Masjid Sabilillah, Kenangan Perjuangan Hizbullah dan Sabilillah demi Indonesia

Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan 10 November.
Pementasan drama kolosal Surabaya Membara sebagai peringatan 10 November.
Masjid Sabilillah tidak sekadar masjid yang dinominasikan sebagai Masjid Paripurna oleh Kementerian Agama. Pasalnya, Masjid Sabilillah memang dibangun demi mengenang pengorbanan pejuang Hizbullah dan Sabillah.

Pertempuan 10 November 1945 di Surabaya, memang membuat setiap jiwa yang mendambakan kemerdekaan Indonesia ikut mengangkat senjata mengusir tentara sekutu. Pada pekan keempat November 1945, pasukan dari Malang yang berangkat telah tergabung dalam barisan Hizbullah dan Sabilillah, di bawah komando Imam Sudja'i.

Pada masa revolusi, peran umat Islam mengusir penjajah semakin besar dengan Hizbullah menghimpun kekuatan pemuda-pemuda Islam, sedangkan Sabilillah menghimpun kekuatan santri-santri. Panglima Hizbullah KH Zainul Arifin, Panglima Sabilillah KH Masykur, dan alim ulama lain turut mengikhlaskan jiwanya demi perjuangan bangsa.

Masjid Raya pun didirikan demi mengenang ulama-ulama Islam yang berjiwa patriotik, tentu kepada generasi penerus agar tidak melupakan sejarah panjang kemerdekaan Indonesia. Ketua Umum Yayasan Sabilillah, KH Mas'ud Ali, membenarkan, tujuan itu yang akhirnya melalui inisiasi KH Masykur, Masjid Raya diberi nama Masjid Sabilillah.

"Sebagai monumen perjuangan, menghormati, dan mengabadikan ketaqwaan dan kepahlawanan ulama, serta meneladani semangat perjuangan membela agama, bangsa dan Tanah Air," kata KH Mas'ud kepada Republika, Senin (12/12).

Ia menambahkan, Masjid Sabilillah yang berdaya tampung sekitar 3-4 ribu jamaah itu memang dimaksudkan untuk mengabadikan perjuangan laskar Hizbullah dan Sabilillah. Terlebih, kenangan mendalam ditujukan kepada Panglima Hizbullah dan Panglima Sabillah, KH Zainul Arifin dan KH Masykur.

No comments: