Ummu Hakim, Wanita Setia Pejuang Islam

Ia seorang muslimah terhormat, mukminah suci, sahabat yang mulia, ahli ibadah merangkap pejuang wanita dan putri mujahid yang meraih syahid.

Ummu Hakim, Wanita Setia Pejuang Islam
Ilustrasi.
Dalam perang melawan Romawi, ia berhasil mengangkat psikis pasukan muslimin, sehingga dengan serentak mereka maju hingga meraih kemenangan berkat izin Allah. UMMU Hakim binti Harits bin Hisyam bin Mughirah Al-Makhzumiyah memiliki jejak rekam hidup yang terpuji dan reputasi mulia dalam Islam. Ia hidup di antara orang-orang yang memegang teguh kesetiaan dan rela berkorban.
Kedudukannya mengalahkan para pejuang yang mulia. Ia menyumbang andil besar dalam mengangkat kedudukan wanita muslimah pada tingkat yang prestisius. Ia seorang muslimah terhormat, mukminah suci, sahabat yang mulia, ahli ibadah merangkap pejuang wanita dan putri mujahid yang meraih syahid. Yakni mujahid yang menutupi kekurangannya dengan kesetiaan tulus dan pengorbanan besar, yang berbai’at untuk bertempur hingga mati di perang Yarmuk, dan yang lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya ketika ia tersungkur di atas tanah dalam keadaan terluka.
Ia merasakan dahaga yang luar biasa saat menghadapi sekarat. Datanglah kepadanya orang yang memberi minum, namun ia melihat Ikrimah bin Abu Jahal melirik air tersebut. Maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan kepadanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan Ikrimah melihat kawannya Ayyasy bin Abi Rabi’ah melihat air itu, maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan padanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan akhirnya sukma mereka naik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala; masing-masing rela berkorban demi keselamatan saudaranya.
***
Ummu Hakim pernah menikah dengan tiga orang syuhada terbaik. Di usia mudanya, ia menikah dengan putra pamannya, Ikrimah bin Abu Jahal. Ia memiliki kisah dengan suaminya ini yang membuktikan kesetiaannya, baktinya dan keinginan kuatnya agar sang suami masuk Islam dan selamat dari neraka.
Ketika Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam membebaskan kota Mekah, Ikrimah menghadang satu rombongan pasukan muslimin yang dipimpin putra pamannya sekaligus kawan lamanya, Khalid bin Walid. Untuk beberapa saat keduanya terlibat pertarungan, kemudian Ikrimah lari. Nabi mengumumkan kehalalan darahnya. Maka Ummu Hakim cepat-cepat mendatangi Nabi meminta syafaat dan maaf beliau untuknya. Ia sendiri telah masuk Islam saat Fathu Mekah sesaat sebelum suaminya lari.
Segera ia berusaha menemui suaminya untuk menyampaikan maaf Rasulullah. Sementara itu dalam pelarian, Ikrimah telah sampai di lautan dan naik kapal sebelum Ummu Hakim berhasil menyusulnya. Di tengah pelayaran, ia merenungkan apa yang telah dan sedang terjadi. Ia putar kembali memori peristiwa-peristiwa yang berlangsung sejak dakwah Islam terbit dan mengamatinya dengan seksama.
Tidak disangka, berbagai peristiwa tersebut menggugah perasaannya, menyadarkan tabiatnya dan mengguncang kepribadiannya. Saat tengah tenggelam dalam renungan, tiba-tiba badai besar bertiup mengombang-ambingkan kapal beserta para penumpang.
Dalam situasi kritis ini, para awak kapal berkata kepada para penumpang, “Berdoalah hanya kepada Allah, karena tuhan-tuhan kalian sedikit pun tidak berguna dalam keadaan seperti ini.”
Tampaknya ucapan ini menyentuh hati kecil dalam jiwa Ikrimah. Ia mengatakan –seolah-olah cahaya iman mulaimemancar dalam dadanya–, “Bila hanya keikhlasan (doa kepada Allah) yang mampu menyelamatkanku di tengah samudera, maka tidak ada yang dapat menyelamatkanku di daratan selain Dia. Ya Allah, aku berjanji kepada-Mu, bila Engkau menyelamatkanku dari bahaya yang tengah aku hadapi, aku akan mendatangi Muhammad untuk menyerahkan diri. Dan aku yakin ia pasti memaafkan.”
Allah Yang Mahaluhur lagi Mahakuasa berkenan menyelamatkan Ikrimah dari tenggelam. Ia tiba di Yaman. Sementara itu, istrinya yang sudah mengetahui ke mana Ikrimah pergi, segera menyusulnya. Dan ketika keduanya berjumpa di Yaman, sang istri berkata, “Aku menemuimu dari hadapan orang yang paling suka menyambung hubungan keluarga dan paling murah hati. Ia telah memberimu perlindungan.”
Saat Rasulullah melihat Ikrimah datang dari Yaman dan cahaya Islam terpancar dari wajahnya, beliau berdiri memeluknya sembari mengucapkan, “Selamat datang musafir yang hijrah.”
Dulunya, Rasulullah pernah mengalami suatu mimpi yang menandakan bahwa Ikrimah akan masuk Islam, sungguh-sungguh menjalankan Islam dan memiliki tempat di surga.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah bersabda, “Aku bermimpi melihat sebuah tandan kurma (izq) milik Abu Jahal di surga.” Maka ketika Ikrimah masuk Islam, beliau bersabda, “Wahai Ummu Salamah, inilah ia.”
Izq adalah suatu bagian dari pohon kurma, dan bagian ini ditafsirkan dengan anak. Sebab, surga disediakan bagi orang yang menyerahkan diri kepada Allah, bukan untuk orang yang menghalang-halangi jalan Allah seperti Abu Jahal.
Konon sebagian kaum muslimin berkata tentang diri Ikrimah, “Ini putra musuh Allah, Abu Jahal.” Dan ketika mendengarnya, Ikrimah merasa sakit. Maka ia menemui Rasulullah mengadukan cibiran mereka. Kemudian beliau mengumpulkan mereka lalu berkata, “Jangan kalian mencela orang yang telah mati, karena mencela orang yang telah mati bisa menyakiti orang yang masih hidup.”
UMMU Hakim binti Harits bin Hisyam bin Mughirah Al-Makhzumiyah memiliki jejak rekam hidup yang terpuji dan reputasi mulia dalam Islam. Ia hidup di antara orang-orang yang memegang teguh kesetiaan dan rela berkorban.
Kedudukannya mengalahkan para pejuang yang mulia. Ia menyumbang andil besar dalam mengangkat kedudukan wanita muslimah pada tingkat yang prestisius. Ia seorang muslimah terhormat, mukminah suci, sahabat yang mulia, ahli ibadah merangkap pejuang wanita dan putri mujahid yang meraih syahid. Yakni mujahid yang menutupi kekurangannya dengan kesetiaan tulus dan pengorbanan besar, yang berbai’at untuk bertempur hingga mati di perang Yarmuk, dan yang lebih mementingkan saudaranya daripada dirinya ketika ia tersungkur di atas tanah dalam keadaan terluka.
Ia merasakan dahaga yang luar biasa saat menghadapi sekarat. Datanglah kepadanya orang yang memberi minum, namun ia melihat Ikrimah bin Abu Jahal melirik air tersebut. Maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan kepadanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan Ikrimah melihat kawannya Ayyasy bin Abi Rabi’ah melihat air itu, maka ia berkata pada si pemberi minum, “Berikan padanya, barangkali ia lebih memerlukan air dibanding aku.” Dan akhirnya sukma mereka naik kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala; masing-masing rela berkorban demi keselamatan saudaranya.

SETELAH Ikrimah gugur syahid dan Ummu Hakim menyelesaikan masa iddahnya, ia dilamar oleh seorang pejuang muslim lain demi berbuat baik kepadanya dan menghormati suami pertamanya. Pejuang ini adalah Khalid bin Said bin Ash, salah seorang yang masuk Islam pertama sekaligus orang pertama yang menuliskan lafal basmalah di kertasnya.
Namun usia pernikahan ini sangat singkat. Setelah melaksanakan akad, ia ingin memulai hubungan dengannya. Namun saat itu kaum muslimin tengah menunggu peperangan (perang Maraj Sufr), maka dengan penuh harap Ummu Hakim berkata padanya, “Sekiranya Anda tunda dulu sampai Allah menghancurkan pasukan (kafir) ini?”
Khalid berkata, “Aku merasa akan terbunuh dan aku akan tercabik-cabik di tengah-tengah mereka.”
Ummu Hakim berkata, “Bila begitu, terserah Anda.”
Lantas Khalid memulai hubungan rumah tangga dengannya di bawah sebuah jembatan di sana. Dan setelah peristiwa ini, jembatan tersebut populer dengan sebutan Jembatan Ummu Hakim.
Keesokan harinya Khalid menggelar walimah. Belum juga orang-orang selesai menikmati hidangan, musuh sudah menyerang. Khalid keluar, bertempur dengan gagah berani hingga merengkuh nikmat syahid dalam pertempuran ini.
Ummu Hakim melihat langsung suaminya tersungkur syahid di tengah medan pertempuran. Ia kencangkan bajunya, kemudian mencabut sebuah tiang tendanya dan merangsek maju ke medan laga bagaikan angin yang bertiup.
Ia pukulkan tongkatnya ke kanan dan ke kiri. Tujuh orang musuh berhasil ia habisi. Maka hal itu menciutkan nyali tentara Romawi dan memompa semangat bertempur pasukan kaum muslimin. Ia berhasil mengangkat psikis pasukan muslimin, sehingga dengan serentak mereka maju hingga meraih kemenangan berkat izin Allah.
Pasukan Romawi menelan kekalahan, dan mereka melarikan diri setelah sebagian besar dari mereka terbunuh.
Dengan keberanian menakjubkan ini, namanya berkibar dalam jajaran nama para pejuang wanita yang berjihad di jalan Allah.
***
Amirul Mukminin Umar bin Khaththab mengagumi kepahlawanannya yang langka. Karenanya, ia memperistri Ummu Hakim. Namun pernikahan ini juga tidak berlangsung lama. Ia berduka dengan gugurnya Umar bin Khaththab pada waktu shalat Shubuh di tangan penjahat berdarah majusi bernama Abu Lu’lu’ah.
Para ahli sirah meriwayatkan, di hari-hari terakhirnya Umar berdoa, “Ya Allah, usiaku telah tua, kekuatanku telah rapuh, kecerdikanku telah berkurang dan rakyatku telah tersebar. Maka ambillah aku dalam keadaan tidak menyia-nyiakan dan tidak melalaikan (kewajiban). Ya Allah, anugerahilah aku syahadah di jalan-Mu dan tempatkanlah kematianku di negeri Rasul-Mu.”
Allah mengabulkan permohonan ini. Umar gugur sebagai syahid di mihrab ketika tengah bertakbir dalam shalat Shubuh mengimami jamaah muslimin di masjid Rasulullah di Madinah. Ia gugur syahid setelah mempersembahkan segala kemampuannya di jalan Allah dan untuk Islam, baik sebelum hijrah maupun sesudahnya. Saat Nabi masih hidup maupun setelah beliau berpulang ke hadirat-Nya.
Ia mati sebagai syahid yang terpuji setelah berhasil mendedikasikan banyak kemenangan, memperluas wilayah dan menyebarkan keadilan di berbagai tempat, serta memparipurnakan bangunan negara Islam yang berdiri di atas kebenaran dan kebaikan. Semoga Allah meridhai Umar dan semoga Allah meridhai Ummu Hakim, sahabat wanita pejuang nan penyabar yang telah membuat keteladanan luar biasa dalam kepahlawanan, menahbiskan diri sebagai teladan baik bagi kaum muslimat di sepanjang masa.
Di samping itu, Ummu Hakim juga seorang figur wanita teladan dalam hal cinta dan kesetiaan saat senang maupun duka, kepada ketiga suaminya yang sangat mencintai dirinya. Sebab hatinya bersih, batinnya suci, akhlaknya mulia dan ia memiliki reputasi baik di mata kaumnya, laki-laki dan wanita. Sehingga ia menjadi motivator terbaik mereka untuk menunaikan kewajiban dalam melawan musuh di setiap tempat.
Sungguh ia adalah seorang wanita yang mampu mengombinasikan seluruh watak kebaikan. Ia benar-benar tipe wanita ideal dalam cinta dan kesetiaan, pengorbanan dan perjuangan, kesabaran dan menjaga martabat. Karena itu, sejarah mengabadikan partisipasi besarnya dalam perang melawan bangsa Romawi bersama para mujahidin. Ia tidak peduli jatuh pada kematian atau kematian jatuh padanya.
Mudah-mudahan keselamatan terlimpah padanya dalam barisan para pejuang Islam sejati/Prof. Dr. Muhammad Bakr Ismail, sebagaimana tertuang dalam bukunya Bidadari 2 Negeri.

No comments: