Masjid Tertua di Jerman Ada di Berlin

Sebuah masjid di Jerman.
Sebuah masjid di Jerman.
Foto: EPA
Masjid di distrik Wilmersdorf dibangun pada 1928.

Masjid tertua di Jerman yang segera direnovasi memiliki cerita tersendiri dalam mengarungi zaman. Masjid yang terletak di distrik Wilmersdorf, Berlin ini dibangun pada 1928 dan mampu menampung sekitar 400 pengunjung.


Masjid Berlin punya dua menara, masing-masing setinggi 35 meter. Kubahnya setinggi 26 meter dengan diameter 10 meter. Ornamen oriental mudah dikenali dan membuat takjub,


Meski demikian, masjid ini sebenarnya memiliki model India. Dilansir Rabwah Times, Jumat (20/4), bangunannya dibangun dengan gaya mogul. Sehingga ia mudah dikenali di tengah bangunan sekitar bergaya Eropa.


Perlahan, gaya arsitektur Eropa mulai mempengaruhi setiap perbaika. Teknologi dan material yang digunakan mengadaptasi dari konstruksi solid konvensional Jerman.


Masjid ini mengombinasikan gaya khas masjid dengan tradisi Jerman. Penampilan batu bata, langit-langit terang dan kontruksi atap dari kayu dipadukan dengan dekorasi padat, menara, warna-warna teran di bagian interional, hingga kekayaan ornamen di dinding, pintu dan tiang.


Arsitek Karl Alfred Herrmann adalah orang yang bertugas mendesain masjid saat itu. Semula, ia menggambar untuk masjid yang lebih besar. Namun desain itu tidak jadi kenyataan karena alasan finansial.


Selama Perang Dunia II, menara, kubah dan ruang imam mengalami kerusakan parah. Selama beberapa dekade setelahnya, perbaikan dilakukan seperlunya. Meski kadng perlu perubahan struktur yang cukup besar.


Awal pertengan 1990-an, kompleks masjid secara berangsur-ansur direnovasi, termasuk pembangunan kembali dua menara. Sejak 2014, perusahaan arsitektur dipercaya untuk membawa perubahan pada masjid.


Dengan dukungan dana dari Landesdenkmalamt, perbaikan pada sejumlah sisi berhasil dilakukan dalam fase pengembangan pertama. Dalam beberapa tahun kedepan, renovasi eksterior akan sempurna secara bertahap. Termasuk memperindah interior dan rehabilitasi rumah Imam.

No comments: