Kota Kuno Ditemukan Tak Jauh dari Angkor Wat

Dengan menggunakan teknologi laser para arkeolog berusaha mengungkap keberadaan sebuah kota kuno yang terkubur di bawah hutan tropis di Kamboja.
Kota Kuno Ditemukan Tak Jauh dari Angkor WatAngkor Wat, Kamboja (Shutterstock)
Dengan menggunakan teknologi laser para arkeolog berusaha mengungkap keberadaan sebuah kota kuno yang terkubur di bawah hutan tropis di Kamboja.
Beberapa arkeolog yakin, kota kuno itu jauh lebih besar dan luas dibanding ibu kota Kamboja saat ini, Phnom Pehn.
Para ilmuwan yakin kota besar yang berusia antara 900-1.400 tahun dan terletak tak jauh dari kompleks candi kuno Angkor Wat di wilayah timur laut Kamboja.
Dr Damian Evans, seorang arkeolog Australia yang penelitiannya didanai Uni Eropa, akan memublikasikan temuannya di Kamboja di Journal of Archaelogical Science pada Senin (12/6/2016).
Evans mengatakan, investigasi lebih lanjut dari berbagai temuan itu akan menghasilkan perkembangan luar biasa dalam memahami sejarah Asia Tenggara.
"Kami menemukan sebuah kota di bawah hutan yang sebelumnya tak seorang pun tahun keberadaannya," ujar Evans.
Salah satu kota kuno yang terungkap keberadaannya lewat analisa data sebuah studi udara pada 2015 mencakup sebuah area seluas lebih dari 1.900 kilometer persegi.
Kota kuno ini terletak di Preah Khan, provinsi Kompong Svay, yang selama ini memang selama ini dikenal senagai sebuah situs arkeologi.
Lewat studi yang sama pada 2012, Evans dan timnya mengungkap keberadaan kota yang hilang Mahendraparvta di Phnom Kulen.
Kini mereka menemukan bukti keberadaan kota yang lebih besar di kawasan yang dulunya merupakan daerah padat penduduk. Sejumlah pakar bahkan mengatakan, luas wilayah dan jumlah penduduk kota itu bisa membentuk kekaisaran terbesar di dunia saat itu.
Dalam penelitiannya, Evans yang merupakan bagian dari Ecole Francaise d'Extreme-Orient di Siem Reap, menggunakan teknologi laser terbaru yang dinamai Lidar untuk melakukan penelitian di kawasan itu.
Dia menggunakan pemindai Lidar untuk menembakkan sinar laser ke tanah dari helikopter dan menghitung waktu pantulan kembali laser yang ditembakkan itu.
Hasilnya, pantulan sinar laser itu menciptakan model tiga dimensi yang detil di permukaan tanah.
Teknologi laser ini bisa menembus lebatnya hutan tropis Kamboja untuk mendeteksi sisa-sisa bangunan seperti jalan, akuaduk, gua dan perbatasan buatan manusia.
Temuan kali ini digabung dengan hasil penelitian yang dilakukan Evans pada 2012 bisa menjadi dasar untuk mempertanyakan teori terkait perkembangan dan keruntuhan Kekaisaran Khmer yang berkuasa di Asia Tenggara sekitar 802 masehi.
(Ervan Hardoko / Independent.co.uk via Kompas

No comments: