, Misteri Tsunami Alaska Akhirnya Terpecahkan Setelah 50 Tahun

Setelah 50 berjuang melakukan riset mendalam, misteri tsunami Alaska akhirnya terpecahkan oleh para peneliti.
Setelah 50 Tahun, Misteri Tsunami Alaska Akhirnya TerpecahkanKerusakan parah sesaat setelah gempa bumi di Alaska tahun 1964. (U.S. Army via Wikimedia Commons)
Tsunami dahsyat yang muncul setelah gempa alaska besar pada 1964  itu meratakan sebuah desa terpencil, menghancurkan hampir semua bangunan dan menewaskan 23 orang.
Namun berkat gambar dasar laut yang rinci, para ilmuwan dari Survei Geologi AS sekarang percaya serangkaian tanah longsor bawah laut sedalam 1.150 kaki bertanggung jawab atas gelombang besar yang melanda desa Chenega di Prince William Sound tersebut.
Sembilan orang tewas di Anchorage, kota terbesar Alaska, dari gempa 9,2 magnitude, yang terbesar kedua dalam sejarah. Gempa ini menyebabkan tsunami trans-laut yang membawa gelombang ke kota-kota Alaska seperti Valdez, Seward dan Whittier dan ke pantai barat.
Empat orang yang sedang berkemah di pantai meninggal di Newport, Oregon. Selusin meninggal dalam komunitas Northern California dari Crescent City.
Menarik untuk melihat teknologi berkembang sehingga kita sekarang bisa mendapatkan gambar resolusi tinggi dari dasar laut yang kita tidak bisa lihat sebelumnya dan untuk menentukan sumber yang paling mungkin untuk gelombang.
“Setelah 50 tahun, pekerjaan baru ini menegaskan inferensi asli bahwa mungkin gelombang longsor yang dihasilkanlah yang menghancurkan Chenega bertahun-tahun yang lalu, tapi kami tidak punya data kapal selam yang memadai untuk menentukan baik ukuran atau lokasi sumber Longsor," tutur George Plafker ahli geologi USGS yang bersama rekannya Larry Mayo, adalah salah satu responden pertama yang menulis beberapa laporan lapangan geologi awal tentang efek permukaan gelombang Chenega tahun 1965.
Para ilmuwan telah lama menduga longsorlah yang harus disalahkan atas apa yang telah banyak dikenal sebagai tsunami Chenega. Tetapi pada saat bencana, mereka tidak memiliki teknologi untuk membuktikannya.
(Ade Sulaeman/Foxnews.com via Intisari Online

No comments: