirissa, bukti-bukti yang dikumpulkan Menzies belum meyakinkan. Dengan kata lain, peta-peta Barat yang dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dari seumber-sumber Tiongkok zaman Cheng Ho itu perlu ditelaah lebih mendalam.
“Tak satu pun peta China yang dapat ditemukan hingga kini, kecuali peta-peta Kangnido dan Mao Kun yang tidak mencakup informasi tentang benua Amerika,” kata Leiresa.
Berikut tujuh ekspedisi pelayaran (muhibah) yang dilakukan Cheng Hoke wilayah luar perbatasan Tiongkok: Ekspedisi I (1405-1407) berangkat dari Ibukota Nanjing ke Calicut (Kozhikode di negara bagian Kerala, India Selatan), juga mengunjungi Champa, Jawa Sriwijaya, serta beberapa tempat di Sumatera dan Srilangka (Ceylon). Ekspedisi II (1407-1409) berlayar ke India untuk mengangkat raja baru di Calicut.
Ekspedisi III (1409-1411) menuju Champa, Temasek, Malaka, Sumatera (Samudra dan Tamiang), Calicut dan Ceylon (Srilangka). Ekspedisi IV (1413-1415) adalah pelayaran ke Champa, Jawa, Sumatera, Malaya, Maladewa, Srilangka, India, hingga Hormuz.
Ekspedisi V (1417-1419) menuju Champa, Jawa, Palembang, Malaka, Aden, Mogadishu, Brawa, Malindi di pantai Barat Afrika. Ekspedisi VI (1421-1422) menuju Afrika, juga melalui Malaka, Aru, Samudera, Lambri, Coimbattore, Kayal, Ceylon, Hormuz, Dhufar, La-sa, Aden, Mogadishu, Brafa, Thailand. Terakhir, ekspedisi VII (1431-1433) mengunjungi 20 negara, diantaranya menuju Vietnam bagian selatan, Surabaya, Palembang, Malaka, Samudra, Ceylon, Calicut, Afrika dan Jeddah. Setiap pelayaran armada itu memakan waktu satu hingga tiga tahun. Meski telah keliling dunia,Cheng Ho tidak pernah berhasil mencapai Makkah.
Ketujuh pelayaran di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho bisa dipastikan merupakan perjalanan sebuah diplomasi kebudayaan.Cheng Ho menyebarluaskan kebesaran kekuasaan Tiongkok dan keluruhan kebudayaan Tionghoa tanpa harus menggunakan jalan kekerasan.


DI NEGERI asalnya, daratan Tiongkok, Cheng Ho ditokohkan sebagai simbol diplomasi damai. Namun, sebagian sejarawan Barat masih ada yang menganggap Cheng Ho sebagai figure “neokolonialis dan “imperialis”. Pelayaran Cheng Ho dianggap penuh dengan aspek kekerasan dan bertujuan sama seperti Barat, yaitu menjajah Asia Tenggara.

Berbeda dengan sejarawan Asia yang mengatakan Cheng Ho bukan neokolonialis, karena selama berlayar tidak pernah menduduki sejengkal pun tanah orang, tidak punya koloni, dan juga tidak mengeruk kekayaan negeri lain untuk dibawa pulangke Tiongkok.

Di bawah pimpinan Cheng Ho, ada tujuh pelayaran yang dilatarbelakangi oleh ambisi Dinasti Ming untuk menunjukkan keperkasaan militer, keagungan budaya Tiongkok, dan keinginan memulihkan kembali hubungan kekaisaran Tiongkok dengan negara-negara pembayar upeti di wilayah selatan yang sempat terputus menjelang runtuhnya Dinasti Yuan.

Kekaisaran Ming tidak menjajah atau menempatkan tentara serta mengeksploitasi sumber daya alam wiayah-wilayah tersebut. Cheng Ho sengaja memerkan kekuatan militer dan memperkuat hegemoni Kekaisaran Tiongkok sambil menebarkan keluhuran kebudayaan Tiongkok dengan jalan damai. Meskipun tidak segan menggunakan jalan kekerasan sebagaimana pernah dilakukannya ketika menangkap Chen Zuyi di Palembang atau saat menawan Raja Ceylon.

Salah satu tujuan pelayaran Cheng Ho ke selatan adalah untuk melacak keberadaan pemberontak bernama Chen Zuyi yang mendapat cap “bandit” atau bajak laut. Karena terdesak oleh pergerakan tentara Ming, dia terpaksa menyingkir ke Palembang.

Yang jelas, Cheng Ho bisa saja menggunakan kekuatan untuk memberlakukan sistem kolonialisme dan imperialisme di wilayah Laut Selatan. Akan tetapi hal itu tidak ia lakukan. Pelayaran Cheng Ho, ibarat “misi diplomasi kebudayaan”. Itu dibuktikan oleh berbagai petilasan di Nusantara yang memperlihatkan adanya percampuran budaya lokal, Islam, dan Tiongkok.

Adanya hubungan Dinasti Ming dengan Asia Tenggara, khususnya Kerajaan Malaka, karena ketika itu terjadi kevakuman kuasa politik di kawasan Asia Tenggara dan Lautan Pasifik pada awal abad ke-15. kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit yang sempat berjaya di kawasan itu sudah terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Pengaruh mereka mulai meredup dan hilang.

Begitu pula kekuasaan Arab di Timur Tengah. Pada periode itulah muncul pengaruh Parameswara dari Kerajaan Malaka danLaksamana Cheng Ho dari Tiongkok.

Lenyapnya kekuatan politik kerajaan-kerajaan besar di Nusantara mengakibatkan ketentraman dan keamanan di seluruh lautan Nusantara menjadi terganggu. Perompak dari daratan Cina, Jepang, India, dan terutama dari Nusantara sendiri, leluasa menjalankan aksi.

Mereka nyaris menguasai seluruh pelosok Nusantara. Merebaknya aksi-aksi bajak laut  tentu sangant mengganggu arus perdagangan di rantau, terutama hubungan dagang antara China dan dunia Arab serta Eropa.

Dengan latar belakang itulah Kaisar Zhu Di mengutus Laksamana Cheng Ho untuk mengarungi Lautan Barat sebanyak tujuh kali sejak 1405 sampai 1433. (Gavin Menzies mengatakan dimulai sejak 1403).

Ada beberapa tujuan Kaisar Zhu Di mempercayakan Cheng Ho untuk melakukan tujuh pelayaran ke sejumlah belahan dunia. Tujuan terpentingnya adalah, Kaisar Zhu di menggunakan armada-armada Cheng Ho itu untuk menjalin kembali silaturahim negara-negara di Nusantara, Arab dan Afrika bagian timur. Hubungan antara mereka dan Cina sempat terhenti akibat serangan dan pendudukan tentara Mongol.

Tujuan kedua, untuk membuka kembali perdagangan kerajaan yang sempat terputus. Seperti diketahui, Kaisar Zhu Yuanzhang pernah melarang semua aktivitas perdagangan antarabangsa sejak Dinasti Ming berdiri. Itulah sebabnya Kaisar Zhu Di mencoba memecahkan masalah dengan melanjutkan prdagangan luar negeri.

Tujuan lainnya adalah untuk melakukan penelitian  tentang Lautan Barat. Sebagaimana diketahui, armada Cheng Homengikutsertakan banyak ahli pembuat peta (kartografer), peneliti kelautan (oseanografer), ahli perbintangan  (astrolog), peneliti budaya (antropolog dan etnolog), ahli ilmu bahasa (linguis), ahli diplomasi, ahli kependudukan (demograf), ahli biologi dan pendakwah agama Islam. Diantara pembantu Cheng Ho terdapat banyak imam dan orang Muslim mahir berbahas Arab, Persia dan Melayu.
Laporkan iklan?

Interprestasi lain oleh kalangan sejarawan ihwal pelayaran armada-armada Cheng Ho sebetulnya merupakan usaha Kaisar Ming  untuk menantang Tamerlan dengan mencari sekutu di Asia Selatan, khususnya India. Seperti diketaui Tamerlan atau yang lebih dikenal Timur Leng berhasrat untuk membangun kembali kejayaan bangsa Tartar semasa Genghis Khan.
[Desastian/Islampos]

No comments: