Melodrama Pionir Penjelajah Samudra di Maluku

Sekitar 500 tahun silam, Portugis melayari dan berjejak di kawasan legenda dunia, "Kepulauan Rempah". Sebuah pencarian yang berakhir melodramatis.
Melodrama Pionir Penjelajah Samudra di MalukuFort Kalamata di pesisir Ternate yang menghadap Pulau Tidore, Maluku Utara. Konon, pembangunan benteng ini diprakarsai oleh Antonio Pigafetta pada pertengahan abad ke-16. Pigafetta merupakan ilmuwan dan penjelajah asal Venesia, Italia, yang melakukan perjalanan bersama penjelajah Portugis Ferdinand Magellan dan awaknya untuk menemukan Kepulauan Rempah. Selepas Portugis meninggalkan romantika Kepulauan Rempah pada 1575, benteng ini jatuh dalam pelukan Spanyol. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)
Pada 1512, setahun setelah Malaka dikuasai Portugis, Fransisco Serrão menjadi penjelajah asal Portugis—sekaligus orang Eropa—pertama yang berhasil melewati Malaka dan mencapai kepulauan Maluku. Atas perintah Afonso de Albuquerque, ekspedisi ini bertujuan mencari lokasi satu-satunya tempat di dunia yang menyediakan cengkih dan pala pada abad ke-16 dan ke-17.
Serrão masih bertali sepupu dengan Ferdinand Magellan. Sementara Serrão sudah menjejaki legenda Kepulauan Rempah dengan memutari Afrika, sepupunya baru berangkat menyusulnya dengan mencumbui Samudra Atlantik dan Pasifik sekitar tujuh tahun kemudian.
Dalam perjalanan dari Malaka menuju Maluku, Serrão dipandu oleh beberapa orang Melayu. Kapal Serrão membuang sauhnya di sebuah pelabuhan di Gresik, Jawa Timur. Dia pun jatuh cinta dengan seorang gadis Jawa, lalu menikahinya. Kelak perempuan ini mendampinginya dalam ekspedisi menuju legenda dunia.
Peta Peta "Moluccae Insulae Celeberrimae" (Kepulauan Maluku nan Sohor), teknik litografi oleh Jodocus Hondius. Peta ini dibeli oleh kartografer asal Belanda, Willem Janzoon Blaeu pada 1629, sekitar seabad lebih setelah Portugis menemukan Kepulauan Rempah. Peta ini tampil pertama kalinya pada Atlantis Appendix 1630. Inilah salah satu peta terlangka karena menggunakan cat emas. (Wikimedia Commons, Public domain)
Kawasan Maluku memang kaya akan rempah. Setidaknya ada lima pulau penghasil cengkih, seperti Moti, Makian, Bacan, Ternate, dan Tidore. Dan, masih ada lima pulau lagi penghasil pala, seperti Banda, Naira, Run, Ai, dan Rozengain.
David Parry, seorang kurator Bartele Gallery dan penulis The Cartography of the East Indian Islands yang tinggal di Jakarta, berpendapat bahwa perkembangan kartografi dunia berhutang kepada rempah Maluku.
Menurut Parry, Kepulauan Maluku telah membangkitkan pengembangan terhadap sejarah dan kartografi dunia. Semua penjelajah samudra abad ke-16 dan ke-17 berlomba mencari rute pelayaran menuju legenda kepulauan rempah.
Perdagangan cengkih telah berpusat di Malaka selama beratus-ratus tahun sebelum akhirnya Portugis menguasainya pada 1511.
Sebuah ruangan di bawah bastion ...Sebuah ruangan di bawah bastion Fort Tolucco yang diduga sebagai gudang mesiu. Fransesco Serao disebut-sebut sebagai orang Portugis yang memprakarsai pendirian benteng di pesisir Pulau Ternate ini. Sejarah penjelajahan mencatat bahwa Serao adalah orang Eropa pertama yang berhasil menemukan Kepulauan Rempah, Maluku. Tragisnya, Serrão tewas secara misterius, diduga diracun dengan sejenis daun sirih oleh Sultan Tidore. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)
Kemajuan navigasi dan kartografi telah membawa Portugis untuk memonopoli sumber cengkih di Maluku, ketimbang mengandalkan pasokan pedagang Arab yang dijual ke Venesia dengan harga selangit.
Sebagai seorang penjelajah pionir, Serrão berkorespondensi dengan Magellan yang bersiap  mengawali ekspedisinya di bawah bendera Spanyol pada 1519. Dia memberikan gambaran tentang rute menuju Kepulauan Rempah. Tampaknya, Serrão—yang berada di pihak Portugis—sengaja memberikan lokasi yang sedikit meleset kepada Magellan, dengan menempatkan Kepulauan Rempah jauh ke timur.
Serrão dan Magellan pun telah berjanji bertemu di Maluku. Namun sayang, keduanya tak pernah menepati janjinya.
Serrão dan Magellan pun telah berjanji bertemu di Maluku. Namun sayang, keduanya tak pernah menepati janjinya: Serrão tewas secara misterius, diduga diracun dengan sejenis daun sirih oleh Sultan Tidore, sedangkan Magellan tewas dalam pertempuran di Mactan, Filipina. Kedua peristiwa tragis itu terjadi hampir bersamaan pada April 1521.
Meskipun ekspedisi mereka belum tuntas, dunia kartografi dan penjelajahan tetap menghormat dan mengenang mereka. Serrão ditahbiskan sebagai penjelajah samudra asal Eropa yang pertama kali menemukan Kepulauan Rempah, sementara Magellan dinobatkan sebagai orang pertama yang melayari Samudra Atlantik dan Pasifik.
Rempah Maluku telah menakdirkan orang Eropa untuk menjelajah dan berlayar hingga ke Nusantara. Portugis menguasai Maluku selama 63 tahun (1512-1575) dan Spanyol menguasainya selama 142 tahun (1521-1663). "Seperti telah dibuktikan oleh perjalanan sejarah daerah ini," ungkap M. Adnan Amal dalam bukunya Portugis dan Spanyol di Maluku, "berbagai efek negatif juga telah terjadi, terutama  penerapan kolonialisme."
Peta karya kartografer Abraham Ortelius (1527–1598) “Maris Pacifici”, Theatrum orbis terrarum yang terbit pada 1595. Inilah peta pertama yang menampilkan kawasan Samudra Pasifik dan Benua Amerika. Peta ini merupakan penghormatan atas penjelajahan Ferdinand Magellan; tampak "Victoria", kapal yang membawa Magellan, digambarkan berlayar dengan meriam-meriam yang menggelegar. (Wikimedia Commons, Public domain

Mahandis Yoanata Thamrin
Jurnalis | Editor National Geographic Indonesia dan National Geographic Traveler Indonesia | "For the increase and diffusion of geographic knowledge"
Follow @MahandisYoanata

No comments: