100.000 Pasukan Persia Tewas, Bertahun-Tahun Mayatnya Tak Dikubur

100.000 Pasukan Persia Tewas, Bertahun-Tahun Mayatnya Tak Dikubur
Ilustrasi/Ist
MUSANNA bin Harisah merasa lega setelah memeriksa barisan angkatan bersenjatanya. Kendati ia tak mempunyai pasukan gajah seperti pada pasukan Persia, namun bala bantuan dari semua kekuatan di Semenanjung Arab dan di luarnya yang sekarang bergabung, sudah cukup mewakili. 

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Umar bin Khattab" menyebutkan di antara bala bantuan yang diminta oleh Musanna ketika ia masih di Ullais, termasuk Bajilah, Azd, Kinanah dan kabilah-kabilah Arab yang lain yang telah memenuhi seruan Khalifah Abu Bakar; ada Banu Namir, orang-orang Nasrani yang datang bersama Anas bin Hilal dan kaum Nasrani Taglib yang juga datang bersama Ibn Mirda al-Fihr at-Taglabi, dan para pemacu kuda.

Selain mereka ada pula beberapa kabilah Arab lain yang tinggal di Irak. Mereka semua melihat posisi Arab yang berhadapan dengan orang asing Persia. Mereka berteriak: Kita berperang bersama golongan kita. Tidak sedikit dari kaum Nasrani Irak yang dipersatukan oleh ikatan etnis bergabung dalam barisan Muslimin dan ikut berperang. 

Menyeberang
Panglima Perang Persia, Mehran, mengirim utusan kepada Musanna dengan pesan: "Kalian menyeberang ke tempat kami, atau biarkan kami menyeberang ke tempat kalian." 

Musanna belum lupa apa yang telah menimpa Abu Ubaid ketika ia menyeberangi sungai dan berhadapan dengan Bahman. Umar mengimbaunya setelah peristiwa jembatan itu untuk tidak menyeberangi sungai sebelum mencapai kemenangan. Oleh karena itu ia membalas seruan Mehran dengan mengatakan agar mereka yang menyeberang. 

Akhirnya, pihak Persia yang menyeberang ke Buwaib dengan mempersiapkan tiga barisan masing-masing dengan seekor gajah. 

Musanna pun menyambut mereka dengan kudanya yang diberi nama Syamus, yang dinaikinya hanya untuk berperang. Selesai perang kembali dikandangkan. Kuda itu diberi nama Syamus karena sangat penurut. Dengan kudanya itu Musanna memeriksa barisan demi barisan sambil memberi semangat dan perintah dengan sebaik-baiknya. 

Pada setiap panji ia berhenti sambil berkata: "Saya mengharapkan sekali pasukan kita jangan sampai dihancurkan oleh kita sendiri. Apa yang akan menyenangkan hati saya hari ini berarti juga akan menyenangkan hatimu semua." 

Kata-katanya itu disambut baik oleh mereka. Mengingat waktu bulan Ramadhan, ia berseru kepada pasukan Muslimin: "Saudara-saudara. Kalian semua sedang berpuasa, tetapi puasa dapat melemahkan badan kita. Saya berpendapat lebih baik kalian iftar supaya dengan makanan kalian lebih kuat menghadapi musuh.” 

Memenuhi sarannya itu mereka semua berbuka puasa. Musanna mendengar dengungan suara yang diulang-ulang dari pihak Persia yang makin mendekat. "Yang kalian dengar itu menandakan mereka pengecut. Maka tetaplah kalian diam, dan berbicaralah dengan berbisik." 

Mereka memperhatikan apa yang dikatakan Musanna itu. Segala yang diperbuatnya atau dikatakannya yang ditujukan kepada mereka, semua mereka sambut tanpa ada kritik. Malah ia makin dekat di hati mereka. Kata Musanna lagi: "Saya akan bertakbir tiga kali. Maka siap-siaplah kalian, kemudian pada takbir yang keempat serentak seranglah."


Panji-panji sudah disiapkan semua sambil menunggu serangan kepada musuh. Itulah saat yang sangat dinanti-nantikan dengan harapan mendapat kemenangan. 

Pertempuran Buwaib 
Tetapi baru Musanna mengucapkan takbir pertama, pihak Persia sudah mendahului menyerang, yang dibalas segera dengan serangan serupa. Akibat serangan pihak Persia itu beberapa barisan pasukan Muslimin dari Banu Ijl jadi kacau. 

Musanna mengutus orang kepada mereka dengan pesan: "Salam Komandan kepada kalian, janganlah kalian mempermalu pasukan Muslimin hari ini." 

Banu Ijl pun memperkuat diri dan seperti pasukan yang lain mereka juga mulai bersama-sama melakukan serangan terhadap pasukan Persia dengan barisan mereka yang sudah lebih teratur. 

Haekal menuturkan, kedua pihak terlibat dalam pertempuran sengit, yang berlangsung sampai sekian lama. Musanna melihat bahwa pertarungan ini akan makin dahsyat dan akan memakan waktu lebih lama. la sedang memikirkan cara untuk mencapai kemenangan. Terpikir olehnya akan menyerang komandan Persia itu dan menghalaunya dari tempatnya atau membunuhnya. Untuk melaksanakan rencananya ini ia memanggil Anas bin Hilal an-Namiri, kemudian memanggil Ibn Mirda al-Fihr at-Taglabi. 

Kepada mereka masing-masing ia berkata: "Anda orang Arab sekalipun tak seagama dengan kami. Kalau Anda melihat saya sudah menyerang Mehran, ikutlah menyerang bersamaku." 

Musanna mulai menyerang Mehran dengan gempuran yang benar-benar telak sehingga ia tergeser dari tempatnya dan masuk ke barisan sayap kanan. Pihak Persia melihat apa yang terjadi, mereka menghunjam hendak melindungi pemimpin mereka. 

Kedua barisan tengah sekarang bertemu dan debu pun membubung tinggi, sehingga sudah tak diketahui lagi pihak mana yang menang. 

Ketika debu-debu itu terkuak selintas dan pasukan Muslimin melihat barisan kanan Persia sudah mundur, mereka langsung digempur oleh barisan kanan dan barisan kiri. Mereka mengelak ke arah pinggir sungai hendak menyelamatkan diri. 

Dalam pada itu Musanna terus mengerahkan pasukannya dan mengutus orang kepada mereka dengan mengatakan: "Adat kalian seperti bunyi peribahasa: Belalah agama Allah, Dia akan menolong kalian." Pasukan Muslimin tambah bersemangat menggempur barisan musuh sampai ke pusatnya. 

Kemenangan
Pasukan Persia sudah tak dapat lagi menahan kekuatan itu. Mereka sudah porak poranda dan berbalik mundur melarikan diri hendak menyeberangi jembatan. Melihat mereka sudah berantakan, Musanna cepat-cepat mendahului mereka ke jembatan dan mereka dihalau kembali dari jembatan. Mereka makin kacau-balau. Satu regu naik ke pantai sungai dan yang lain menggempur mereka. 

Barisan berkuda Muslimin kini mengepung mereka yang sedang kacau dan ketika itulah mereka digempur habis-habisan. Demikian rupa pasukan Persia itu dalam ketakutan, sehingga seorang prajurit dari pasukan Muslimin dapat membunuh beberapa orang dari mereka tanpa ada yang mampu balik membunuh, sehingga peristiwa di Buwaib ini dinamai "Peristiwa Puluhan," karena setiap satu orang dari seratus orang pasukan Muslimin dapat membunuh sepuluh orang anggota pasukan Persia. Titik kelemahan musuh terus diikuti dan dihujani dengan pukulan-pukulan mematikan sampai malam. 

Paginya mereka terus dikejar lagi sampai malam. Oleh karena itu nyawa melayang di medan perang Buwaib ini lebih banyak daripada di tempat mana pun. 

Menurut Haekal, anggota pasukan Persia yang terbunuh sudah mencapai seratus ribu, mayatnya tergeletak di medan pertempuran sampai busuk dan hanya meninggalkan timbunan tulang belulang, sampai selama bertahun-tahun tanpa dikuburkan. Baru kemudian tertimbun oleh tanah setelah dibangunnya kota Kufah. Kemenangan pasukan Muslimin di Buwaib ini meyakinkan sekali. (Bersambung)
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: