Ketika Bilal Berhenti Azan

Azan (ilustrasi)
Azan (ilustrasi)
Wafatnya Rasulullah SAW membuat penduduk Madinah dan kaum Muslimin pada umumnya menuai duka tak terhingga. Isak tangis belum juga berhenti karena ditinggal makhluk mulia itu. Usai jenazah Nabi yang mulia dimakamkan di samping Masjid Nabawi, Abu Bakar Shiddiq, khalifah pertama meminta Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. 
"Azanlah wahai Bilal,"kata Abu Bakar kepada Bilal seperti dikutip Buku 101 Sahabat Nabi yang disusun Hepi Andi Bastoni. Bilal pun menjawab. "Jika anda dulu membebaskan demi kepentinganmu, maka saya akan mengumandangkan azan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan saya, maka biarkan saya menentukan pilihanku."
"Hanya demi Allah saya membebaskanmu, Bilal,"kata Abu Bakar. "Maka biarkan saya menentukan pilihanku,"pinta Bilal.  Dia pun melanjutkan jawabannya itu. "Sungguh, saya tak ingin azan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah,"lanjut Bilal. "Kalau demikian, terserah maumu,"jawab Abu Bakar. Setelah itu, suara indah Bilal berhenti menghiasi langit-langit Madinah. Menambah duka kaum Muslimin yang sedang bersedih ditinggal Nabi Mulia.
Hingga pada suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal yang berasal dari Habasyah (Etopia) itu pun bermimpi indah. Dalam mimpi itu, Bilal bertemu sahabatnya, Muhammad bin Abdullah.


Bilal, sudah lama kita berpisah. Saya rindu sekali kepadamu,"kata Rasulullah dalam mimpi Bilal. "Ya Rasululullah, saya pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan mencium aroma tubuhmu,"kata Bilal masih dalam mimpinya. Setelah itu, mimpi pun berakhir begitu saja. Bilal bangun dari tidurnya dengan hati gulana. 
Keesokan harinya, Bilal menceritakan mimpi itu kepada seorang sahabat. Bak angin yang berembus, kisah Bilal bertemu dengan Rasulullah dimimpinya menjadi bahan perbincangan penduduk Madinah. Kenangan mereka kepada Rasulullah pun kembali hadir. Setiap warga memiliki kenangan indah dengan Nabi yang Ummi. 
Menjelang senja, penduduk Madinah kemudian sepakat untuk meminta Bilal kembali azan untuk memanggil manusia shalat Maghrib berjamaah di Masjid Nabawi. Padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muazin sejak Rasulullah wafat.

Akhirnya, setelah dengan sedikit paksaan, Bilal pun menerima dan bersedia mengumandangkan lagi azannya yang indah. Suara Bilal pun membangkitkan kenangan mereka kepada Rasulullah SAW. Dada mereka terguncang sambil meneteskan air mata.

Bilal bin Rabah merupakan salah satu sahabat utama Rasulullah. Meski dalam strata sosial, Bilal merupakan bekas budak seorang bangsawan Quraisy, Umayah bin Khalaf, Bilal mendapatkan kedudukan yang mulia di mata Allah dan rasul-Nya.
Satu hari, Rasulullah memanggil Bilal untuk menghadap. Baginda ingin mengetahui langsung amal kebajikan apa yang menjadikan Bilal mendahului berjalan masuk surga ketimbang Rasulullah.
"Wahai Bilal, saya mendengar gemerisik langkahmu di depanku dalam surga. Setiap malam saya mendengar gemerisik langkahmu."

Dengan wajah tersipu tanpa bisa menyembunyikan kebahagiaannya, Bilal menjawab pertanyaan itu. "Ya Rasulullah, setiap kali saya berhadas, saya langsung berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat." "Ya, dengan itu kamu mendahului saya,"kata Rasulullah.

No comments: