3 Perkara yang Membinasakan

3 Perkara yang Membinasakan
Jauhilah sifat Fir'aun, Abu Jahal dan Abu Lahab yang membinasakan. Sebab, jika dibiarkan kita akan kehilangan akal sehat dan jati diri sebagai hamba Allah

SETIAP jiwa menghendaki kebahagiaan. Tetapi, karena kejahilan, tidak sedikit manusia yang justru terjerembab pada kebinasaan.

Karena begitu pentingnya pemahaman terhadap hal yang membahagiakan termasuk jalan dan metode menggapainya, Islam memberikan panduan sedemikian sempurna kepada umatnya.

Bahkan, hal-hal yang membinasakan juga dijelaskan dengan sangat gamblang agar kita mawas diri darinya.

“Ada tiga perkara yang dapat membinasakan manusia (hamba), yaitu; sikap bakhil yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang kepada diri sendiri.” (HR. Thabrani).

Pada awalnya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun sebagai langkah tepat menuju kebahagiaan. Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, karena kekikirannya.

Dan, tidak sampai pada kekikiran semata, sikap yang demikian juga mengundang datangnya sifat yang membinasakan berikutnya yakni kesombongan.

قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُ ۥ عَلَىٰ عِلۡمٍ عِندِىٓ‌ۚ أَوَلَمۡ يَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ قَدۡ أَهۡلَكَ مِن قَبۡلِهِۦ مِنَ ٱلۡقُرُونِ مَنۡ هُوَ أَشَدُّ مِنۡهُ قُوَّةً۬ وَأَڪۡثَرُ جَمۡعً۬ا‌ۚ

“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” (QS. Al-Qashshash [28]: 78).

Oleh karena itu, Allah memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan seorang hamba (QS. 3: 133 – 134).

Mungkin pada masa umat Nabi Muhammad, orang yang kikir tidak dihukum sebagaimana Qarun mengalaminya. Tetapi, ingatlah apa yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an.

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَٮٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرً۬ا لَّهُم‌ۖ بَلۡ هُوَ شَرٌّ۬ لَّهُمۡ‌ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ‌ۗ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” (QS. Ali Imran [3]: 180).

Oleh karena itu, ikutilah syariat yang telah Allah anugerahkan kepada kita di dunia ini dengan mengamalkan segala perintahnya untuk berzakat, sedekah dan membantu sesama.

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.”  Kemudian Rasulullah membacakan ayat ini (Ali Imran: 180), sampai akhir hayat.” (HR. Bukhari).

Dengan demikian, jauhilah bakhil alias kikir, karena itu bukan jalan keselamatan, sebaliknya justru jalan cepat menuju kebinasaan.

Kemudian hawa nafsu. Dalam masalah ini, Ali bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa yang dikuasai oleh hawa nafsunya, dia telah sesat.”

Hal inilah yang dialami oleh Qabil, yang tega membunuh saudaranya demi mendapatkan pasangan yang diinginkan hatinya, meski itu melanggar syariat yang berlaku kala itu.

“Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab dibunuhnyalah, Maka jadilah dia seorang di antara orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 30).

Begitu buruknya mengikuti hawa nafsu, Allah Ta’ala sampai mengatakan bahwa mereka yang terpedaya olehnya dengan menggunakan kalimat telah mengambil hawa nafsu sebagai tuhannya.

أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً



“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?.” (QS. Al-Furqan [25] : 43).

Jadi, jangan sekali-kali mengikuti hawa nafsu. Karena hal itu akan sangat membahayakan kehidupan kita. Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib berkata, “Barang siapa yang mengikuti hawa nafsunya, maka hawa nafsunya itu akan membutakannya, menulikannya, menghinakannya dan menyesatkannya.

Terakhir, kesombongan, membanggakan diri sendiri. Orang yang memiliki karakter buruk tersebut oleh Al-Ghazali disebut sebagai pribadi yang mengalami penyakit mental dan jiwa. “Orang demikian,” kata Al-Ghazali, “pada sisi Allah Ta’ala adalah terkutuk dan sangat dimurkai.”

Sampai-sampai siapapun yang di dalam hatinya ada setitik kesombongan, maka pintu surga akan tertutup baginya.

“Tidak akan dimasukkan ke surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sikap takabbur. Sebagaimana tidak akan dimasukkan ke neraka orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari keimanan.” (HR. Muslim).

Dengan demikian, jauhilah sifat Fir’aun, Abu Jahal dan Abu Lahab yang membinasakan itu. Sebab, jika dibiarkan kita akan kehilangan akal sehat dan jati diri sebagai hamba Allah. Sayyidina Ali berkata, “Seburuk-buruk bencana bagi akal adalah kesombongan.” Wallahu a’lam.*

No comments: