Khatib Nabawi : Akhlak Malu Budaya Para Nabi



Salat Jumat di Masjid Nabawi diikuti ribuan umat Islam, termasuk jamaah haji Indonesia. Kepadatan tampak tidak hanya pada ruang dalam, tapi juga pelataran dan lantai dua Masjid Nabawi. Cuaca yang demikian terik seakan tidak jadi penghalang mereka untuk melaksanakan kewajiban Salat Jumat.
Khatib Jumat dalam khutbahnya mengingatkan jamaah tentang pentingnya akhlak malu, terlebih di era sekarang yang penuh dengan perang kebudayaan. “Malu adalah hiasan para nabi. Malu bagian dari syiar Islam,” demikian sebagian pesan yang disampaikan, Jumat (11/08).
Sikap malu, kata Khotib, penting. Karena malu akan selalu mendatangkan pada kebaikan. Dan, Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat pemalu. Menurut Khatib, ada empat tingkatan rasa malu, yaitu: Pertama, malu karena Allah. Malu melaksanakan apa yang dilarang-Nya. Orang seperti ini akan senantiasa menjaga mata, perut, dan anggota tubuh lainnya dari melakukan larangan Allah.
Kedua, malu kepada malaikat yang selalu mencatat amal ibadah manusia. Orang seperti ini sadar kalau seluruh tindak tanduknya diawasi.
Ketiga, malu kepada manusia. Orang seperti ini akan menjaga dirinya dari berbuat maksiat kepada dan di hadapan mereka.
Keempat, malu pada kesaksian anggota badan, saat mereka memberikan kesaksian pada Yaumil hisab. “Iman memiliki 77 cabang, dan malu adalah sebagian dari iman. Tidak ada keimanan (sempurna) bagi orang yang tidak memiliki rasa malu,” tandasnya.(jj/rol)

No comments: