Kabupaten Aceh Barat, Meulaboh Sejarah dan Pariwisata
Provinsi Aceh
Dasar hukum UURI Nomor 7 (Darurat) Tahun 1956
Ibu kota Meulaboh, Johan Pahlawan
Pemerintahan
- Bupati H. T Alaidinsyah
- DAU Rp. 367.377.754.000,-(2011)
Luas 2.927,95 km2
Populasi
- Total 176.199 jiwa (2008)
- Kepadatan 60,18 jiwa/km2
Demografi
- Kode area telepon 0655
Pembagian administratif
- Kecamatan 12
- Kelurahan 321
- Situs web http://www.acehbaratkab.go.id/
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia. Sebelum pemekaran, Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 Ha dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar) sampai ke sisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 km. Sesudah dimekarkan luas wilayah menjadi 2.927,95 km².
Arti Lambang
- Perisai berbentuk kubah mesjid, melambangkan ketahanan Nasional dan kerukunan yang dijiwai oleh semangat keagamaan;
- Bintang persegi lima, melambangkan falsafah negara, Pancasila;
- Kupiah Meukeutop, melambangkan kepemimpinan;
- Dua tangkai kiri kanan yang mengapit Kupiah Meukeutop terdiri dari kapas, padi, kelapa dan cengkeh, melambangkan kesuburan dan kemakmuran daerah;
- Rencong, melambangkan jiwa patriotik/kepahlawanan rakyat;
- Kitab dan Kalam, melambangkan ilmu pengetahuan dan peradaban;
- Tulisan “Aceh Barat” mengandung arti bahwa semua unsur tersebut diatas terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat.
Sejarah
1.1 Masa kesultanan Aceh
Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.
Daerah ramai pertama adalah di teluk Meulaboh (Pasi Karam) yang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Teuku Keujruen Meulaboh, dan Negeri Daya (Kecamatan Jaya) yang pada akhir abad ke-15 telah berdiri sebuah kerajaan dengan rajanya adalah Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya.
Dari perkembangan selanjutnya, wilayah Aceh Barat diakhir abad ke-17 telah berkembang menjadi beberapa kerajaan kecil yang dipimpin oleh Uleebalang, yaitu : Kluang; Lamno; Kuala Lambeusoe; Kuala Daya; Kuala Unga; Babah Awe; Krueng No; Cara' Mon; Lhok Kruet; Babah Nipah; Lageun; Lhok Geulumpang; Rameue; Lhok Rigaih; Krueng Sabee; Teunom; Panga; Woyla; Bubon; Lhok Bubon; Meulaboh; Seunagan; Tripa; Seuneu'am; Tungkop; Beutong; Pameue; Teupah (Tapah); Simeulue; Salang; Leukon; Sigulai.
1.1.1 Silsilah Raja Meulaboh
Raja-raja yang pernah bertahta di kehulu-balangan Kaway XVI hanya dapat dilacak dari T. Tjik Pho Rahman, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama T.Tjik Masaid, yang kemudian diganti oleh anaknya lagi yang bernama T.Tjik Ali dan digantikan anaknya oleh T.Tjik Abah (sementara) dan kemudian diganti oleh T.Tjik Manso yang memiliki tiga orang anak yang tertua menjadi Raja Meulaboh bernama T.Tjik Raja Nagor yang pada tahun 1913 meninggal dunia karena diracun, dan kemudian digantikan oleh adiknya yang bernama Teuku Tjik Ali Akbar, sementara anak T.Tjik Raja Nagor yang bernama Teuku Raja Neh, masih kecil.
Saat Teuku Raja Neh (ayah dari H.T.Rosman. mantan Bupati Aceh Barat) anak dari Teuku Tjik Raja Nagor besar ia menuntut agar kerajaan dikembalikan kepadanya, namun T.Tjik Ali Akbar yang dekat dengan Belanda malah mengfitnah Teuku Raja Neh sakit gila, sehingga menyebabkan T Raja Neh dibuang ke Sabang.
Pada tahun 1942 saat Jepang masuk ke Meulaboh, T.Tjik Ali Akbar dibunuh oleh Jepang bersama dengan Teuku Ben dan pada tahun 1978, mayatnya baru ditemukan di bekas Tangsi Belanda atau sekarang di Asrama tentara Desa Suak Indrapuri, kemudian Meulaboh diperintah para Wedana dan para Bupati dan kemudian pecah menjadi Aceh Selatan, Simeulue, Nagan Raya, Aceh Jaya. (teuku dadek)
Dimasa penjajahan Belanda, melalui suatu perjanjian (Korte Verklaring), diakui bahwa masing-masing Uleebalang dapat menjalankan pemerintahan sendiri (Zelfsbestuur) atau swaparaja (landschap). Oleh Belanda Kerajaan Aceh dibentuk menjadi Gouvernement Atjeh en Onderhorigheden (Gubernemen Aceh dan Daerah Taklukannya) dan selanjutnya dengan dibentuknya Gouvernement Sumatera, Aceh dijadikan Keresidenan yang dibagi atas beberapa wilayah yang disebut afdeeling (propinsi) dan afdeeling dibagi lagi atas beberapa onderafdeeling (kabupaten) dan onderafdeeling dibagi menjadi beberapa landschap (kecamatan).
1.2 Penjajahan Belanda
Aceh Barat sangat berkaitan dengan sejarah Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat yang terdiri dari Kecamatan Johan Pahlawan, sebagian Kaway XVI dan sebagian Kecamatan Meureubo adalah salah satu Kota yang paling tua di belahan Aceh bagian Barat dan Selatan. Menurut HM.Zainuddin dalam Bukunya Tarih Atjeh dan Nusantara, Meulaboh dulu dikenal sebagai Negeri Pasir Karam. Nama tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan sejarah terjadinya tsunami di Kota Meulaboh pada masa lalu, yang pada tanggal 26 Desember 2004 terjadi kembali.
Meulaboh sudah berumur 402 tahun terhitung dari saat naik tahtanya Sultan Saidil Mukamil (1588-1604), catatan sejarah menunjukan bahwa Meulaboh sudah ada sejak Sultan tersebut berkuasa.
Pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636), demikian HM.Zainuddin negeri itu ditambah pembangunannya. Di Meulaboh waktu itu dibuka perkebunan merica, tapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk mengambil muatan kemenyan dan kapur barus. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Djamalul Alam, Negeri Pasir Karam kembali ditambah pembangunannya dengan pembukaan kebun lada. Untuk mengolah kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar.
1.2.1 Karesidenan Aceh
Seluruh wilayah Keresidenan Aceh dibagi menjadi 4 (empat) afdeeling yang salah satunya adalah Afdeeling Westkust van Atjeh atau Aceh Barat dengan ibukotanya Meulaboh. Afdeeling Westkust van Atjeh (Aceh Barat) merupakan suatu daerah administratif yang meliputi wilayah sepanjang pantai barat Aceh, dari gunung Geurutee sampai daerah Singkil dan kepulauan Simeulue serta dibagi menjadi 6 (enam) onderafdeeling, yaitu :
Meulaboh dengan ibukota Meulaboh dengan Landschappennya Kaway XVI, Woyla, Bubon, Lhok Bubon, Seunagan, Seuneu'am, Beutong, Tungkop dan Pameue;
Tjalang dengan ibukota Tjalang (dan sebelum tahun 1910 ibukotanya adalah Lhok Kruet) dengan Landschappennya Keluang, Kuala Daya, Lambeusoi, Kuala Unga, Lhok Kruet, Patek, Lageun, Rigaih, Krueng Sabee dan Teunom;
Tapaktuan dengan ibukota Tapak Tuan;
Simeulue dengan ibukota Sinabang dengan Landschappennya Teupah, Simalur, Salang, Leukon dan Sigulai;
Zuid Atjeh dengan ibukota Bakongan;
Singkil dengan ibukota Singkil.
1.3 Penjajahan Jepang
Di zaman penjajahan Jepang (1942 - 1945) struktur wilayah administrasi ini tidak banyak berubah kecuali penggantian nama dalam bahasa Jepang, seperti Afdeeling menjadi Bunsyu yang dikepalai oleh Bunsyucho, Onderafdeeling menjadi Gun yang dikepalai oleh Guncho dan Landschap menjadi Son yang dikepalai oleh Soncho.
1.4 Masa kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 7 (Drt) Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Utara, wilayah Aceh Barat dimekarkan menjadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Selatan. Kabupaten Aceh Barat dengan Ibukota Meulaboh terdiri dari tiga wilayah yaitu Meulaboh, Calang dan Simeulue, dengan jumlah kecamatan sebanyak 19 (sembilan belas) Kecamatan yaitu Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya; Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang. Sedangkan Kabupaten Aceh Selatan, meliputi wilayah Tapak Tuan, Bakongan dan Singkil dengan ibukotanya Tapak Tuan.
Pada Tahun 1996 Kabupaten Aceh Barat dimekarkan lagi menjadi 2 (dua) Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Barat meliputi kecamatan Kaway XVI; Johan Pahlwan; Seunagan; Kuala; Beutong; Darul Makmur; Samatiga; Woyla; Sungai Mas; Teunom; Krueng Sabee; Setia Bakti; Sampoi Niet; Jaya dengan ibukotanya Meulaboh dan Kabupaten Adminstrtif Simeulue meliputi kecamatan Simeulue Timur; Simeulue Tengah; Simeulue Barat; Teupah Selatan dan Salang dengan ibukotanya Sinabang.
Kemudian pada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5, Kabupaten Aceh Barat dimekarkan dengan menambah 6 (enam) kecamatan baru yaitu Kecamatan Panga; Arongan Lambalek; Bubon; Pantee Ceureumen; Meureubo dan Seunagan Timur. Dengan pemekaran ini Kabupaten Aceh Barat memiliki 20 (dua puluh) Kecamatan, 7 (tujuh) Kelurahan dan 207 Desa.
Selanjutnya pada tahun 2002 Kabupaten Aceh Barat daratan yang luasnya 1.010.466 Ha, kini telah dimekarkan menjadi tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Barat dengan dikeluarkannya Undang-undang N0.4 Tahun 2002
Pemerintahan
Kabupaten ini dipimpin oleh seorang Bupati yang terpilih dalam setiap Pilkada.
2.1 Bupati
Ir. Nasrudin (28 Agustus 2004 - 23 Maret 2006)
Sofyanis (Pj) (23 Maret 2006 - Agustus 2006)
H.T. Alamsyah Banta (Pj) (Agustus 2006 - Maret 2007)
Ramli MS dan Fuadri, S.Si (Maret 2007 - maret 2012 )
Ridwan Hasan (Pj) (Maret 2012- Oktober 2012)
H T Alaidinsyah (H.TITO) ( 8-Oktober-2012 - Sekarang)
2.2 Program Strategis Pembangunan Daerah
Pembangunan Kabupaten Aceh Barat mencakup semua kegiatan pembangunan daerah dan sektoral yang dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat.
Titik berat pembangunan diletakan pada bidang ekonomi kerakyatan melalui peningkatan dan perluasan pertanian dalam arti luas sebagai pengerak utama pembangunan yang saling terkait secara terpadu dengan bidang-bidang pembangunan lainnya dalam suatu kebijakan pembangunan. maka ditetapkan prioritas pembangunan sebagai berikut :
Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam, peran ulama dan adat istiadat.
Peningkatan Sumber Daya Manusia.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Meningkatakan aksesibilitas daerah.
Meningkatkan pendapatan daerah.
2,3 Lambang
Lambang Daerah Kabupaten Aceh Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Barat No. 12 Tahun 1976 Tanggal 26 Nopember 1976 tentang Lambang Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Barat dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor Pem./10/32/46-263 Tanggal 17 Mei 1976 serta telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Tingkat II Aceh Barat Nomor 10 Tahun 1980 Tanggal 3 Januari 1980.
Lambang Kabupaten Aceh Barat mempunyai perisai berbentuk kubah mesjid yang berisi lukisan lukisan dengan bentuk, warna dan perbandingan ukuran tertentu dan mempunyai maksud serta makna sebagai berikut:
Perisai berbentuk kubah mesjid, melambangkan ketahanan Nasional dan kerukunan yang dijiwai oleh semangat keagamaan;
Bintang persegi lima, melambangkan falsafah negara, Pancasila;
Kupiah Meukeutop, melambangkan kepemimpinan;
Dua tangkai kiri kanan yang mengapit Kupiah Meukeutop terdiri dari kapas, padi, kelapa dan cengkeh, melambangkan kesuburan dan kemakmuran daerah;
Rencong, melambangkan jiwa patriotik/kepahlawanan rakyat;
Kitab dan Kalam, melambangkan ilmu pengetahuan dan peradaban;
Tulisan "Aceh Barat" mengandung arti bahwa semua unsur tersebut diatas terdapat di dalam Kabupaten Aceh Barat.
Lambang Daerah ini digunakan sebagai merek bagi perkantoran pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan ;
Sebagai petanda batas wilayah Kabupaten Aceh Barat dengan Kabupaten lainnya.
Sebagai cap atau stempel jabatan dinas.
Sebagai lencana yang digunakan oleh pegawai pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang sedang menjalankan tugasnya.
Sebagai panji atau bendera digunakan oleh suatu rombongan yang mewakili atau atas nama pemerintah Kabupaten Aceh Baratdan dapat dipergunakan pada tempat tempat upacara resmi, pintu gerbang dan lain sebagainya.
Lambang Daerah Kabupaten Aceh Barat ini dilarang digunakan apabila bertentangan dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1976 dan barang siapa yang melanggarnya dapat dikenakan hukuman selama-lamanya 1 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 10.000.- (sepuluh ribu rupiah).
2.4 Kecamatan
2.4.1 Antara tahun 2000 s.d. 2003
Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 2000 - 2003 terbagi menjadi 3 Daerah Tingkat II, yakni:
Aceh Barat dengan ibu kota Meulaboh
Aceh Jaya dengan ibu kota Calang
Nagan Raya dengan ibu kota Sukamakmue
Simeulue dengan ibu kota Sinabang
2.4.2 Sejak pemekaran 2003
Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari separuh wilayahnya dan kecamatan yang tersisa adalah sebagai berikut:
Arongan Lambalek, luas 130,06 km2 (4,44% luas Aceh Barat) (27 desa/kelurahan)
Bubon, luas 129,58 km2 (4,43% luas Aceh Barat) (17 desa/kelurahan)
Johan Pahlawan, luas 44,91 km2 (1,53% luas Aceh Barat) (21 desa/kelurahan)
Kaway XVI, luas 510,18 km2 (62 desa/kelurahan)
Meureubo, luas 112,87 km2 (26 desa/kelurahan)
Pantai Ceureumen, luas 490,25 km2 (25 desa/kelurahan)
Panton Reu, luas 83,04 km2 (19 desa/kelurahan)
Samatiga, luas 140,69 km2 (32 desa/kelurahan)
Sungai Mas, luas 781,73 km2 (18 desa/kelurahan)
Woyla (43 desa/kelurahan)
Woyla Barat, luas 123 km2 (24 desa/kelurahan)
Woyla Timur, luas 132 km2 (26 desa/kelurahan)
Geografi
Sebelum pemekaran, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas wilayah 10.097.04 km² atau 1.010.466 hektare dan secara astronomi terletak pada 2°00'-5°16' Lintang Utara dan 95°10' Bujur Timur dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki Gunung Geurutee (perbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar) sampai kesisi Krueng Seumayam (perbatasan Aceh Selatan) dengan panjang garis pantai sejauh 250 Km.
Sesudah pemekaran letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara astronomi terletak pada 04°61'-04°47' Lintang Utara dan 95°00'- 86°30' Bujur Timur dengan luas wilayah 2.927,95 km² dengan batas-batas sebagai berikut:
Utara Kabupaten Aceh Jaya dan Kabupaten Pidie
Selatan Samudra Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya
Barat Samudera Indonesia
Timur Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Nagan Raya
3.1 Daftar Kecamatan Di Kabupaten Aceh Barat
Arongan Lambalek • Bubon • Johan Pahlawan • Kaway XVI • Meureubo • Pantai Ceureumen • Panton Reu • Samatiga • Sungai Mas • Woyla • Woyla Barat • Woyla Timur
Objek Wisata
1. Makam Pahlawan Nasional Teuku Umar
Teuku Umar adalah salah satu pahlawan yang gigih berjuang untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia, Makam Pahlawan Teuku Umar terletak di Desa Meugo Rayeuk, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Jarak tempuh sekitar 35 km dari Kota Meulaboh, untuk menuju Makam Pahlawan Teuku Umar anda bisa menggunakan mobil, sepeda motor, ataupun angkutan umum. Selain objek wisata Makam Pahlawan Teuku Umar Desa Meugo Rayeuk merupakan kawasan hutan lindung. Makam Teuku Umar ini ramai dikunjungi oleh wisata domestik dan wisatawan asing sebagai tempat bersejarah. Di dalam lokasi makam Teuku Umar ini terdapat pohon besar yang mengeluarkan air tiada hentinya. Air itu bisa diminum oleh siapapun. Daerahnya sangat aman, nyaman dan sejuk dengan udara yang segar dan masih sangat alami.
2. Genang Gedong
Objek Wisata Genang-Gedong merupakan salah satu tempat wisata alam yang berada di Gampong Putim Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Bentuk dari Genang-Gedong ini adalah danau yang dikelilingi oleh pepohonan. Jarak tempuh ke lokasi Genang-Gedong ini ± 20 Km dari arah kota Meulaboh menuju Banda Aceh Via Geumpang. Luas genangan air ini meliputi 3 desa atau ± 7ha. Rimbunnya pepohonan akan membuat siapa saja yang datang merasa segar santai dengan tiupan lembut angin Genang-Gedong. Bila anda ingin santai di tempat yang asri, datanglah ke Genang-Gedong, atau bila anda hobi mancing, Genang-Gedong adalah tempat mancing sambil santai bareng keluarga tercinta dengan menikmati softdrink dan lantunan musik Jazz or R&B. Disekitar lokasi Genang-Gedong telah berdiri beberapa buah café yang dikelola oleh masyarakat Gampong Putim. Di sekitar lokasi ini juga terdapat arena balap MotorCross GrassTrack. Betapapun indahnya Genang-Gedong ini belum banyak orang yang tahu, belum banyak orang yang mau datang ke sana.
3. Pantai Lanaga
Objek Wisata Pantai Lanaga berada di Kabupaten Aceh Barat, dan berlokasi di desa Peunaga, Provinsi Aceh. Jarak tempuh sekitar 5 km dari kota Meulaboh (ibukota kabupaten Aceh Barat). Di kawasan wisata Pantai Lanaga tersedia sarana olah raga air seperti Jet sky dan juga di pantai ini sering diadakan acara perlombaan perahu dengan desain yang unik dan menarik.
4. Pantai Lhok Bubon
Objek Wisata Pantai Lhok Bubon berada di Kabupaten Aceh Barat yang berlokasi di desa Bubon,Provinsi Aceh. Jarak tempuh ke Pantai Lhok Bubon sekitar 8 km dari kota Meulaboh. Pantai Lhok Bubon ini terkenal sebagai daerah penghasil makanan laut, dan selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya yang datang untuk menikmati segarnya makanan laut sekaligus menikmati alam pantainya. Selain merupakan tempat tujuan pariwisata, tempat ini menjadi lahan penambahan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya.
5. Pantai Batee Puteh
Objek Wisata Pantai Batee Puteh yang indah ini terletak di kabupaten Aceh Barat. Lokasi Pantai Batee Puteh kira-kira 3 km dari kota Meulaboh. Pantai Batee Puteh ini sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat pada saat liburan untuk berenang atau hanya sekedar menikmati keindahan pemandangannya. Merupakan tempat liburan yang cocok bagi keluarga, selain itu pantainya yang putih an bersih menambah daya tarik kawasan wisata ini.
6. Pantai Cemara Indah
Selain pasir pantainya putih yang indah, disini juga tersedia Taman Rekreasi, yang merupakan salah satu objek wisata rekreasi keluarga. Pantai Cemara Indah ramai di kunjungi tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya saja, tetapi juga dari luar daerah, terutama di hari-hari libur dan akhir pekan. Lokasi wisata ini sedang dalam tahap pembangunan yang nantinya akan menjadi objek wisata yang terus berkembang. Fasilitas yang tersedia saat ini adalah warung makan, balai tempat berteduh, bangku taman, tempat permainan anak, lapangan olah raga dan musholla. Di samping itu pelayanan sarana air bersih, listrik,dan telepon juga tersedia di lokasi wisata ini.
7. Pantai Pusong Sangkalan
Pantai Pusong Sangkalan berjarak 3 Km (tiga kilometer) dari Kota Blangpidie Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat Daya,Pantai Pusong Sangkalan berhadapan dengan Samudera Hindia masih sangat asri dan bersih, pasirnya yang bersih dan agak kasar.
Nama Pusong digunakan karena di Samudera Hindia dengan jarak 1 KM dari bibir pantai tertadapat “Pusong” (Pulau Gosong). Sangkalan adalah nama wilayah kemukiman dimana Pantai itu berada. Selain nama tersebut, pantai ini dikenal juga dengan nama Pantai Bali. Nama pantai Bali sebenarnya bukan nama yang resmi, menurut penduduk setempat banyak menyebutkan karena keindahan pantai tersebut tidak kalahnya dengan keindahan Pantai di Bali. Ada juga pendapat mengatakan karena ketika pertama sekali dibuka sebagai kawasan wisata, banyak wisatawan manca Negara yang datang menikmati keindahan pantai dengan bermain selancar dan berjemur ria dengan mengunakan bikini yang dinggap tabu oleh masyarakat setempat, mereka tidak ingin Pantai Pusong Sangkalan dijadikan sebagai kawasan wisata seperti di Bali yang sangat bebas dan merusak tatanan budaya setempat.
Kalau anda mengunjungi pantai ini dipagi hari jam 6.00 sampai dengan jam 10.00 WIB, anda akan berkesempatan melihat nelayan tradisional yang sedang “Tarek Pukat” (menjaring ikan dengan pukat yang ditarik dari laut ke darat). Sebuah tontonan yang menarik juga melihat dua kelompok nelayan yang menarik masing-masing ujung pukat ke daratan. Kelompok nelayan yang berjumlah 10 sampai 15 orang ini manarik pukat sambil mengeluarkan suara-suara teriakan kecil dan melantunkan syair-syair yang sangat indah.
Ombaknya yang besar sanga menantang untuk bermain selancar. Air lautnya yang biru sangat indah dan membuat mata betah berlama-lama memandang lautan lepas yang tak bertepi itu. Kebesaran Tuhan semakin dahsyat ketika kita di senja hari menikmati indahnya sunset.
8. Masjid Agung Meulaboh
Masjid Agung Meulaboh Arsitektur bangunan Masjid Agung Meulaboh sangat indah dengan kubahnya yang berwarna dominan terang menjadikan masjid ini sangat indah dipandang mata.
Masjid Agung ini merupakan masjid kebanggaan dari Kabupaten Aceh Barat, tepatnya Jl.Imam Bonjol, Kota Meulaboh.
Karena letaknya dipusat kota Meulaboh, dengan mudah dapat dijangkau dengan kendaraan umum ataupun kendaraan roda dua.
Banyak wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke mesjid indah ini datang untuk beribadah maupun hanya untuk menikmati keindahan arsitektur mesjid ini.




No comments:
Post a Comment