Satrio Piningit, Simbolisasi Bukit Siguntang dan Zuriat Sunan Giri ?

Di dalam Kitab Musarar Joyoboyo, mengidentifikasi kehadiran Satrio Piningit (Ratu Amisan) yang bakal datang dari “… perak lan Gunung Perahu, sakulone tempuran (dekat Gunung Perahu, sebelah barat tempuran)… “.
Di kalangan masyarakat, ada dugaan yang dimaksud Gunung Perahu adalah Gunung Tangkupan Perahu, namun sayangnya disekitar daerah itu tidak ditemukan tempuran atau pertemuan 2 (dua) sungai (sumber : satrio piningit).
Kitab Musarar bukan Ramalan Masa Depan
Kitab Musarar merupakan hasil gubahan dari Sunan Giri Prapen, yang oleh beberapa kalangan dipercaya bersumber dari Jangka Prabu Jayabaya Kediri.
Banyak yang meyakini Kitab Musarar ini berisikan sandi (perumpamaan) dari para waliyullah, yang apabila dipelajari mengandung manfaat bagi kehidupan masyarakat Nusantara di masa mendatang.
Dan keliru kalau dikatakan Kitab Musarar merupakan ramalan masa depan. Kitab Musarar sejatinya adalah konsep ketatanegaraan yang apabila diterapkan, akan menghasilkan masyarakat adil dan makmur, yang digambarkan dalam sosok Ratu Adil.
Simbolisasi Kitab Musarar, terlihat pada penggambaran tentang kehadiran Satrio Piningit (Satrio Penolong Tersembunyi), yang kemunculannya akan menandai munculnya Ratu Adil.
Simbolisasi Gunung Perahu, Tempuran dan Sebelah Barat
Pada Kitab Musarar, terdapat bait sebagai berikut :
Prabu tusing waliyulah, Kadhatone pan kekalih, ing Mekah ingkang satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, Prenahe iku kaki, Perak lan gunung Perahu, sakulone tempuran, Balane samya jrih asih, Iya iku ratu rinenggeng sajagad. (sinom 28).
Terjemahan :
Raja keturunan waliyulah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawi (Nusantara). Letaknya dekat dengan Gunung Perahu, sebelah barat tempuran (pertemuan 2 sungai). Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal di dunia.
Gunung Perahu adalah simbolisasi dari Bukit Siguntang, yang merupakan dataran tinggi di wilayah Kota Palembang, dengan ketinggian mencapai 27 meter. Uniknya bukit itu, berada ditengah daerah yang berair (rawa-rawa). Sekilas Bukit Siguntang akan terlihat seperti daerah yang terapung, mirip perahu di atas air.
Sementara tempuran yang dimaksud adalah tempat pertemuan antara sungai musi dan sungai ogan, yang lokasinya tidak jauh dari Bukit Siguntang. Dan tepat disebelah baratnya terdapat Masjid Muara Ogan, yang didirikan oleh Kiai Marogan, seorang waliyullah di Kota Palembang.
Makna Bukit Siguntang merupakan saksi atas awal kejayaan Kedatuan Sriwijaya, yang ditandai dengan ditemukannya Prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Siguntang. Sementara makna tempuran Sungai Ogan dan Sungai Musi, adalah lambang persatuan masyarakat Nusantara, dimana berabad-abad yang lampau pernah berkumpul 20.000 balatentara dipimpin oleh Dapunta Hyang Jayanasa.
Makna Simbolisasi :
Pesan yang ingin disampaikan adalah untuk menuju Kejayaan (disimbolkan dengan Bukit Siguntang Sriwijaya), syaratnya adalah dengan persatuan (disimbolkan dengan tempuran dua sungai).
Persatuan yang terjalin, hendaknya didasarkan kepada ikatan ukhuwah Islamiyah yang kuat, dengan simbol sebelah barat, atau simbolisasi dari posisi arah kiblat (Kota Makkah), yang semakin diperjelas dengan berdirinya bangunan Masjid di wilayah itu.
Dan bukan satu kebetulan, kalau disekitar tempuran Sungai Ogan dan Sungai Musi, yakni daerah 1 ulu, 2 ulu (perigi besak), 3 ulu dan sungai goren, banyak bertempat tinggal keluarga Kesultanan Palembang Darussalam, yang zuriatnya berasal dari Sunan Giri salah seorang walisongo di Nusantara.
Bahkan sebagian dari penduduknya ada yang kemudian hijrah ke kota Makkah, dimana salah satu keturunannya pada saat ini menjadi walikota Makkah, yakni Dr. Osama Al Bar (sumber : Dr. Osama Al-Bar, walikota Makkah keturunan Sunan Giri ?).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan Penambahan :
1. Bukit Siguntang, sejak berabad-abad sudah menjadi tempat berlabuhnya perahu dan kapal. Demikian halnya dengan peristiwa perjalanan Dapunta Hyang Jayanasa tahun 683 Masehi, bersama 20.000 balatentara, dengan ribuan perahu (kapal), juga melewati kaki bukit Siguntang.
Dengan demikian simbolisasi Gunung Perahu sangat sesuai dengan keadaan Bukit Siguntang Palembang. Bahkan pada saat ini, di kaki Bukit Siguntang telah ditemukan situs pelabuhan kuno.
2. Prabu Jayabaya (Jayabhaya) memiliki hubungan historis dengan Sriwijaya, dimana salah seorang raja sebelum masanya, yaitu Raja Erlangga menikah dengan Putri Sriwijaya.
Sebagai hadiah pernikahan Sang Raja Erlangga, dibuatlah kitab berjudul Arjunawiwaha (Perkawinan Arjuna), yang merupakan karangan dari Empu Kanwa.
Raja Erlangga menurunkan putra Sri Samarawijaya, Sri Samarawijaya menurunkan putra Sri Samarotsaha, Sri Samarotsaha menurunkan putra Sri Bameswara, Sri Bameswara menurunkan putra Sri Jayabhaya (sumber : siwisang, wikipedia.org).

No comments: