Aku Khawatir jika Rasulullah Tahu Keberadaanku

SEORANG sahabat nabi yang masih belia Umair bin Abi Waqqash suatu ketika mengikuti rombongan pasukan Badar. Adik kandung Sa’ad bin Abi Waqqash ini dengan yakinnya ingin ikut dalam barisan pembela agama Allah.



Dalam perjalanan menuju medan pertempuran, mujahid kecil ini berlari-lari ke sana kemari seraya bersembunyi. Ia bukan takut berada dalam rombongan pasukan pejuang tersebut, tapi khawatir jika keberadaannya diketahui oleh Rasulullah Saw.

Karena usianya yang masih belia, jika diketahui sang Nabi, ia pasti dilarang untuk turut serta dalam perang yang membedakan antara kaum muslimin dan kaum kafir ini.

Sayangnya, keberadaannya justru diketahui oleh kakaknya sendiri. Sang kakak berkata, “Kenapa kamu berlarian, Adikku?” Jawab sang adik, “Aku khawatir,” lanjutnya, “jika Rasulullah Saw mengetahui keberadaanku, beliau akan melarangku ikut berjihad karena masih kecil.”

Rupanya, Sang Nabi mengetahui keberadaan sang mujahid kecil ini. Beliau pun memerintahkannya agar pulang. Tapi, sang mujahid menolak. Ia bersikukuh. Tekadnya bulat, niatnya lurus. Syahid. Itulah satu-satunya argumen yang dia sampaikan kepada Nabi Muhammad Saw.

Karena melihat semangat dan kesungguhan yang terpancar dari sang mujahd kecil, Nabi mengizinkannya ikut berperang. Dalam riwayat ini tidak disebutkan perannya sebagai apa. Yang jelas, beliau telah memiliki semangat baja dan tekad yang bulat untuk menegakkan kalimat Allah Ta’ala melalui jihad di jalan-Nya.

Qadarullah, mujahid kecil ini syahid. Niatnya dibalas tunai oleh Allah Ta’ala. Beliau tidak mati konyol. Beliau juga tidak bunuh diri. Beliau menukar dirinya dengan surga yang lebih luas dari langit dan bumi ketika usianya masih belia

No comments: