Umatpun akan Mengikuti Yahudi dan Nashrani

Inilah yang hari ini kita saksikan; sekelompok umat yang mengklaim dirinya bagian dari kaum muslimin namun sejatinya mereka tidak memiliki sedikitpun bagian dari Islam Umatpun akan Mengikuti Yahudi dan Nashrani
ILUSTRASI
Anggota Partai Likud Israel dan Partai Shas bertemu dengan pejabat senior Palestina Yasser Abed Rabbo di Kantor PLO di Ramallah, 7 Juli 2013
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kalian benar-benar akan mengikuti tradisi umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta hingga mereka masuk ke lubang biawak pun kalian akan mengikuti mereka.” Kami (para sahabat) berkata, “Ya Rasulullah, apakah mereka itu orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Ya siapa lagi (kalau bukan mereka)!” (Muttafaq ‘Alaih)


Saat Musa kembali dari Madyan menuju Mesir, di tengah perjalanan Allah mengangkatnya sebagai nabi Bani Israel. Sesampainya di Mesir, Musa segera melaksanakan misi tauhid dan rencana pembebasan Bani Israel. Betapa terkejutnya Musa manakala mendapati bahwa bani Israel yang dihadapinya telah jauh dari tuntunan dan warisan Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub as. Peribadatan kaum Yahudi (Bani Israel) itu lebih dekat kepada paganisme ketimbang tauhid.
Pasca wafatnya Nabi Musa, kaum Yahudi semakin jauh dari ajaran Musa. Kitab Taurat tidak lagi dijadikan sebagai pedoman. Sebaliknya, Talmud yang diklaim sebagai penjelasan Taurat justru yang dijadikan sebagai rujukan utama. Padahal isi Talmud dengan Taurat bagai timur dan barat; sama sekali tidak mencerminkan syari’at nabi Musa.
Perjalanan penyimpangan dan kesesatan kaum Nabi Musa itu terus berlanjut hingga diutusnya nabi Yahya dan Zakaria. Maka, betapa terkejutnya nabi Isa tatkala mendapati bani Israel yang mengklaim sebagai pengikut Musa itu tidak lagi mencerminkan pengikut Musa yang sesungguhnya. Penyimpangan yang sangat parah itu sampai pada tingkat Bani Israel tidak mendapati sisa-sisa dan jejak peninggalan nabi Musa. Hal itu terbukti dengan usaha mereka untuk menghalangi dakwah dan ajaran Nabi Isa as, bahkan berkonspirasi untuk membunuhnya. Padahal nabi Isa diutus untuk melanjutkan ajaran nabi Musa dan menyempurnakannya. Lebih parah lagi bahwa orang-orang ‘terbaik’ dari kalangan rabi dan pendeta Yahudi pun tidak bisa mengenali siapa Isa as. Hal ini menunjukkan betapa jauhnya ketersesatan mereka dari ajaran Musa as.
Pasca diangkatnya Nabi Isa as, kekufuran dan penyimpangan Yahudi bani Israel semakin parah. Injil yang diyakini sebagai kitab suci ajaran Isa secara sengaja dirusak teks dan konteknya. Praktis bisa disimpulkan bahwa tidak satupun kitab Injil yang beredar di kalangan bani Israel yang benar-benar merupakan ‘sabda’ Isa bin Maryam as. Semuanya sudah olahan dan gubahan para Yahudi licik. Mereka melakukannya karena dorongan duniawi semata.
Enam abad kemudian datanglah nabi akhir zaman, Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassallam. Sosok nabi yang mereka tunggu-tunggu lantaran nubuwat yang sering disampaikan nabi Isa as tentang kemunculannya itu lagi-lagi mereka ingkari. Kaum Yahudi merasa kecewa lantaran nabi yang muncul bukan keturunan Ishaq, melainkan Ismail. Saat kedatangan nabi Muhammad di Madinah, kaum Yahudi sudah menampakkan kebenciannya. Berbagai perjanjian damai dibuat antara kaum muslimin dengan orang-orang Yahudi selalu berakhir dengan pengkhianatan.
Bani Nadhir, Quraidhah dan Qainuqa, semuanya merusak perjanjian yang mereka buat dengan nabi. Hingga akhirnya mereka harus terusir dari kampung halamannya. Ya, sebelum wafatnya, Rasulullah berpesan agar bumi Jazirah bersih dari Yahudi dan Nashrani. Di masa Abu Bakar ra pesan ini belum terealisir, barulah di masa Umar bin Khattab pesan ini bisa terlaksana.
Terusirnya mereka dari tanah Arab telah menjadi pil pahit yang melahirkan dendam kesumat mereka atas kaum muslimin. Upaya merusak kaum muslimin dari luar selalu berakhir dengan kegagalan. Hingga akhirnya di masa Utsman bin Affan muncul sosok Yahudi; Abdullah bin Saba yang datang ke Madinah dengan berpura-pura masuk Islam. Keberadaannya ditolak lantaran terlalu kentara kejahatan dan makarnya. Di masa Ali bin Abi Thalib hampir saja Ibnu Saba itu dihukum mati, namun atas berbagai pertimbangan Ali hanya mengusirnya hingga Ibnu Saba pergi ke Kufah. Di tempat itulah ia menebar fitnah yang berakhir dengan lahirnya kelompok Syi’ah Saba’iyah.
Gerakan Syi’ah yang bermula hanya bermotif politik telah berkembang lebih komplek menjadigerakan ideologi baru. Ia mirip dengan Islam namun sejatinya tidak memiliki bagian sedikitpun dari Islam. Gerakan ini terus berkembang, dan motif utamanya adalah dendam sejarah untuk menghancurkan Islam.
Nampaknya nasib ajaran nabi akhir zaman ini akan menyerupai ajaran Musa dan Isa as, yang makin jauh dari nabinya maka makin jauh pula kesesatan umatnya. Inilah yang hari ini kita saksikan; sekelompok umat yang mengklaim dirinya bagian dari kaum muslimin namun sejatinya mereka tidak memiliki sedikitpun bagian dari Islam. Dan, lagi-lagi biang keladinya adalah Yahudi yang berhasil memperdayai kaum muslimin yang bodoh. Nampaknya pengulangan sejarah umat nabi Musa dan Isa as terulang lagi pada umat ini.
Meski ada kemiripin sejarah, namun penyimpangan kaum muslimin terhadap syari’at Muhammad tidaklah sama dengan kaum nabi Musa dan Isa as. Ya, umat ini memang akan mengikuti jejak-jejak Yahudi dan Nashrani / Judeo Kristiani, dan Syi’ah adalah satu bentuknya yang paling parah.
Namun, tidak seperti nabi Musa dan Isa as yang tidak memberikan jaminan keselamatan atas umatnya, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam menjanjikan akan adanya sekelompok dari umatnya yang senantiasa komitmen dengan syari’at Muhammad hingga datangnya kiamat. Itulah Thaifah Manshurah yang dijanjikan eksistensinya hingga akhir zaman. Semoga kita masuk dalam kelompok yang dijanjikan itu.*
abu Fatiah al Adnani
 Penulis buku-buku Akhir Zaman

No comments: