Tiga Sikap Lembut Rasulullah SAW untuk Non-Muslim

Tenda di Masjid Nabawi  Kota Madinah yang  mulai lengang setelah ditinggal jamaah  haji
Tenda di Masjid Nabawi Kota Madinah yang mulai lengang setelah ditinggal jamaah haji
Alquran adalah cerminan akhlak Rasulullah SAW, demikian Aisyah RA menggambarkan pekerti Rasulullah yang luhur.
Dalam banyak aspek kehidupan, sisi-sisi pribadi Rasul dapat dijadikan sebagai teladan dan contoh ideal. Tidak hanya soal moralitas pribadi, tetapi juga keagungan sikap terhadap keluarga, tetangga, masyarakat, bahkan perlakuan Rasul kepada non-Muslim.
Ada banyak riwayat yang mengisahkan bagaimana Rasul berperilaku dan berinteraksi dengan non-Muslim, seperti Yahudi ataupun Nasrani.
Salah satu kisah masyhur misalnya, Rasul tetap menjenguk seorang Yahudi yang sedang sakit, padahal yang bersangkutan pernah membenci dan meludahi Baginda Rasul.
Namun, terdapat kisah lain yang menampakkan keluhuran pekerti Rasulullah terhadap non-Muslim. kami mencoba menginventarisasikannya sebagai berikut:

Mendoakan Hidayah Datang, Bukan Celaka dan Binasa

Suatu ketika ath-Thufail bin Amar ad-Dausi, salah satu pemuka Kabilah Daus yang tersohor di Jazirah Arab pada masa itu, bersama sejumlah temannnya mendatangi Rasulullah. Ath-Thufail telah masuk Islam lebih dahulu, ketimbang kaumnya.
Kedatangannya ke Rasul henda melaporkan penolakan kaumnya terhadap dakwah Islam. Rombongan ath-Thufail meminta Rasul mendoakan kaumnya tersebut. 
Mereka pun akhirnya mengangkat tangan mereka dan saling bergumam dalam hati, mengira Rasul akan mendoakan kebinasaan dan celaka untuk Kabilah Daus.
Tetapi ternyata tidak. Justru, Rasul mendoakan kebaikan untuk mereka. "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada Kabilah Daus dan engkau (Thufail) bagian dari mereka,” kata Rasul mendoakan.


Baginda Rasul Menerima Hadiah dari Kafir

Meski berbeda keyakinan, namun dalam soal interaksi, Rasul tetap saja bersahaja. Bahkan, banyak riwayat menyebutkan Rasul menerima hadiah yang diberikan orang-orang kafir. 
Di antaranya, Rasul menerima hadiah dari Zainab binti al-Harits, perempuan Yahudi, istri Salam bin Misykam di Khaibar. Hadiah tersebut berupa kambing guling yang ternyata telah dicampur dengan racun mematikan. 
Para ahli fikih berpendapat boleh menerima hadiah dari kafir apa pun kategori mereka, baik kafir harbi (non-Muslim yang sedang memerangi umat Islam) atau kafir zimmi (yang berada dalam otoritas Muslim).


Seruan Merajut Tali Silaturahim

Bahkan, secara tegas, dalam beberapa kesempatan Rasulullah menyerukan umatnya untuk tetap menjalin komunikasi, membangun harmoni dengan mereka, orang kafir. 
Terlebih jika mereka memiliki hubungan darah dengan kita. “Tetaplah bersilaturahim dengan ibumu,” demikian pesan Rasul untuk Asma’ binti Abu Bakar. 

No comments: