Sejarah Ringkas Kekerasan terhadap Etnis Muslim Rohingya di Myanmar

Lebih dari 25.000 orang melarikan ke Bangladesh. Angka pemerkosaan, pembunuhan meningkat tak tajam. Pemerintah Aung San Suu Kyi mengabaikan kekejaman ini Sejarah Ringkas Kekerasan terhadap Etnis Muslim Rohingya di Myanmar Baru-baru ini laman Wall Street Journal – Amerika mengeluarkan sebuah artikel laporan yang mengkaji konflik lama antara pemerintah Yangon dan umat Islam Rohingya, yang kini ditolak kewarganegaraannya di negara tersebut.
Berikut adalah sejarah singkat warga Rohingya:
Abad kedelapan: Masyarakat Rohingya yang berasal dari Asia Selatan menetap di negara yang merdeka di Arakan, yang kini dikenal sebagai negera bagian Rakhine di zaman modern Myanmar.
Abad kesembilan sampai abad ke-14: Masyarakat Rohingya menerima kedatangan Islam melalui pedagang Arab. Hubungan erat telah terjalin antara Arakan dan Bengal.
1784: Raja Burma, Raja Bodawpaya menaklukan Arakan dan ratusan ribuan pengungsi melarikan diri ke Bengal.
1790: Hiram Cox, seorang diplomat Inggris dikirim untuk membantu pengungsi, Kota Kazan di Bangladesh dibangun dan dikembangkan, di mana banyak etnis Rohingya masih hidup sampai hari ini.
Heru Susetyo: Muslim Rohingya Sudah Ada Sebelum Myanmar Ada
1824-1942: Inggris menawan Burma; yang kini dikenal sebagai Myanmar dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi British India. Para pekerja telah bermigrasi ke Burma dari tempat lain di British India untuk proyek-proyek infrastruktur.
1942: Jepang menyerang Burma, mendorong Inggris keluar. Dengan pengunduran pihak Inggris, nasionalis Burma menyerang masyarakat Islam yang disangka mendapat banyak keuntungan dari penjajahan Inggris.
minoritas-etnis-rohingya-menderita1a
Lebih dari 200.000 etnis Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh
1945: Inggris membebaskan Burma dari penjajahan Jepang dengan bantuan nasionalis Burma yang dipimpin oleh Aung San dan pejuang etnis Rohingya. Tapi etnis Rohingya merasa dikhianati karena Inggris tidak memenuhi janji otonomi bagi Arakan.
1948: Ketegangan meningkat antara pemerintah baru Burma dan Rohingya, yang kebanyakan ingin Arakan bergabung mayoritas Islam Pakistan. Pemerintah membalas dengan memboikot masyarakat Rohingya, termasuk menghapus wujud mereka dalam sektor Pegawai Negeri Sipil (PNS).
1950: Beberapa individu dalam masyarakat Rohingya menentang pemerintah yang dipimpin oleh kelompok bersenjata disebut mujahid. Namun pemberontakan reda secara bertahap.
1962: Jeneral Ne Win dan Partai Sosialis Burma merebut kekuasaan dan mempraktikkan kekerasan terhadap etnis Rohingya.
1977: Lebih dari 200.000 etnis Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
1982: Sebuah undang-undang imigrasi baru didefinisikan ulang. Orang-orang yang berhijrah saat pemerintahan Inggris dianggap sebagai imigran ilegal. Pemerintah menetapkan perintah undang-undang ini pada semua masyarakat etnis Rohingya.
1989: Tentara mengubah nama Burma menjadi Myanmar.
Foto Satelit Tunjukkan Lebih 1000 Rumah Etnis Rohingya di Rakhine Dibakar
1991: Lebih dari 250.000 pengungsi dari etnis Rohingya melarikan diri, dipaksa menjadi buruh, wanitanya diperkosa di tangan militer Myanmar.
1992-1997: Sekitar 230.000 etnis Rohingya kembali ke Arakan, yang kini dikenal sebagai Rakhine, di bawah perjanjian repatriasi.
2012: Kerusuhan antara etnis Muslim Rohingya dan Buddha Rakhine telah menelan 100 nyawa, kebanyakan etnis Muslim Rohingya. Puluhan ribu orang telah didorong ke Bangladesh. Hampir 150.000 orang dipaksa ke kamp-kamp di Rakhine.
2016: Kelompok Harakah al-Yaqin menyerang pondok penjaga perbatasan, membunuh sembilan prajurit Myanmar. Tentara bereaksi. Lebih dari 25.000 orang kembali melarikan diri Rakhine ke Bangladesh. Angka pemerkosaan, pembunuhan dan pembakaran rumah-rumah warga Rakhinr meningkat tak terkira. Namun pemerintah Aung San Suu Kyi mengabaikan atas kekejaman ini.*

No comments: