Sejarah Mushaf Utsmani

Alquran
Alquran
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Alquran hanya berada di dada-dada kaum Muslimin. Ada juga yang ditulis di pelepah-pelepah daun kurma, batu putih yang tipis dan halus, dan lain-lain. Keadaan tersebut membuat  kaum Muslimin membaca Alquran dengan dialek yang berbeda.

Mungkin tidak setiap Muslim mengetahui bahwa Alquran yang banyak dibaca saat ini dulunya adalah berasal dari ayat-ayat Alquran yang berserakan. Namun, akhirnya lembaran ayat berserakan tersebut dikumpulkan pada masa Khalifah Utsman bin Affan, yang kemudian disebut dengan Mushaf Utsmani.

Istilah Mushaf Utsmani sudah tidak asing lagi di telinga umat Islam. Istilah mushaf dibentuk dari kata shahifah, yaitu bentuk jamak dari kata shaha'if, shuhuf. Menurut Al-Jauhari dalam kitab Ash-Shihah fi al-Lughah, shahifah berarti al-kitab. Secara bahasa, shahifah bisa diartikan sebagai lembaran-lembaran tulisan.

Kata shuhuf dinyatakan sebanyak delapan kali di delapan ayat Alquran, yaitu ada di dalam surah Thaha ayat 133, surah an-Najm ayat 36, surah al-Muddatstsir ayat 52, surah 'Abasa ayat 13, surah at-Takwir ayat 10, surah al-A'la ayat 18 dan 19, dan surah al-Bayyinah ayat 2.

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan bahwa Mushaf Utsmani adalah mushaf dari ayat-ayat Allah SWT yang dikumpulkan kaum Muslimin pada zaman khilafah atau pemerintahan sahabat Utsman bin Affan. Mushaf Alquran tersebut dibakukan penulisannya pada tahun 25 Hijriah atau 646 Mesehi.

Pada masa kekuasaan Khalifah Utsman bin Affan mushaf masih gundul, tidak berharakat atau tidak terdapat tanda baca. Untuk menghindarkan salah baca, lalu ahli bahasa Abu Al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Dhu’ali merumuskan tanda harakat dan titik atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib. (Ensiklopedi Islam Jilid 4).


Alquran
Tahun ini Alquran sudah diterjemahkan ke dalam sembilan bahasa daerah.

Menyamakan Dialek

Orang yang mula-mula menaruh perhatian terhadap kemungkinan pertikaian yang terjadi di kalangan masyarakat Islam dalam hal bacaan Alquran adalah Huzaifah bin Yaman. Keadaan tersebut kemudian disampaikan kepada Khalifah Utsman agar mendapatkan penyelesaian.
Langkah awal yang dilakukan Khalifah Utsman adalah meminta kumpulan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar, yaitu kumpulan tulisan yang berserakan pada zaman pemerintahan Abu Bakar. (Ensiklopedi Islam Jlid 5, hlm 142).

Khalifah Utsman kemudian membentuk suatu badan atau panitia yang diketuai Zaid bin Sabit, sedangkan anggotanya adalah Abdullah bin Zubair serta Abdurrahman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh tim tersebut adalah membukukan lembaran-lembaran lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf.

Dalam pelaksanaannya, Khalifah Utsman mengintruksikan agar penyalinan tersebut harus berpedoman kepada bacaan mereka yang menghafalkan Alquran.
Seandainya terdapat perbedaan dalam pembacaan, maka yang ditulis adalah yang berdialek Quraisy, karena Alquran diturunkan dalam bahasa Quraisy. Bahasa  Quraisy merupakan bahasa yang paling mulia, bahasa yang digunakan oleh Rasulullah SAW, bahasa yang paling tinggi kedudukan tata bahasanya.
Alquran
Kaum muda Muslim membaca Alquran

Disebar ke Negeri-Negeri Islam

Salinan kumpulan Alquran yang dikenal dengan nama Al-Mushaf, oleh panitia tersebut diperbanyak sejumlah lima buah. Empat naskah dibawa ke Makkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Sementara, satu naskah lagi tetap berada di Madinah yang disebut Mushaf Al-Imam.

Sebagaimana tujuan awal pengumpulan pengumpulan Alquran tersebut, yaitu untuk mempersatukan semua umat Islam yang sempat terpecah belah karena adanya perbedaan dalam pembacaan Alquran, Khalifah Utsman juga memerintahkan kepada semua gubernurnya untuk segera menghancurkan semua mushaf yang ada di tengah-tengah masyarakat dan digantikan dengan mushaf yang kini disebut Mushaf Utsmani tersebut.

Sejak saat itu, kaum Muslimin bersatu di atas satu Mushaf Utsmani. Mushaf Utsmani dirumuskan dengan nukilan yang mutawatir, sehingga tidak ada perbedaan atau perselisian sedikitpun dalam nukilan tersebut. Mushaf Alquran yang disebut sebagai Mushaf Utsmani akan tetap terpelihara di atas pemeliharaan Allah SWT sampai hari kiamat.

No comments: