Uqbah bin Nafi Sang Penakluk

Mufadhdhal bin Fadhalah menuturkan, “Uqbah bin Nafi adalah orang yang Allah istijabahkan doanya.”
Uqbah bin Nafi Sang Penakluk
Ilustrasi.
LIHATLAH sosok seorang pahlawan Islam yang agung dan saleh, Uqbah bin Nafi, seorang penakluk wilayah Zawilah, Gadamis, beberapa wilayah Suda, Fazzan, beberapa wilayah bangsa Barbar, Bagayah, Zab, Thanja, Sus dataran rendah, dan Sus dataran tinggi. Ketika Uqbah hendak memperluas wilayah Islam hingga ke Qairawan, ia menemukan suatu wilayah yang harus ia lewati sebelum mencapai wilayah tersebut.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memuliakan Islam untuk dapat memasuki daerah tersebut. Namun wilayah tersebut masih berupa hutan rimba yang teramat lebat, yang dipenuhi dengan pepohonan, semak belukar, sarang hewan buas, dan segala macam ular. Beberapa prajurit datang bersama dan berkata kepada Uqbah, “Bagaimana Anda dapat memerintahkan kami untuk mendirikan bangunan di tanah yang memiliki pepohonan lebat dan di antara semak belukar seperti ini, sementara Anda sendiri takut kepada hewan buas dan ular?”
Para pengikut Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam turut serta dalam pembangunan dan perluasan wilayah ketika itu. Mereka semua tabi’in, berjumlah sepuluh orang. Mendengar pengaduan itu dari para prajuritnya, Uqbah berdoa dengan diamini oleh sepuluh orang tersebut.
Setelah berdoa, ia berjalan menuju Sanjah dan menelusuri lembah-lembahnya seraya berteriak lantang, “Wahai para penghuni hutan ini, kalian para binatang buas dan seluruh kawanan ular! Kami para pengikut setia Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam. Karena itu, menjauhlah kalian dari sini karena kami akan segera menjelajahi tempat ini. Barangsiapa masih berada di sini setelah kami memberi peringatan, maka janganlah salahkan kami bila kami mengambil tindakan!”
Beberapa saat setelah itu, semua orang dapat melihat dan menyaksikan sendiri perkara yang amat menakjubkan. Semua binatang buas yang bersembunyi di semak belukar dan pepohonan tinggi, keluar dan membawa anak-anak mereka. Serigala membawa anaknya, kawanan ular menjauh bersama anak-anak mereka.
Ketika itulah ia berteriak, “Jangan ada yang membunuh mereka dan jangan ada pula yang bergerak hingga mereka semua pergi dan meninggalkan kita.” Setelah menunggu beberapa lama, kawanan hewan buas itu pun menjauh, sementara prajurit Uqbah masih diam membisu dan tidak memahami hal itu. Lalu Uqbah turun ke lembah dan meminta anak buahnya untuk memotong dan menebang pepohonan.
Di dalam kitab Syiar disebutkan bahwa tempat yang dituju Uqbah adalah wilayah yang sangat lebat dan masih berupa hutan rimba. Suatu tempat yang merupakan tempat berlindung bagi hewan buas dan kawanan ular. Uqbah memerintahkan para penghuni hutan tersebut segera keluar. Karena itu, tidak ada satu hewan buas pun tersisa di sana. Mereka telah berlari sebelum Uqbah berencana mengusir paksa. Hewan bertaring pun tidak ketinggalan lari dengan membawa serta anak mereka.
Mufadhdhal bin Fadhalah menuturkan, “Uqbah bin Nafi adalah orang yang Allah istijabahkan doanya.”
Uqbah mengangkat kakinya dari wilayah Qairawan, setelah memiliki seseorang sebagai penggantinya di sana. Ia adalah Zuhair bin Qais al-Balawi. Sejenak sebelum ia meninggalkan kota tersebut, Uqbah memanggil anak-anaknya dan berkata kepada mereka, “Wahai anak-anakku, aku telah menjual diri dan jiwaku kepada Allah. Karena itu, aku terus berjihad untuk melawan orang-orang kafir yang mengingkari Allah.”
Kemudian tidak lupa ia memberi sedikit pesan dan nasehat. Ia berkata, “Semoga Allah terus menyertai dan menjaga kalian. Menurut firasatku, kalian takkan melihat dan menjumpaiku lagi setelah hari ini.”
Ia meneruskan kembali pesannya, ”Ya Allah, ya Tuhanku, terimalah jiwa dan diriku dengan penuh keridhaan kepada-Mu. Jadikanlah jihad sebagai rahmat-Mu bagiku, dan tempat kediaman yang sangat indah menjadi milikku di sisi-Mu.”
Kemudian ia mulai berjalan dan memasuki kota Bagayah. Selama dalam perjalanan, ia tidak menemukan perlawanan yang berarti. Pasukan Romawi pun lari tunggang langgang dari hadapannya. Mereka menyerah tanpa perlawanan. Korban berjatuhan pun tidak banyak. Kaum muslimin pulang membawa harta rampasan perang amat melimpah.
Setelah mendapat kemenangan, Uqbah beralih ke wilayah yang dikenal dengan Tahart. Di sana, pasukan dan tentara Romawi yang menguasai wilayah tersebut meminta bala bantuan kepada rakyat Barbar. Barbar pun mengaminkan dan membantu mereka dengan upaya yang tidak sedikit.
Melihat peristiwa itu, Uqbah berdiri di hadapan para tentara dan pasukan kaum muslimin. Di antara petikan khotbahnya adalah, “Wahai manusia! Kalian sekarang berada di tengah wilayah yang sangat asing. Akan tetapi, kalian tidak perlu resah. Sungguh, kalian telah berbaiat kepada Zat yang Maha Memiliki. Dialah Sang Penguasa sekalian alam. Dia melihat dan menyaksikan apa yang berlaku di sini. Tepat di tempat kalian menginjakkan kaki. Kalian tidak akan sampai ke tempat asing ini kecuali dengan niat yang tulus kalian, yaitu demi mencari dan menggapai ridha-Nya dan sebagai bukti pengabdian kalian membela agama-Nya. Karena itu, sampaikanlah berita gembira ini dari-Nya! Semakin banyak musuh dan pasukan yang akan kalian hadapi, semakin rendah dan hinanya mereka, insya Allah. Tuhan kalian yang Maha tinggi tidaklah menyerahkan kalian kepada selain-Nya. Karena itu, jumpailah dan hadapilah musuh tersebut dengan hati yang lurus dan niat yang suci. Sungguh, Allah Swt menjadikan kalian sebagai penakluk orang-orang yang berdosa dan kafir.”
Kaum muslimin menanggung beban tidak mudah ketika menghadapi musuh yang berjumlah sangat besar. Akan tetapi, Allah masih memberikan dan mengaruniakan kemenangan di tangan kaum muslimin. Tentara Romawi dan Barbar pun terpukul mundur dan mengalami kekalahan sengit. Kaum muslimin berhasil merebut pedang mereka, juga berhasil meraih harta dan senjata rampasan perang yang berlimpah. Sementara itu, korban dari pihak musuh pun banyak yang berjatuhan.*/Sudirman (sumber buku: Ensiklopedia Akhlak Muhammad Saw, penulis Mahmud al-Mishri)

No comments: