Umar Menolak Penghormatan yang Berlebihan

padang pasir unta pemimpin
MENJADI seorang pemimpin, apa lagi bersikap adil dan bijak kepada rakyatnya, tentu akan membuat rakyat simpati dan menghormatinya dengan tulus. Sekalipun pemimpin itu tidak membutuhkan penghormatan itu. Disinilah bedanya antara pemimpin yang terhormat dengan pemimpin yang dihormati.
Sudah lazim jika pemimpin itu dihormati oleh rakyatnya. Namun penghormatan rakyat itu perlu ditafsirkan lebih dalam. Karena ada rakyat yang menghormati pemimpinnya karena pemimpinnya adalah orang baik yang pantas dihormati. Adapula rakyat yang menghormati pemimpinnya bukan karena kemuliaan pemimpin, tapi hanya karena menghormati jabatannya saja.
Umar bin Abdul Aziz adalah tipe pemimpin yang pertama. Pemimpin yang baik dan terhormat yang dihormati oleh rakyatnya. Namun Umar tidak suka bentuk penghormatan yang berlebihan kepadanya. Ia adalah pemimpin, bukan penguasa. Ia adalah khalifah, bukan raja.
Diantara bentuk penghormatan itu adalah, berdiri disaat khalifah datang. Orang-orang sudah biasa melakukan bentuk penghormatan semisal ini pada khalifah-khalifah sebelumnya. Tapi Umar bin Abdul Aziz melihat hal itu terlalu berlebih-lebihan. Ia merasa bahwa dirinya juga manusia seperti mereka. Bedanya hanyalah dirinya mendapatkan amanah memimpin rakyat. Dan sikap seperti itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW serta para Khulafaur Rasyidin.
Maka, ketika orang-orang pada berdiri menyambut kedatangannya, Umar bin Abdul Aziz ber-kata, “Wahai sekalian ummat Islam, jika kalian berdiri maka kami juga berdiri. Jika kalian duduk maka kami juga duduk. Sesungguhnya manusia itu hanyak layak berdiri untuk Allah, Tuhan semesta alam. Allah telah mewajibkan perkara-perkara yang fardhu dan mensunahkan perkara-perkara yang sunnah. Barangsiapa yang mengikutinya maka akan selamat, dan barangsiapa meninggalkannya maka akan sesat.”
Referensi: Umar bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia/Karya: Herfi Ghulam Faizi, Lc/Penerbit: Cahaya Siroh

No comments: