300

300
ilustrasi: Umar Bin Khattab dan pasukannnya

Pasca Perang Qadisiyah yang menentukan dan menghancurkan Persia, Hurmuzan jendral Persia melarikan diri ke timur, Tustar, Iran saat ini, satu-satunya benteng tersisa dan terkuat yang dimiliki Persia
ANGKA 300 mungkin akrab bagian yang pernah menyaksikan film Holywood ‘300‘, kisah 300 Sparta melawan puluhan ribu pasukan invasi Persia, ratusan tahun sebelum Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam lahir.

Film 300 merupakan film yang diangkat dari novel 300. Film yang dirilis Warner Bros. Pictures tanggal 9 Maret 2007ini  dibintangi oleh Gerard Butler, Lena Headey, David Wenham, Dominic West.

Namun 300 dalam tulisan ini adalah kisah 300 komando pasukan khusus Muslimin dalam menaklukkan benteng terkuat Persia di Tustar (perbatasan Iraq-Iran) pada detik-detik akhir lenyapnya imperium Persia, nenek moyang penganut Syiah.

Pasca Perang Qadisiyah yang menentukan dan menghancurkan Persia, Hurmuzan jendral Persia melarikan diri ke timur, Tustar, Iran saat ini, satu-satunya benteng tersisa dan terkuat yang dimiliki Persia.

Khalifah Umar bin Khathab ra menyurati jendral Muslimin, Saad bin Abi Waqqash ra untuk menghentikan konflik dengan Persia dan membuat perjanjian damai. Namun Persia tetaplah Persia, setelah dahulu kaisarnya merobek surat Nabi, dan setelah Nabi wafat, Persia mencoba mengganggu wilayah Muslimin di perbatasan terlebih dahulu, akhirnya, perjanjian damai pun diingkari Hurmuzan dengan melakukan konsolidasi pasukan perang Persia lagi.

Mendengar persiapan perang Persia, Umar memerintahkan pasukan di wilayah Kufah (Iraq), Basrah (Kuwait), Madain (Baghdad) dan sekitarnya untuk bergabung menuju Tustar, ratusan kilometer ke arah timur.

Pasukan gabungan yang bertemu di depan benteng perkasa Tustar ini berjumlah lebih 10.000 pasukan perang dari kavaleri dan infantri. Umar menunjuk sahabat Nabi, Abu Musa al Asy’ari sebagai panglima perang, bersama komandan Nu’man bin Muqarrin-Ammar bin Yassir dan meminta seorang ksatria diikutsertakan, namanya Majza’ah.

    Kebenaran di Lidah dan di Hati Umar

Nampaknya intelijen Umar selalu update menyampaikan setiap peristiwa lengkap dengan naman-nama yang menonjol.

Hurmuzan memilih bertahan di benteng yang kuat secara strategi, pagar yang tinggi dan tebal, dikelilingi parit lebar dan dalam, penuh jebakan dan sangat sulit untuk ditembus. Dan nyatanya selama beberapa bulan pasukan Muslimin mencoba mendobrak selalu gagal. Terkadang pasukan Persia keluar benteng melakukan aksi hit and run, pukul dan lari kembali. Begitu terus hingga sepuluh bulan lebih lamanya tidak ada perkembangan. Khalifah Umar marah mengetahui lambannya progress penaklukkan benteng Tustar.

Suatu hari, masih dalam proses pengepungan, tiba-tiba sebuah panah melesat dari dalam benteng ke arah pasukan Muslimin. Terdapat pesan tertulis sebuah penawaran bantuan dari orang dalam Persia untuk membantu Muslimin memasuki benteng dengan syarat ia diberikan suaka politik. Abu Musa setuju, panah dilemparkan kembali, kemudian orang itu turun diam-diam menemui Muslimin dan menceritakan alasannya,”karena anggota keluargaku dibunuh oleh Hurmuzan.”

Ia meminta seorang pasukan Muslimin menemaninya menyusuri jalan rahasia melalui jalur air khusus yang tembus ke dalam benteng. Majza’ah terpilih untuk misi infiltrasi khusus ini. (Menurut riwayat lain intel khusus ini yakni Asyraf bin Auf).

Berangkatlah Majza’ah bersama orang dalam Persia ini menyusuri kelokan parit kecil yang cukup jauh dan sukar. Kadang lebar kadang sempit, licin dan terdapat beberapa jebakan. Setelah cukup lama, mereka keluar di lubang air tengah benteng Tustar. Dengan mengendap-endap mereka berkeliling mengenali situasi benteng hingga gerbang dan posisi Hurmuzan pun terlihat. Ingin sekali Majza’ah melepaskan panahnya yang pasti menewaskan Hurmuzan, namun pesan komandan tetap dilaksanakan sesuai objek misi yang ditentukan. Selesai mengenal situasi, Majza’ah kembali sendiri ke perkemahan Muslimin dan ia meminta bantuan 300 pasukan khusus menemaninya menembus garis belakang musuh melalui jalur air sebelumnya.

Abu Musa setuju dan menunggu komando untuk menyerang dari luar. Majza’ah berangkat dengan 300 komando pasukan khusus berpakaian dan senjata ringan menyusuri parit berbahaya. Banyaknya jebakan dan sukarnya jalur dimana kadang-kadang harus menyelam dan melelahkan sehingga hanya tersisa 80 orang yang selamat dan masih kuat keluar dari lubang parit di tengah benteng. Takbir menggema,”Allahu akbar !”

Hurmuzan dan pasukannya terkejut, Majza’ah dan pasukannya berhasil membuka gerbang dan masuklah pasukan Muslimin seperti air bah. Hurmuzan bertempur mati-matian, pasukan Persia lainnya berjatuhan sisanya melarikan diri. Namun kepiawaian Hurmuzan dalam perang tanding membuatnya berhasil menjatuhkan Bara bin Malik, pahlawan Perang Yamamah (perang melawan murtadin Musailamah di Yaman). Bara syahid, disusul Majza’ah yang sudah keletihan melintasi arung jeram yang berat. Hurmuzan lalu dikepung ratusan Muslimin, ia menyerah. Tustar takluk. Persia makin tertunduk. Hanya tinggal satu pertempuran terakhir yang membenamkan imperium Persia seribu tahun lamanya, Perang Nahawand.*

Nugra Abu Fatah
Penulis buku Panglima Surga. Bahan diambil dari -Mausuah al Hasan wal Husein dan  Fitnah Kubra oleh Muhammad Amhazun. Twitter: @nugrazee. Referensi: Sirah Umar bin Khathab oleh Muhammad Husain Haekal

No comments: