Peran Keturunan Rasul SAW Asal Yaman atas Islamisasi Nusantara

Suasana pembangunan perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Jumat (3/6).(Antara/Irwansyah Putra)
Suasana pembangunan perluasan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Aceh, Jumat (3/6).(Antara/Irwansyah Putra)

Berbicara soal islamisasi nusatara, maka tidak terlepas dari berbagai diskusi  tiga hal.  Azyumardi Azra dalam “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad 17 dan 18”, mengatakan ketiga hal itu yaitu asal mula kedatangan Islam, penyebar atau pembawa agama ini, hingga kapan agama ini masuk ke Tanah Air.
Beberapa teori asal mula kedatangan Islam itu antara lain teori Islam dari Anak Benua India, Gujarat, dan Arab atau Timur Tengah. Bila dibaca dengan baik, kata Azra, maka akan terungkap bahwa satu dan lainnya saling berkorelasi dan saling mempengaruhi segenap proses yang ada.
Akselerasi Islamisasi nusantara terjadi pada abad ke-12 hingga 16. Dan kemungkinan, secara perlahan berlangsung pada abad-abad pertama Hijriyah.   
Baik teori Anak Benua India, Arab dan atau Timur Tengah dikaitkan, maka akan mengaitkan pada keterlibatan keturunan Rasul dalam proses islamisasi Nusantara.
Idrus Alwi al-Masyhur dalam “Sejarah, Silsilah dan Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW” mengatakan pada abad ke-11 M, para keturunan Rasul yang berasal dari jalur anak-cucu Imam al-Muhajir, banyak yang berhijrah ke luar Yaman.
Selain untuk perdagangan, tentu juga melakukan islamisasi. Mereka menyebar di Asia Tenggara. Termasuk Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya ada yang mendirikan kerajaan, seperti Kesultanan al-Qadri di Pontianak dan as-Syahab di Siak.  
Gerakan Islamisasi oleh keturunan Rasul itu berlanjut. Mengutip Natalie Mobini Kesheh dalam “Kebangkitan Hadhrami di Indonesia”, gelombang eksodus keturunan Yaman (Hadrami) tersebut, berlangsung pada abad ke-18 M. Mereka menempati berbagai kepulauan di Asia Tenggara. Di Indonesia, tempat awal mereka singgah adalah Aceh, lalu Palembang (Sumatera Selatan), atau pontianak Kalimantan.
Diperkirakan sejak 1820 muncul koloni-koloni para Hadrami itu. Menurut Sensus Belanda pada 1859, jumlah mereka cukup berarti mencapai 7786 jiwa di Jawa dan Luar Jawa. Mayoritas mereka adalah keturunan Hadramaut.
Aceh tidak termasuk sensus, lantaran ketika itu kawasan tersebut  belum manjadi jajahan Belanda. Kesuksesan Hadrami yang berketurunan ke Rasulullah itu, antara lain terbukti dengan keberhasilan Sayyid Abdurrahman a-Zahir di  Utara Sumatara.

No comments: