Sejarah Berdirinya Wali Songo ?

Konon awal mula berdirinya Wali Songo, adalah atas upaya seorang ulama bernama Syeikh Jumadil Kubro, yang memberi usulan kepada menantunya, Sultan Muhammad I (Mehmed I) dari Turki, agar membentuk dewan mubaligh dakwah Islam di Nusantara.
Pada tahun 1404, usulan Syekh Jumadil Kubro ditindak lanjuti Sultan Muhammad I (Mehmed I), dengan mengirim surat kepada Para Pembesar Umat Islam di Afrika Utara dan Timur Tengah, agar mereka mengirimkan Para Ulama ke Nusantara
Mari kita selusuri kisah diatas berdasarkan Fakta Sejarah…
mehmed
(1). Sultan Muhammad I (Mehmed I), bukan menantu Syeikh Jumadil Kubro

Berdasarkan catatan sejarah, Sultan Muhammad I, memiliki 3 orang istri yaitu :
(a) Şehzade Hatun binti Dividdar Ahmed Paşa
(b) Kumru Hatun binti Yakupşah II Bey
(c) Emine Hatun binti Şaban Süli Bey
Tidak ada nama Syekh Jumadil Kubro pada data di atas (Sumber : Mehmed I [wikipedia.org]).
Dengan demikian, kisah Sultan Muhammad I sebagai menantu Syekh Jumadil Kubro masih perlu diteliti lagi.
(2). Sultan Muhammad I (Mehmed I), pada tahun 1404 belum menjadi penguasa Turki
Dalam sejarah Turki, pada 20 Juli 1402 Kekuasaan Ottoman sempat beralih kepada Timur Lenk. Sultan Bayazid I berhasil di tangkap, dan wafat dalam masa tahanan pada 8 Maret 1403 (sumber : Bayezid I [wikipedia.org]).
Kekosongan kepemimpinan di Turki, berakibat terjadi perebutan kekuasaan antara sesama Pangeran Ottoman. Dan di tahun 1413, “gonjang-ganjing” ini berhasil dimenangkan oleh Gubernur Anatolia, Şehzade Mehmed Çelebi, yang kemudian diangkat menjadi Sultan Muhammad I (Mehmed I).
Artinya jikapun Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I, hal tersebut tidak terjadi di tahun 1404, melainkan pada tahun 1413 atau sesudahnya.
(3) Anggota Walisongo berasal dari Nusantara
Apabila kita cermati, anggota walisongo disebutkan berasal dari berbagai negara, seperti : Maulana Malik Ibrahim (berasal dari Turki), Maulana Ishaq (Samarkand, Rusia Selatan), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Mesir), Maulana Muhammad Al Maghrobi (Maroko), Maulana Malik Isro’il (Turki) dan Syekh Subakir (Iran).
Secara logis, sulit rasanya menerima ada ulama yang berbicara dalam Bahasa Arab, Turki atau Persia (Iran), kemudian masyarakat yang mendengarnya berbondong-bondong masuk Islam.
Lebih tepatnya, jika ulama tersebut berasal dari Nusantara, yang sehari-hari berbahasa Jawa atau Melayu, namun sebelumnya bermukim di luar nusantara.
Artinya ulama-ulama yang tergabung dalam dewan Wali Songo, adalah mereka yang telah mengenal budaya nusantara dengan baik, mengerti kebiasaan masyarakat setempat dan tentunya berbahasa yang dipahami oleh penduduk pribumi.

WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: