Yang Perlu Diketahui: Apa Perang Suriah, Rezim Bashar dan Keterlibatan Syiah?

Rusia dan Iran menggunakan istilah perang melawan “kelompok takfiri” dan “teroris” untuk membunuhi rakyat Suriah Yang Perlu Diketahui: Apa Perang Suriah, Rezim Bashar dan Keterlibatan Syiah? [1]
ilustrasi
Mayoritas korban serangan Rusia, Iran dan Rezim Bashar adalah warga sipil
–Negara Suriah atau Syria atau Republik Arab Suriah memiliki penduduk sekitar 22,5 juta jiwa (perkiraan Juli 2012): sekitar 75% Muslim (Ahlus Sunnah wal Jamaʼah/Sunni), 15% Nusairiyah-Alawiyah (Syiah), sekitar 10% Kristen dan Druze dan dalam jumlah yang sangat kecil Yahudi.
Suriah terletak di garis 2.253 km2: Turki (Utara) 822 km, Iraq (Timur, Tenggara, Selatan) 605 km, Yordania dan Palestina (Barat Daya) 451 km, Libanon (Barat) 375 km.
Perang yang terjadi di negeri ini bermula saat Rangkaian peristiwa regional ini lazim dijuluki “Musim Semi Arab” (Arab Spring) tahun 2011.
Tepat Maret 2011, sekelompok remaja menuliskan grafiti di dinding kota Daraʼa, diantaranya bertuliskan: “Sebentar lagi giliran Anda Dokter…” Maksudnya ditujukan kepada Presiden Bashar Al-Assad yang seorang dokter spesialis mata, yang sejak tahun 2000 mewarisi kekuasaan ayahnya Hafez Al-Assad, yang berkuasa selama 30 tahun sebelum wafatnya tahun itu.
Para remaja yang mencoretkan grafiti itu diduga terpengaruh apa yang disaksikannya di televisi dan dibicarakan banyak orang di sekitarnya, tentang revolusi yang terjadi di seantero Arab. Revolusi-revolusi itu telah mengakhiri kekuasaan rezim-rezim zhalim, di Tunisia, Libya, Yaman, dan Mesir. Rangkaian peristiwa regional ini lazim dijuluki “Musim Semi Arab” (Arab Spring).
Remaja tersebut kemudian ditangkap oleh aparat intelijen lokal di Daraʼa. Salah seorang yang ditangkap kini masih hidup, dan mengungsi ke Yordania. Remaja ini dibawa ke penjara Swaida, disiksa, sampai dia mengaku bahwa dia yang mencoretkan grafiti itu, meskipun pada kenyataannya bukan dia yang melakukan.
Dalam waktu dua minggu sesudah penangkapan dan penyiksaan beberapa remaja itu, terjadilah gelombang demonstrasi di kota Daraʼa. Terutama di Masjid Umari, masjid terbesar di kota itu.
Tanggal 29 April 2011, terjadi sebuah demonstrasi besar menuntut “kebebasan dan keadilan” dilakukan oleh ratusan orang di kota Daraʼa. Aparat bersenjata menyerang demonstrasi itu, dan menangkap 51 orang. Diantara yang ditangkap adalah seorang anak lelaki berusia 13 tahun bernama Hamzah Al-Khatib.
Lembar Putih Suriah: Lembar Fakta Krisis Kemanusiaan Suriah
Orang tua Hamzah Al-Khatib meminta aparat melepaskan anaknya. Permintaan itu ditolak. Beberapa hari kemudian anak itu dikembalikan kepada orang tuanya sudah menjadi jenazah. Tubuhnya dipenuhi bekas-bekas siksaan.
Pembunuhan terhadap Hamzah memicu gelombang demonstrasi yang lebih besar di Daraʼa. Sebuah gerakan rakyat yang kemudian dijawab dengan penembakan, pembunuhan, penangkapan, dan penyiksaan yang berskala lebih luas. Aparat Presiden Bashar Al-Assad memperkirakan, cara-cara kekerasan dan kebrutalan yang dipakai untuk menebar ketakutan di kalangan rakyat masih bisa efektif memadamkan kemarahan. Perkiraan mereka meleset.
Nampaknya tingkat frustrasi dan kemarahan mayoritas rakyat Suriah telah mencapai puncaknya, setelah 40 tahun berada di bawah tirani minoritas. Harmoni antar etnis dan agama yang dipaksakan dengan kekejaman intelijen dan birokrasi partai tunggal, tidak bisa lagi dipertahankan. Sekitar 74% warga Suriah adalah Muslimin Ahlus Sunnah wal Jamaʼah (Sunni), sekitar 13% Nusairiyah-Alawiyah (salah satu sekte Syiah), dan sisanya Kristen, Druze, dan dalam jumlah yang sangat kecil Yahudi.
(Laporan Langsung Dua Warga Daraʼa yang Kami Wawancarai) Segera setelah kematian Hamzah Al-Khatib memicu gelombang demonstrasi, kota Daraʼa yang menjadi hulu pergolakan di Suriah, dikepung oleh kekuatan militer dan intelijen rezim Bashar Al-Assad selama 3 bulan.
Tiga minggu pertama sebagian besar warga tidak diberi akses listrik dan air minum oleh rezim yang berkuasa. Selama enam minggu solat Jumʼat ditiadakan di seluruh masjid di kota itu.

Penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan diberlakukan kepada siapa saja yang menunjukkan tanda-tanda mengkritisi rezim yang sedang murka. Tank-tank berpatroli di dalam kota seakan-akan perang. Aparat intelijen mengepung masjid-masjid menjelang waktu solat Jumʼat, memeriksa KTP setiap orang. Yang alamatnya tidak berasal dari dekat masjid diusir, diperintahkan solat Jumat di masjid dekat rumahnya.
Pendekatan yang sama dilakukan di semua kota yang kemudian mengikuti jejak Daraʼa, keluar berdemonstrasi menuntut perubahan, sesudah solat Jumʼat. Seperti kota Hama, Homs, Deir Zur, Aleppo, Idlib, dan lain-lain.
Seusah lima tahun perang yang melanda Suriah, 400.000 warga Suriah telah tewas dan 70.000 lainnya tewas akibat tidak adanya sarana kebutuhan dasar macam air bersih dan kesehatan.
Lebih dari 700 ribu orang mengungsi ke luar Suriah (Turki, Libanon, Yordania dll.), dan sekitar 2 juta orang terpaksa meninggalkan rumah, kampung, dan kotanya, berpindah ke bagian lain di dalam Suriah sendiri (Internally Displaced Persons).
Dua juta orang itu –yang kira-kira sepertiganya anak-anak berusia di bawah 12 tahun– kini hidup tanpa kejelasan keamanan dan kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Cuaca ekstrim musim dingin dan panas, sekaligus kekerasan senjata mengancam nyawa mereka dari detik ke detik.
18.000 Milisi Syiah Bertempur untuk Bashar Assad
Fakta dari peristiwa menunjukkan bahwa aksi ini adalah serangan kejam rezim Bashar terhadap rakyatnya sendiri dan menghapus klaim bahwa ini adalah perang saudara.
Selain itu, konflik di Suriah telah menjadi konflik global dengan banyaknya kepentingan asing yang berlomba-lomba untuk menjejakkan kakinya di atas wilayah yang ‘diberkahi’ ini. Di antaranya Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, Arab Saudi, Iran dan Turki.
Rusia punya kepentingan ekonomi dan melakukan untuk menjaga pelabuhan Suriah, Tartous, yang berfungsi sebagai basis Mediterania Rusia untuk armada Laut Hitam, serta sebuah pangkalan udara di Latakia.
Sementara Iran, punya kepentingan memperluas pengaruh ideologi Syiah di kawasan tersebut dan menjaga makam-makan yang diyakini Syiah sebagai tempat suci yang masih tersisa di Suriah.

inikah-yang-disebut-teroris-bashar
Pembantaian yang dilakukan pasukan rezim Bashar al-Assad terhadap warga Muslim di desa-desa Al-Baydha dan Raas Nabii’ di Baniyas, Tartous, selama dua hari berturut-turut, 3 -4 Mei 2013. Inikah “teroris” dan “takiri?” [Sahabat al Aqsha]
Masuknya Rusia dan milisi Syiah Iran, ikut mengundang milisi rakyat yang tujuannya membela warga Suriah yang terdzalimi (khususnya Muslim Sunni), tak dipungkiri ada pula ISIS, namun itu bukan mewakili mayoritas. Apalagi, Iran mengundang milisi dan tentara bayaran Syiah dari berbagai Negara masuk ke Suriah dengan iming-iming Surga. Belakangan kepentingan Rusia dan Iran ini dibahasakan dengan istilah perang melawan “kelompok takfiri”, “perang terhadap teroris” dan “melawan ISIS” sebagai alasan membombardir dan membunuhi rakyat Suriah yang Sunni.
Selasa 15 Januari 2013, lebih dari 50 orang mahasiswa Universitas Halab (Aleppo) yang sedang menghadapi hari pertama ujian semester syahid dibom dan diroket dari jet-jet tempur rezim Bashar al-Assad. Saksi mata menyebutkan bahwa pesawat-pesawat tempur rezim terbang dan berputar-putar di atas kampus, lalu pergi dan kembali lagi lalu mulai menjatuhkan bom-bom dan menembakkan roket. “Mata kami tidak berbohong!” demikian ujar seorang saksi.
Total jumlah syuhada dalam serangan Bashar ini berkisar antara 216 sampai 230 orang, di semua kawasan Suriah, termasuk 62 orang syuhada di Homs. Diberitakan bahwa di Homs itu ada tujuh keluarga yang semua anggotanya dibunuh dengan pisau lalu dibakar jenazah mereka. Apaka berbagai fakta ini masih menimbulkan kebingungan?.* /Awi, bahan “Lembar Putih Suriah” dan beberapa sumber lain

No comments: