Bukit Ka’ba, Pusat Dakwah Islam di masa Kedatuan SRIWIJAYA ?

Di dalam Kitab Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah, diceritakan tentang kedatangan sahabat Rasulullah, Akasyah bin Muhsin Al-Usdi radhiallahu anhu, di Kerajaan Sriwijaya. Legenda kemudian bercerita, munculnya Pusat Dakwah Islam di Bukit Ka’ba, yang saat ini berada dalam wilayah Kabupaten Rejang Lebong (Curup) Bengkulu.
Bukti arkeologis tentang telah adanya gerakan dakwah Islam di Pulau Sumatera pada abad pertama hijriyah, ditemukannya makam Tuan Syekh Rukunuddin, yang wafat tahun 48 Hijiriah, di komplek pemakaman Mahligai, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Islam di Kerajaan Sriwijaya
Berdasarkan buku “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nsantara abad XVII & XVIII”, tulisan Prof. Dr. Azyumardi Azra MA, tercatat beberapa kali Raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Syiria.
Dan pada salah satu naskah surat yang ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M), Raja Sriwijaya bernama Sri Indravarman, mengajukan permintaan agar kholifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.
Maraknya Dakwah Islam di Kedatuan Sriwijaya, sedikit terganggu selepas wafatnya Raja Sri Indravarman. Pengganti Sri Indravarman, tidak terlalu banyak memberi perhatian terhadap pekembangan Islam. Namun demikian, pengajaran Islam terus berlanjut, meski tanpa sokongan pihak berkuasa.
Legenda Bukit Kaba Sriwijaya, menceritakan pemimpin pusat dakwah di wilayah ini, disebut Si Pahit Lidah. Julukan Si Pahit Lidah ini, mungkin dikarenakan cara dakwah yang tegas, tidak segan-segan mengungkapkan satu ayat (kebenaran) meskipun dirasa pahit oleh pendengarnya.
Sebagai ulama penyebar Islam, sosok Si Pahit Lidah ini dipercaya memiliki karomah, bahkan beredar cerita, segala yang mereka ucapkan bisa menjadi kenyataan.
Selepas serangan Kerajaan Chola di tahun 1025 M, Kedatuan Sriwijaya mengalami perpecahan, salah satu pecahannya, kemudian mendirikan Keratuan Bukit Siguntang (Palembang). Salah satu penguasanya bernama Raja Segentar Alam masuk Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Zulqarnain Alam Syah.
Atas prakarsa, Puyang Ogan “Wali Putih” yaitu ulama yang berhasil meng-islamkan Raja Segentar Alam, Pusat Dakwah Islam di Bukit Ka’ba dipindahkan ke Bukit Siguntang. Sejak masa itu, kepemimpinan “Si Pahit Lidah”, tidak saja sebagai panatagama (pemimpin agama) tetapi juga merangkap sebagai amir (kepala pemerintahan).

WaLlahu a’lamu bishshawab

KQ

No comments: