Sebelum Syahid, Zaid Bin Haritsah Bermimpi Bidadari Surga

Sebelum Syahid, Zaid Bin Haritsah Bermimpi Bidadari Surga
Zaid Bin Haristah dikenal sebagai sahabat Nabi yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebelum syahid di medan perang, beliau bermimpi bertemu bidadari surga. Foto ilustrasi/Ist
Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhu, seorang sahabat Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang termasuk orang-orang pertama masuk Islam. Zaid bin Haritsah juga satu-satunya sahabat yang namanya tercantum dalam Al-Qur'an, yakni dalam Surah Al-Ahzab.

Zaid dikenal rajin membaca Al-Qur'an, salat malam dan puasa.Semua orang mengenal Zaid sebagai sahabat Nabi yang ahli ibadah. Dalam Sirah Sahabat Nabi dikisahkan, pada suatu malam saat menghadapi perang Mu'tah, Zaid mendapat giliran berjaga bersama sahabatnya yaitu Hisyam bin Yahya. 

Hisyam meminta Zaid Bin Haritsahuntuk tidur terlebih dahulu, Zaid pun tidur di sebelah Hisyam. Setelah tidur beberapa lama, Zaid mengigau.Iaberbicara dan tertawa-tawa, lalu tangannya bergerak seolah akan menyentuh sesuatu. Dalam ngigaunya tersebut Zaid berkata: "Semalam… Semalam." Kemudian Zaid bangun dan membaca takbir, tahmid dan tahlil.

"Zaid! ada apa denganmu?" tanya Hisyam.

"Aku baru saja bermimpi Hisyam, mimpi yang aneh."

"Ceritakanlah padaku tentang mimpimu?"

Zaid Bin Haritsahpun mulai menceritakan mimpinya: "Ikutlah dengan kami, wahai Zaid! kata dua orang yang berada dalam mimpinya.Zaid pun menurut. Ia mengikuti ke mana dua orang itu melangkah. Mereka mengantar Zaid kepada tempat yang belum pernah Zaid temui. Tempat tersebut sangat indah. Zaid terpukau ketika dua orang tersebut berhenti di depan sebuah kamar.

Pelan-pelan Zaid masuk. Di atas ranjang yang terbungkus kain sutra bersulam emas, duduk seorang perempuan. Ia tersenyum kepada Zaid. Wajahnya cantik, sangat cantik. Selama hidup, Zaid belum pernah menemui wanita secantik itu.

"Di manakah aku?" tanya Zaid.

"Engkau berada di surga, wahai Zaid," jawab wanita cantik itu.

"Lalu siapakah engkau?"

"Aku adalah istrimu, istrimu untuk selamanya. Sudah lama aku menunggumu di sini," jawab perempuan itu tersenyum.

Zaid Bin Haritsahmendekat dan hendak menyentuhnya. "Jangan dulu, wahai Zaid. Sekarang belum saatnya. Engkau harus kembali ke dunia."

"Insya Allah tiga malam lagi kita akan berbuka bersama," kata wanita itu. "Semalam, semalam saja, jangan tiga malam." kata Zaid.

"Semua sudah ditentukan, wahai Zaid." 

Itulah isi mimpi Zaid. Beliau melarang Hisyam menceritakan mimpinya tersebut kecuali Zaid telah Syahid. Tiga hari menjelang, Zaid berperang dan dalam keadaan puasa sekalipun Beliau berada di medan perang.

Zaid terkepung musuh, Hisyam yang melihatnya dari kejauhan tidakmampu berbuat banyak karena Hisyam sendiri pun tengah menghadapi musuh.

Menjelang matahari tenggelam seorang musuh berhasil melesatkan anak panah dan tepat mengenai tenggorokan Zaid. Tubuh beliau pun jatuh tersungkur.

Hisyam berlari dari kerumunan musuh dan mendekati Zaid seraya berkata: "Selamat atas buka puasamu hari ini di Surga, sahabatku,"kata Hisyam dengan derai air mata.

Mimpi Zaid dengan bidadari itu menjadi sesuatu yang nyata. Semua itu tidak lain karena ketaatan Zaid kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullahصلى الله عليه وسلم di Madinah, saat itu telah mengetahui kabar Zaid yang telah berpulang ke rahmat Allah.

Nabiصلى الله عليه وسلم memberitahukan kepada sahabatnya. "Zaid bin haritsah telah tiada, bendera perang kini dipegang Ja'far bin Abi thalib." Sore harinya Rasulullah صلى الله عليه وسلم pergi bertakziah mengabari kabar duka kepada keluarga Zaid.

Di muka pintu, anak perempuan kecil Zaid menyambutnya dengan hangat. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memeluknya dengan haru dan lama merasakan kesedihan anak perempuan dari Sahabat dan anak angkatnya itu. Nabi صلى الله عليه وسلم menangis tersedu, membuat putri yang masih balita itu ikut menangis, meski sebabnya belum ia ketahui.

Seorang sahabat yang menyaksikan pemandangan yang mengharukan itu, bertanya kepada Rasulullah: "Tangis apakah gerangan itu, ya Rasulullah?" Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab: "Ini adalah tangisan seorang kekasih yang kehilangan kekasihnya."

Demikian akhir hayat Zaid Bin Haritsah yang membuat Nabi menangis. Allah Ta'ala menyayangi Zaid dengan mengkaruniakan nikmat surga sebagai balasannya. Masya Allah, mimpinya pun menjadi kenyataan bahwa para bidadari sedang menantinya di surga. 
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: