Manusia Sang Hyang, Penghuni Awal Nusantara ?

Dalam mitologi masyarakat Jawa, dikisahkan tentang awal mula penduduk Nusantara, yang bermula dari pernikahan Sang Hyang Nurcahya (Anwar) dengan Dewi Nurrini (Dewi Mahamuni). Digambarkan Sang Hyang Nurcahya merupakan anak keturunan Nabi Adam, sementara Dewi Nurrini merupakan puteri Prabu Nurhadi
Legenda kuno ini memberikan gambaran, tentang kepercayaan adanya makhluk sebelum Bani Adam, yang oleh beberapa kalangan di-istilahkan sebagai Bani Jan, yang diwakili oleh sosok Dewi Nurrini.

Neanderthal, Credit: Mauro Cutrona
Misteri Manusia Sang Hyang
Pernikahan antara Bani Adam (Anwar), dengan Bani Jan (Dewi Nurrini) melahirkan Sang Hyang Nurrasa, sebagai cikal bakal Manusia Sang Hyang, yang memiliki pusat pemerintahan yang disebut Kahyangan.
Di dalam legenda, sering kali ditemukan silsilah yang menghubungkan kekerabatan manusia modern, sebagai keturunan Manusia Sang Hyang. Hal ini bisa terlihat dalam genealogy raja-raja di jawa, meskipun secara sains belum terbukti kebenarannya.
 

Manusia Sang Hyang boleh jadi merupakan komunitas manusia pra sejarah, sebagaimana Manusia Neanderthal yang dalam pemetaan Y-DNA dan MtDNA, sudah tidak terdeteksi lagi keberadaannya.
Kepunahan ras-ras manusia ini, bisa disebabkan karena wabah penyakit atau bisa juga dikarenakan bencana alam, seperti yang dialami Manusia Neanderthal 30.000 tahun yang lalu . Namun demikian, jejak keberadaan DNA Manusia Neanderthal, masih bisa ditemukan pada sekitar 1%-4% pada genom manusia modern
Kuat dugaan Manusia Sang Hyang yang banyak berdiam di wilayah India dan Nusantara, mengalami penurunan populasi diakibatkan letusan Gunung Toba, pada 74.000 tahun yang lalu. Bencana vulkanik ini, diperkirakan hanya menyisakan sekitar 30.000 orang yang selamat
Di sisi lain, secara suprnatural masih banyak yang meyakini keberadaan komunitas Sang Hyang hingga masa sekarang. Komunitas Sang Hyang dipercaya memiliki struktur genetik yang berbeda dari manusia biasa, sehingga memiliki usia yang sangat lanjut serta dapat hidup di ruang luar dimensi alam syahadah.
WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: