Konsep Hyang (Tauhid Nusantara Kuno) di tanah Sumatera ?

Dalam konsepsi teologis Nusantara Kuno, dikenal istilah hyang (sanghyang, sangiang). Hyang dipercaya menguasai seluruh roh-roh, serta mengendalikan seluruh kekuatan alam.
Kekuatan Hyang dianggap melebihi dewa-dewa, atau dengan kata lain, masyarakat Nusantara pra Hindu-Budha, sudah menganut paham Tauhid (monoteistis), dimana Hyang dihayati sebagai sang maha pencipta dan penguasa tunggal di alam 

Konsep Hyang di Sumatera
Dalam Legenda Bangsa Melayu, diceritakan tentang kedatangan Raja Mus dari Negeri Assyria. Sang Raja diperkirakan tiba di Swarna Dwipa (Sumatera) pada sekitar tahun 700 SM, ia dikisahkan bertemu dengan aliran sungai yang kemudian diberi nama Sungai Musi.
Kehadiran Raja Mus, dipercaya terkait dengan keberadaan ajaran tauhid Nabi Ibrahim, yang dikenal dengan nama Braham. Keberadaan ajaran Braham tertulis pada buku Fa Xian, di era tahun ke-7 Kaisar Xiyi (411M), ia menulis : “Kami tiba di sebuah negeri Yapoti (Jawa dan atau Sumatera), di negeri itu Agama Braham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya“ 
Ajaran Braham (Tauhid Nabi Ibrahim), kemudian membumi di Swarna Dwipa serta mendapat pengaruh dari ajaran Monotheisme Kuno Nusantara, yang dikenal sebagai ajaran Kapitayan. Perpaduan kedua ajaran Monotheisme ini, melahirkan konsep Hyang di Pulau Sumatera.
Pemakaian gelar-gelar seperti Dapunta Hyang bagi Penguasa Sriwijaya, serta nama-nama tempat seperti Kepahyang (Bengkulu) dan Pariangan (Minang), menunjukkan pengaruh konsep Hyang, sudah mengakar sangat kuat di Sumatera. Dan adanya kesamaan konsep Tauhid antara ajaran Hyang dengan Islam, sepertinya menjadi salah satu sebab masyarakat melayu sumatera, bisa menerima Islam sebagai aturan hidup mereka.
WaLlahu a’lamu bishshawab

No comments: