Sejarah Penetapan Awal Tahun Hijriyah Oleh Umar bin Khattab

Sejarah Penetapan Awal Tahun Hijriyah Oleh Umar bin Khattab. Foto: Sampul depan buku Sang Legenda Umar bin Khattab.
Dalam Sirah Nabawiyah, di masa Nabi Muhammad SAW belum ada yang namanya tahun baru Hijriyah. Namun penamaan bulan seperti Muharram, Safar, Rabiul Awal, Ramadhan, Dzulhijjah dan Dzulqodah sudah dikenal.

Menurut Ustaz Ahmad Sarwat, masyarakat Arab menjadikan peristiwa-peristiwa besar sebagai acuan tahun. Misalnya Tahun Gajah sebagai tahun kelahiran Rasulullah SAW. Dinamakan Tahun Gajah karena di tahun itu, Makkah diserbu oleh raja dengan pasukan gajah. Kemudian, ada masa dinamakan Tahun Duka Cita. Ini begitu saat istri Rasulullah, Siti Khadijah meninggal dunia dan pamannya Abu Thalib meninggal dunia, maka tahun itu disebut juga Tahun Duka Cita.

Sistem penanggalan seperti ini, kata Sarwat terus berlanjut di masa Rasulullah dan Khalifah Abu Bakar. Barulah di masa Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan tahun di kalender hijriyah.

"Baru ada istilah tahun baru (hijriyah) itu di zaman Khalifah Umar," kata Ustadz Sarwat melalui sambungan telepon, Rabu (12/8).

Ustadz Sarwat melanjutkan, di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, agama Islam telah menyebar di berbagai negara. Komunikasi Khalifah Umar dengan para gubernurnya adalah dengan menggunakan surat yang diantar oleh kurir.

"Nah pada masa itu, namanya surat harus ketahuan kepada siapa, oleh siapa dan kapan dikirimnya. Masalahnya adalah ini bulan Muharram tanggal sekian, tapi Muharram yang mana? kan tiap tahun ada Muharram terus, nah jadi bingung," terang Ustadz Sarwat.

Misalnya saja, surat-surat yang diterima oleh Gubernur Bashrah, Abu Musa Al-Asyari dari Khalifah Umar. Abu Musa membaca salah satu surat tersebut yang dikirim pada bulan Syaban, tapi Abu Musa tidak tahu ia tidak tahu apa Syaban tahun ini atau tahun kemarin.

"Oleh karena itu, kemudian dibikin penanggalan, ditetapkan sekarang tahun apa," kata Ustadz Sarwat.

Kemudian Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat untuk melakukan musyawarah. Pada saat musyawarah, muncul berbagai usulan untuk menetapkan awal tahun hijriyah.

Sebagian sahabat mengusulkan, awal tahun hijriyah dimulai sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagian lagi mengusulkan sejak pertama turunnya wahyu, serta ada juga yang mengusulkan pada saat Nabi Muhammad wafat. Tapi kemudian berdasarkan kesepakatan, tahun hijriyah dimulai sejak hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah.

"Jadi tahun 1 itu dihitung sejak Nabi ke Madinah. Kenapa itu? Salah satu analisanya adalah ini untuk urusan negara karena mau korespondensi antara khalifah dan gubernur-gubernurnya maka dihitung sejak negara ini berdiri," kata Sarwat.

"Jadi 1 hijriyah dimulai sejak dibentuknya kota Madinah, walaupun peristiwa hijrahnya sendiri bukan pada 1 Muharram. Tapi malah pada bulan Maulid atau Robiul Awal," sambungnya.

Ustadz Sarwat menambahkan, bahwa tidak ada amalan-amalan yang disyariatkan untuk memperingati setiap tahun baru hijriyah. Tapi juga tidak diharamkan jika di tahun-tahun berikutnya setiap tahun baru hijriyah dilakukan perayaan oleh umat Islam.

"Tapi apakah hukumnya jadi haram kalau kita merayakan? Itu bab yang berbeda lagi. Kalau 1 Muharram mengadakan lomba gerak jalan atau lainnya itu silahkan saja. Karena tidak ada larangan dan tidak ada perintah secara khusus," kata Ustadz Sarwat.

No comments: