5 Mata-mata Perempuan Rusia di Masa Perang

mata-mata Rusia yang legendaris, para perempuan pemberani yang dedikasinya mengejutkan para kolega pria mereka.
5 Mata-mata Perempuan Rusia di Masa PerangAnna Kamayeva Filonenko (Wikimedia Commons)
Fakta sejarah menunjukkan, perempuan Rusia adalah sosok yang kuat, dinamis, dan berani. Russia Beyond the Headlines (RBTH) mengenang para mata-mata perempuan legendaris, para perempuan pemberani yang dedikasinya mengejutkan para kolega pria mereka.

Nadezhda Plevitskaya

Sergei Rachmaninoff, seorang komposer terkemuka, pernah bermain piano, sementara Nadezhda bernyanyi — hingga Tsar Nikolay II menjulukinya ‘burung Bulbul Kursk’. Lahir dari keluarga petani, Nadezhda melewati perjalanan hidup dari seorang biarawati menjadi salah satu penyanyi paling terkenal di eranya.

Saat kabur dari Rusia, Nadezhda menikahi seorang jenderal Rusia di pengasingan, Nikolai Skoblin, dan pada 1931 keduanya direkrut badan intelijen Uni Soviet.

Selama enam tahun, pasangan ini memberikan informasi mengenai para imigran Rusia yang menetap di Eropa untuk Moskow. Operasi terbesar pasangan ini adalah penculikan Jenderal Yevgeny Miller di Paris pada 1937.

Mereka berhasil memancing kepala organisasi militer imigran terbesar itu untuk melakukan pertemuan dengan diplomat Jerman, yang diperankan agen Soviet lainnya.

Sang jenderal dibius dan dibawa ke Rusia melalui jalur laut. Sebelum menghadiri pertemuan jebakan tersebut, Miller meninggalkan secarik surat, yang membantu membongkar aksi mata-mata pasangan Soviet itu.

Nikolai Skoblin berhasil kabur ke Spanyol, tapi tak lama kemudian ia terbunuh, sementara Nadezhda ditahan dan dihukum 20 tahun bekerja sebagai buruh kasar. Ia meningga dunia di tahanan di Rennes, Perancis, pada 1940.

Zoya Voskresenskaya

Pada 1929, Zoya yang baru berusia 22 tahun, bergabung dengan divisi asing OGPU (Joint State Political Directorate). Tak lama, ia diundang ke Jenewa, Swiss untuk menjadi seorang simpanan jenderal Jerman.

Ia mengenang, “Saya menjawab, ‘Baiklah, saya akan pergi, saya akan menjadi simpanan, jika ini memang harus dilakukan, tapi saya akan menembak diri saya sendiri setelah ini semua selesai.’ Itu adalah pertama dan terakhir kalinya saya ditawari tugas semacam itu.”

Pada tahun 1930-an, ia bekerja di Manchuria, Latvia, Jerman, dan Austria. Pada awal Juni 1941, Zoya menyamar sebagai staf VOKS (Persatuan Masyarakat untuk Hubungan Budaya dengan Negara Asing).

Zoya menghadiri sebuah resepsi di kedutaan Jerman, ia diundang untuk menari waltz dengan sang duta besar, Count Werner von der Schulenburg.

Saat menari, Zoya melihat bekas berbentuk persegi panjang di dinding, yang tadinya terpasang lukisan. Ia juga melihat sejumlah koper di pintu sebelah kiri yang dibiarkan terbuka. Ia kemudian melapor pada kantor pusat bahwa Jerman bersiap mengevakuasi kedutaan mereka, namun laporannya diabaikan.

Pensiun pada tahun 1955, Zoya Voskresenskaya menjadi penulis buku anak-anak ternama dan tak ada yang tahu mengenai kariernya lamanya hingga 1990, ketika kemudian Kepala KGB, Vladimir Kryuchkov, menyebutkan dalam sebuah wawancara bahwa Zoya pernah menjadi mata-mata Soviet.



Margarita Konyonkova

Pemahat terkenal Sergey Konyonkov dan istrinya Margarita tiba di New York pada 1923 untuk ambil bagian dalam sebuah pameran seni Uni Soviet. Namun, mereka memperpanjang masa tinggalnya di Amerika selama 22 tahun.

Sementara Konyonkov memahat patung-patungnya, Margarita membuka sebuah salon di Greenwich Village, tempat ia menghibur para politisi ternama Amerika dan istri-istri mereka.

Ia juga kerap diundang ke Gedung Putih dan berkenalan dengan ibu negara Eleanor Roosevelt. Namun, target utama Margarita adalah para ilmuwan yang mengerjakan senjata nuklir.

Zoya bahkan berteman baik dengan ‘Bapak Bom Atom’ Robert Oppenheimer, dan pada 1935 diperkenalkan pada Albert Einstein.

Menilai dari surat-surat sang ilmuwan padanya yang penuh gairah, Margarita menjadi cinta terakhirnya. Ia tak pernah lupa bekerja, dan berhasil merekrut beberapa ahli fisika nuklir AS.

Diketahui pula bahwa berkat permintaannya, Einstein bertemu dengan kepala agen intelijen Soviet di New York. Pada 1945, keluarga Konenkov dipanggil kembali ke Rusia, dan Margarita hidup lebih lama daripada Einstein dan suaminya yang terkenal. Dia meninggal dunia di Moskwa pada 1980.

Yelena Modrzhinskaya

Suatu hari di akhir 1940, pengunjung stasiun kereta apo Warsawa, Polandia melihat seorang perempuan turun dari kereta dan disambut seorang pria di peron dengan membawa bunga.

Lelaki tersebut adalah Duta Besar Rusia Ivan Vasilyev alias Pyotr Gudimovich), dan perempuan tersebut adalah istrinya, Marya. Itu merupakan pertemuan mereka untuk pertama kalinya.

Peran sang istri dimainkan agen mata-mata Yelena Modrzhinskaya. Tugas utama pasangan "suami istri" ini adalah mencari tahu rencana Jerman terhadap Uni Soviet.

Pada 22 Juni 1941, keduanya ditahan Gestapo, pasukan khusus Nazi, yang mencurigai mereka. Interogasi tak menghasilkan apa-apa dan pasangan tersebut, bersama dengan para diplomat lainnya, ditukar dengan diplomat Jerman yang masih berada di Moskwa.

Mereka kemudian kembali ke rumah dengan selamat, dan akhirnya menjadi suami istri di dunia nyata.

Anna Kamayeva-Filonenko

Pada musim gugur 1941, sebuah pasukan khusus di bawah Kementerian Dalam Negeri Uni Soviet melakukan latihan sabotase di Moskwa. Latihan itu dilakukan sebagai antisipasi jika Moskwa sewaktu-waktu diduduki Jerman.

Salah satu peserta latihan adalah Anna Kamayeva yang kala itu berusia 23 tahun. Ia disiapkan untuk misi khusus yang amat sulit yaitu membunuh Adolf Hitler.

Pada akhirnya, Moskwa tak menyerah pada Nazi dan Anna dikirim ke belakang garis pertahanan musuh untuk mempersiapkan aksi sabotase di sana.

Pada Oktober 1944, ia dipindahkan ke Meksiko, dan menyiapkan sebuah operasi untuk membebaskan pembunuh Trotsky, Ramón Mercader, dari penjara. Namun, operasi tersebut dibatalkan pada saat-saat terakhir.

Setelah perang usai, Anna menikahi seorang agen mata-mata militer Soviet Mikhail Filonenko. Mereka menghabiskan 12 tahun menyamar di luar negeri bersama-sama, pertama di Cekoslovakia, kemudian di China, dan sejak 1955 di Brasil, tempat mereka mendirikan sebuah jaringan agen mata-mata.

(Ervan Hardoko/Kompas.com, Russia Beyond The Headline)

No comments: