Kisruh Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib: Soal Unta, Siti Aisyah Dibohongi

Kisruh Pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib: Soal Unta, Siti Aisyah Dibohongi
Ilustrasi/Ist
UNTUK melaksanakan rencana kelompok Makkah , yaitu menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan r.a. dan menggulingkan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra dari kedudukannya sebagai Khalifah , Sitti Aisyah r.a. berangkat ke Bashrah bersama Thalhah dan Zubair .

Buku Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a . karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini menceritakan pada saat Sitti Aisyah r.a. hendak berangkat, orang-orang mencarikan seekor unta yang kuat guna mengangkut haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta) milik Sitti Aisyah. 

Ya'laa bin Ummayyah menyerahkan unta kepunyaannya yang sangat besar, bernama Askar . Sitti Aisyah kagum sekali melihat unta itu. Akan tetapi ketika serati atau penggembala memanggil-manggil untanya dengan berulang-ulang menyebut "Askar", Sitti Aisyah mundur dan berkata kepada serati unta itu: "Kembalikan dia. Aku tidak membutuhkan unta itu!"

Sewaktu ditanya apakah sebabnya Ummul Mukminin menyuruh unta Askar dikembalikan, Sitti Aisyah menjawab, bahwa Rasulullah SAW pernah menyebut-nyebut nama unta itu dan ia dilarang mengendarainya. 

Ummul Mukminin minta dicarikan unta lain. Namun orang tak berhasil mencarikan unta seperti Askar. Agar jangan diketahui oleh Ummul Mukminin, bahwa unta yang akan dikendarainya adalah tetap unta Askar, maka jilal-nya (kulit yang ditaruh di punggung unta untuk melindungi diri dari dingin) Askar diganti dengan jilal lain, tanpa sepengetahuan Sitti Aisyah r.a. 

Ummul Mukminin merasa puas dengan unta yang dikatakan bukan Askar itu. 

Surat dari Malik Al-Asyar
Sementara itu, Malik Al-Asytar, sepupu Rasulullah SAW, dari Madinah mengirim sepucuk surat kepada Sitti Aisyah r.a.

Tulis Al-Asytar: "Ibu adalah isteri Rasulullah SAW. Beliau telah memerintahkan Ibu supaya tetap tinggal di rumah. Jika Ibu menuruti perintah beliau, bagi Ibu itu lebih baik. Tetapi jika Ibu tetap tidak mau selain hendak memegang pentung, menanggalkan baju kerudung dan menampakkan kesucian diri di depan mata orang banyak, Ibu akan kami perangi, sampai kami dapat memulangkan Ibu kembali ke rumah, tempat yang sudah diridhai Allah bagi Ibu."

Sebagai jawaban atas surat Al-Asytar itu, Sitti Aisyah r.a. menulis: "Engkau adalah orang Arab pertama yang melancarkan fitnah, menganjurkan perpecahan dan membelakangi para Imam, yakni para Khalifah. Engkau mengerti bahwa dirimu tidak akan dapat melemahkan Allah. Engkau akan menerima pembalasan dari Allah atas perbuatanmu yang zalim terhadap seorang Khalifah, yakni Utsman bin Affan. Suratmu sudah kuterima dan aku sudah memahami apa yang ada di dalamnya. Allah sajalah yang akan melindungi diriku dari perbuatanmu. Akan lumpuhlah semua orang yang sesat dan durhaka seperti engkau itu, insyaa Allah!"

Waktu perjalanan Sitti Aisyah sampai di Hau'ab, yaitu tempat sumber air kepunyaan Bani Amir Sha'sha'ah, ia digonggong banyak anjing, sampai unta yang dikendarainya lari kencang sukar dikendalikan. Waktu itu terdengarlah suara orang berteriak: "Hai, tahukah kalian, betapa banyaknya anjing di Hau'ab ini dan alangkah keras gonggongannya!"

Mendengar teriakan itu, Sitti Aisyah r.a. menarik tali kekang sekeras-kerasnya sambil berteriak kuat: "Itu anjing-anjing Hau'ab! Kembalikan aku! Aku mendengar sendiri Rasulullah pernah mengatakan...," ia menyebut apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW kepadanya.

Saat itu Sitti Aisyah mendengar suara orang lain mengatakan: "Pelan-pelan! Kita sudah melewati Hau'ab!"

"Apakah ada saksi yang membenarkan perkataanmu?" tanya Sitti Aisyah r.a. mengejar suara tadi.

Kemudian beberapa orang Badui yang menjadi pengawal meneriakkan sumpah, bahwa benar-benar tempat itu sudah bukan Hau'ab lagi. Oleh karena itu Sitti Aisyah r.a. lalu melanjutkan perjalanan. (Bersambung)
(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: