Manuskrip Abad ke-17 Isaac Newton Ternyata Berisi Resep Pembuatan Philosopher's Stone

Sebuah naskah abad ke-17 yang ditulis tangan oleh Sir Isaac Newton ternyata berisi resep pembuatan merkuri 'sophick', bahan utama dalam pembuatan batu bertuah.
Manuskrip Abad ke-17 Isaac Newton Ternyata Berisi Resep Pembuatan Philosopher's StoneManuskrip Isaac Newton yang berisi proses pembuatan merkuri 'sophick', bahan utama dalam pembuatan batu bertuah. (Chemical Heritage Foundation)
Sebuah manuskrip abad ke-17 yang ditulis tangan oleh Sir Isaac Newton baru saja dibeli oleh American Chemical Heritage Foundation (CHF). Setelah beberapa dekade terkunci dalam koleksi pribadi, isinya yang luar biasa akhirnya diumumkan.
Manuskrip tersebut merupakan salinan teks terkenal yang ditulis oleh alkemis lain dalam bahasa latin, berisi resep untuk membuat merkuri ‘sophick’—kependekan dari philosophic, bahan utama dalam pembuatan batu filsuf (Philosopher’s Stone).
“Merkuri ‘sophick’ merupakan zat yang biasa digunakan untuk mengurai logam menjadi bagian-bagian penyusunnya,” jelas kurator buku langka CHF, James Voelkel.
"Idenya, logam kita urai, setelah itu kita dapat menyusun ulang bagian-bagiannya dan membuat logam yang berbeda,” tambah Voelkel.
Batu filsuf atau batu bertuah merupakan pencarian panjang dalam alkimia barat. Zat legendaris ini diyakini memiliki kemampuan untuk mengubah logam menjadi emas. Batu bertuah juga dipercaya dapat digunakan untuk menciptakan ramuan yang bisa membuat manusia awet muda dan menunda kematian. Selain itu, batu ini juga dapat membuat orang yang menyentuhnya bisa melihat orang yang telah mati. Legenda batu bertuah semakin populer ketika J.K Rowling menulis kisah kehidupan penyihir berjudul Harry Potter and the Philosopher’s Stone.
Kemungkinan besar, Newton menggunakan manuskrip tersebut sebagai referensi ketika ia melakukan percobaan alkimia sendiri, meskipun belum jelas apakah ia pernah mencoba untuk membuat merkuri sophick atau tidak.
Namun, bersama dengan salinan manuskrip, terdapat deskripsi dari salah satu eksperimen Newton sendiri. “Ini sering terjadi pada manuskrip Newton. Jika kertas tergeletak cukup lama, Newton akan membalik kertas-kertas itu dan menuliskan sesuatu di atasnya,” ujar Voelkel.
“Dalam kasus ini, terdapat catatan percobaan yang ia lakukan. Catatan itu berupa resep untuk menyuling zat penyusun bijih besi yang mudah menguap, yang sangat cocok dengan penafsiran Newton bersama beberapa penulis alkimia
Anonimitas Alkimia
Penulis asli manuskrip merkuri sophick merupakan seorang alkemis populer yang pada masa itu dikenal sebagai Eirenaeus Philalethes. Kini, sejarawan tahu bahwa itu adalah nama samaran yang digunakan oleh ahli kimia lulusan Universitas Hardvard, George Starkey. Starkey pindah ke Inggris pada tahun 1650, dan bekerja dengan beberapa ahli kimia paling terkemuka pada waktu itu, termasuk Robert Boyle.
Sir Isaac NewtonSir Isaac Newton (thinkstockphotos.com)
“Starkey menemukan bahwa memiliki alter ego benar-benar berguna. Sebab dirinya tak harus menjadi orang yang dikaitkan menulis manuskrip ini,” kata Voelkel.
“Dia dapat menerbitkan tulisan di bawah nama lain, dan dia benar-benar bisa mengontrol akses orang-orang terhadap penulis karena sebenarnya penulis dengan nama itu tidak ada,” lanjutnya.
Meskipun tidak mungkin mengatakan kapan tepatnya manuskrip tersebut ditulis, salinan manuskrip merkuri sophick karya Philalethes milik Newton diperkirakan sudah ada sebelum naskah versi cetak diterbitkan pada 1678.
“Ini mungkin karena memang ia menyalin naskah asli sebelum dipublikasi dalam bentuk cetak,” kata Voelkel.
Naskah yang disalin Newton setidaknya memiliki satu kesalahan. Di beberapa tempat, Philalethes menulis kata Latin  ‘ex’ yang berarti ‘dari’, alih-alih menulis ‘et’ yang berarti ‘dan’. Newton menyadari kesalahan tersebut dan memperbaikinya dalam tanda kurung siku. Pada versi cetak, kesalahan tersebut sudah diperbaiki.
Hingga saat ini, detail isi manuskrip tersebut belum dipublikasikan kepada publik. Manuskrip tersebut merupakan salah satu dari sekumpulan paper Newton yang dijual oleh keturunannya di Sotheby di London, Inggris pada tahun 1936. Pada waktu itu banyak manuskrip yang dibeli oleh kolektor, tetapi bertahun-tahun kemudian, sebagian besar manuskrip tersebut telah disumbangkan atau dijual kembali ke lembaga-lembaga publik. Sebagian besar karya alkimia milik Newton kini disimpan di Universitas Cambridge, tempat Newton melakukan penelitian.
Manuskrip Newton yang baru ditemukan kembali ini akan dimasukkan dalam ‘The Chymistry of Isaac Newton Project’, repositori online yang dikuratori oleh Universitas Indiana, sehingga dapat dibagikan dan dipelajari oleh lebih banyak orang.
“Kami sudah mencitrakan [manuskrip] itu. Gambar dan transkrpsinya akan diunggah dan manuskrip alkimia tersebut akan lebih dikenal,” pungkas Voelkel.
(Lutfi Fauziah/www.rsc.org/, www,sciencealert.com)

No comments: