Dinasti Saud, Menggariskan Suksesi Kekuasaan Berdasar Garis Keturunan

Kota Riyadh, ibukota Kerajaan Arab Saudi.
Kota Riyadh, ibukota Kerajaan Arab Saudi.
Selama lebih dari delapan dekade sejak berdirinya kerajaan modern Saudi Arabia pada 1932, peran raja telah diestafetkan di garis keturunan raja Saudi pertama, Abdulaziz ibn Saud. Raja Abu Muqrin bin Abdulaziz al Sauddulaziz ibn Saud ini adalah tokoh sentral kerajaan modern Saudi.

Sebagai seorang pemuda, Ibn Saud memimpin sekelompok pria sepemahaman. Mereka merebut wilayah kuno milik keluarganya di Riyadh, pusat Arab. Keluarga Ibn Saud sebelumnya menguasai sebagian besar Semenanjung Arab selama lebih dari tiga ratus tahun.

Ibn Saud kemudian membangun sebuah kerajaan padang pasir di bawah bendera kebangkitan Islam. Pada 23 September 1932, Kerajaan Saudi Arabia resmi menabuh kekuasaan dalam sistem kerajaan absolut.

Semasa hidupnya, Ibn Saud melebarkan wilayah kedaulatan dari Teluk hingga Laut Merah, dan dari Irak hingga Yaman. Ibn Saud memimpin hingga 1953. Sebelum meninggal, ia sudah menggariskan suksesi kekuasaan berdasar garis keturunan.

Raja selanjutnya dipilih dari putra-putranya sendiri. Hingga kini, enam putra Ibn Saud sudah meneruskan dinasti kekuasaan. Dimulai dari putra tertua, Saud (1953-1964), Faisal (1964-1975), Khalid (1975-1982), Fahd (1982-2005), Abdullah (2005-2015), dan Salman (2015-sekarang).

Menurut PBS, Raja Abdulaziz Ibn Saud menjalin aliansi dengan menikahi putri dari pemimpin etnis di masanya. Ia memiliki sedikitnya 22 istri dan 45 putra yang diakui. Tidak diketahui pasti berapa jumlah anak perempuan yang dimilikinya.

Tidak ada yang menghitung dengan jelas namun diperkirakan ada lebih dari 50 orang. Praktik poligami dan memperluas aliansi seperti ini juga dilakukan saat putra Ibn Saud, Saud, naik tahta. Ia tercatat memiliki 53 putra dan sedikitnya 54 putri.

Keturunan Raja Abdulaziz hingga saat ini diperkirakan mencapai ribuan orang. Beberapa di antaranya aktif menjalankan roda kekuasaan dan dinasti kekeluargaan. Raja Salman yang saat ini memimpin pun dahulu adalah punggawa kebanggaan keluarga.

Ia menjadi gubernur Riyadh selama lima dekade, kemudian menjadi menteri pertahanan, deputi perdana menteri hingga kini Raja. Seiring dengan usia menua, dinasti Saudi tengah mempersiapkan kenaikan generasi ketiga.

Sebagian besar Putra Ibn Saud yang masih hidup saat ini telah menginjak usia 80-an. Raja Salman pun berusia 81 tahun, tahun ini. Maka waktunya akan segera tiba bagi kerajaan Saudi memilih pemimpin dari generasi ketiga.

Kursi Putra Mahkota saat ini diduduki oleh Mohammed bin Nayef. Raja Salman menunjuknya pada 2015 sebagai pengganti di kursinya dulu. Mohammed adalah putra dari Putra Mahkota terdahulu, Nayef bin Abdulaziz.
Menurut pengamat asing, Mohammed adalah cucu terbaik dari Ibn Saud di kerajaan. Raja Abdullah terdahulu memilihnya sebagai Menteri Dalam Negeri pada November 2012.

Alqaidah tunduk pada penanganannya yang cekatan terhadap kampanye pengeboman kelompok ini pada 2003-2006. Mohammed bin Nayef juga memiliki jaringan mata-mata yang berhasil menggagalkan serangan berulang-ulang oleh kelompok Alqaidah sayap Yaman.

Sementara, kursi deputi Putra Mahkota diduduki oleh Mohammed bin Salman. Ayahnya, Raja Salman memilihnya menjadi deputi sejak April 2015. Pria kelahiran 1985 ini juga menjabat posisi menteri pertahanan. Diusia mudanya, ia sudah menjadi deputi Perdana Menteri juga Kepala Dewan Urusan Ekonomi dan Pengembangan.

Raja Salman sendiri naik tahta dua tahun lalu. Sebelumnya ia merupakan Putra Mahkota sejak 2012 hingga 2015. Ia dipilih sebagai raja tak lama setelah Raja Abdullah bin Abdulaziz meninggal.

Raja Salman merupakan salah satu dari tujuh putra yang lahir dari istri favorit pendiri Arab Saudi Abdulaziz ibn Saud, Hassa bint Ahmed al-Sudairi. Pada 1962, ia menjadi gubernur Provinsi Riyadh hingga 2011.

Sejak saat itu ia jadi Menteri Pertahanan. Pamor Salman terus menanjak di dunia perpolitikan Saudi hanya dalam beberapa tahun. Apalagi setelah ia mendekatkan hubungan Saudi dengan Barat baik secara politik maupun ekonomi.

Sehingga tak butuh waktu lama untuk menunjuknya sebagai pengganti sang kakak, alm. Raja Abdullah. Salman sudah sering memimpin rapat kabinet selama beberapa bulan sejak jadi Putra Mahkota. Ia juga menangani hampir semua perjalanan kerajaan keluar negeri.

Selama jadi gubernur Riyadh pun, Salman punya rekam jejak baik dalam pemerintahan. Selama lima dekade, ia menjalankan reformasi membasmi korupsi. "Ia adalah kombinasi dari pembaru, hakim, juri dan pelobi isu ekonomi," kata mantan Duta Besar AS untuk Arab Saudi, Robert Jordan pada CNN.

Peran Salman di Riyadh juga termasuk menjaga keluarga kerajaannya dengan baik. Ia memastikan mereka hidup dalam kondisi aman, damai dan tanpa publisitas berlebihan.

Ia menarik investasi asing ke Riyadh, meningkatkan pariwisata dan proyek ibukota lainnya. Ia memperkuat hubungan dengan Barat.

Pada 2011, ia memerintahkan pemberantasan pengemis. Pengemis asing dideportasi dan pengemis lokal direhabilitasi.

Setelah menjadi menteri pertahanan ia semakin bersinar dengan tanggung jawab yang lebih besar. Di tangannya, kerajaan mengalami modernisasi dan perubahan. Saudi mereformasi menjadi lebih maju.

Media barat menyebutnya anggota keluarga kerajaan yang cerdas dan pekerja keras. Sebagai menteri pertahanan, ia membuat Saudi bergabung dengan koalisi pimpinan AS untuk melawan ISIS pada 2014.

Sejumlah putra Raja Salman kini menempati beberapa posisi penting. Termasuk Pangeran Sultan yang pada 1980an jadi astronit Muslim pertama. Ia saat ini menjabat otoritas pariwisata Saudi.

Pangeran Abdulaziz kini jadi wakil menteri perminyakan dan Raja Faisal adalah gubernur wilayah Madinah. Putranya yang lain, pangeran Khaled adalah salah satu pilot yang melakukan serangan udara pertama pada ISIS tahun lalu
Sumber : Wall Street Journal/Public Broadcasting Service (PBS)

No comments: