Misteri Ki Ageng Gribig, Leluhur Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammadiyah) ?

Di dalam silsilah yang disusun oleh Kyai Sudja’, salah seorang murid KHA Dahlan, yang bersumber dari dokumen Kitab Ahlul Bait. Diperoleh informasi Pendiri Muhammadiyah, Ki Haji Ahmad Dahlan merupakan keturunan Sunan Giri melalui jalur Ki Ageng Gribig.
Berbagai macam versi muncul dari sosok Ki Ageng Gribig, beliau dikatakan sebagai keturunan Prabu Brawijaya, ada lagi termasuk trah Sunan Tembayat atau tergolong zuriatnya Sayyid Muhammad Kebungsuan
Tulisan ini tidak akan membahas berbagai versi yang ada, melainkan mencoba untuk memfokuskan sosok Ki Ageng Gribig sebagai keluarga Giri Kedhaton, sebagaimana hasil penelitian Kyai Sudja’.
sultan2
Kisah Peperangan Giri dan Sengguruh (Malang)

Pada masa Sunan Giri II (Sunan Dalem), sekitar tahun 1535, Giri Kedhaton mendapat serangan dari Adipati Sengguruh.
Berdasarkan Tedhak Dermayudan, serangan ini berhasil ditahan oleh putra Sunan Giri, yang bernama Pangeran Kedhanyang. Bukan itu saja, kemenangan ini memberi peluang Islam menyebar di daerah Jaha, Wendit, Kipanjen, Dinaya dan Palawijen
Pangeran Kedhanyang di-informasikan bermukim daerah Gribig Jawa Timur. Dan kehadiran Sang Pangeran di daerah ini, bukan tidak mungkin menjadi cikal bakal penguasa Gribig, yang dikenal sebagai Ki Ageng Gribig.
Makamkiagenggribig1
Sosok Ki Ageng Gribig yang kemudian dianggap sebagai leluhur Kyai Haji Ahmad Dahlan, bisa terlihat pada salah satu versi silsilah berikut :
01. Sunan Giri I (Prabu Satmata), salah seorang anggota wali songo, berputera
02. Sunan Giri II (Sunan Dalem), penguasa Giri Kedaton 1506-1546, berputera
03. Pangeran Kedhanyang (Ki Ageng Gribig I), makamnya berada di kota Malang. Penduduk setempat mengenalinya sebagai adik Sunan Giri (lebih tepatnya adik Sunan Giri IV/Sunan Prapen, link sumber), berputera
04. Ki Ageng Gribig II, sosok inilah yang kemudian menjadi suami Raden Ayu Seledah, puteri Sunan Prapen (Sunan Giri IV), berputera
05. Ki Ageng Gribig III, yang merupakan Guru Sultan Agung Mataram, serta menjadi pelopor acara “Yaqowiyu”, yang dimulai pada sekitar tahun 1589 Masehi.
Ki Ageng Gribig III dalam salah satu versi yang beredar, merupakan putera dari Ki Ageng Gribig yang tinggal di Gribig (link sumber). Makam Ki Ageng Gribig III, berada di Jatinom Klaten, berputera
06. Ki Ageng Gribig IV, sosok yang membantu Sultan Agung dalam mengatasi gejolak politik di Palembang (tahun 1636M), serta menjadi adik ipar Sultan Agung Mataram, berputera
07. Demang Jurang Juru Sapisan, berputera
08. Demang Jurang Juru Kapindo, berputera
09. Kyai Ilyas, berputera
10. Kyai Murtadha, berputera
11. Kyai Muhammad Sulaiman, berputera
12. Kyai Abu Bakar, berputera
13. Kyai Haji Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah
Catatan Penambahan :
1. Berdasarkan Buku : Suluk Abdul Jalil: perjalanan ruhani Syaikh Siti Jenar, Volume 6, karangan Agus Sunyoto, Peng-Islaman daerah Gribig (Jawa Timur), dipelopori oleh Pangeran Arya Penatih (adik ibu angkat Sunan Giri, yang bernama Nyai Ageng Penatih).

Selain daerah Gribig, dakwah Pangeran Arya Penatih (Syaikh Manganti) juga mencakup daerah Sengguruh dan Lumajang. Dan nama “Kedhanyang”, menurut buku tersebut berada di selatan Puri Giri Kedhaton.

Gelar Pangeran Kedhanyang, sepertinya juga tidak satu, karena gelar ini juga disandang oleh putera Pangeran Arya Penatih.
2. Ada pendapat yang mengatakan Ki Ageng Gribig I (Malang Jawa Timur), menjadi seorang ulama tersohor pada tahun 1650, namun anehnya ia juga di-identifikasikan sebagai cicit Prabu Brawijaya, yang memerintah Majapahit 1466-1478.
Secara timeline, jarak kehidupan seseorang dengan cicitnya sekitar 100 tahun, jadi seharusnya Ki Ageng Gribig I (Malang Jawa Timur), telah menjadi ulama tersohor pada tahun 1550 bukan tahun 1650.
Ditambah lagi informasi yang mengatakan Ki Ageng Gribig I (Malang Jawa Timur) adalah murid Sunan Kalijaga, yang wafat pada usia 131 tahun, di tahun 1586 M (sumber : suaramerdeka.com).
3. Kisah Ki Ageng Gribig I (Malang Jawa Timur), sebagai keturunan Panembahan Bromo, berasal dari ibu Sunan Giri, yang bernama Dewi Sekardadu binti Menak Sembuyu (Menak Werdati) bin Panembahan Bromo (Lembu Niroto/Lembu Nisroyo/Lembu Mirudha) bin Singhawardhana.
Panembahan Bromo, merupakan Penguasa Pasaruan dan memiliki saudara diantaranya Wikrama Wardana (Raja Majapahit) dan Arya Lembu Sura (Penguasa Surabaya).

Salah seorang keponakan Panembahan Bromo, yakni putera Wikrama Wardhana yang bernama Kertawijaya, kelak akan menjadi Raja Majapahit dan dikenal sebagai Prabu Brawijaya I, kemudian Prabu Brawijaya I memiliki putera Prabu Brawijaya II (Raden Rajasawardhana), kemudian Prabu Brawijaya II memiliki putera Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabhumi), yang memerintah Majapahit sekitar tahun 1466-1478.

Dengan demikian hubungan Ki Ageng Gribig I (Malang Jawa Timur) dengan Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabhumi), bukan cicit langsung melainkan cucu saudara mindo dari Sunan Giri.

WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: