Muslim Bashrah Menolak Ajakan Siti Aisyah Perangi Khalifah Ali bin Abu Thalib

Muslim Bashrah Menolak Ajakan Siti Aisyah Perangi Khalifah Ali bin Abu Thalib
Ilustrasi/Ist
KETIKA Siti Aisyah r.a. tiba di Harf Abi Musa, dekat Bashrah, penguasa daerah Bashrah yang diangkat oleh Khalifah Ali bin Abu Thalib r.a., bernama Utsman bin Hanif, mengirim Abul Aswad Ad Dualiy guna menemui rombongan. 

Buku " Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib r.a " karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini memaparkan Abul Aswad bertemu dengan Sitti Aisyah r.a. dan menanyakan maksud perjalanannya. Kepada Abul Aswad, Sitti Aisyah r.a. menjelaskan, bahwa ia datang untuk menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan. 

Menanggapi keterangan Sitti Aisyah r.a. itu, Abul Aswad mengatakan, bahwa di Bashrah tidak ada seorang pun yang ikut ambil bagian dalam peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan . 

"Engkau benar," kata Sitti Aisyah r.a. menukas. "Tetapi ada orang-orang yang bersama-sama Ali bin Abi Thalib di Madinah," lanjutnya. 

"Aku datang untuk mengerahkan penduduk Bashrah supaya bangkit memerangi dia. Kalau kami bisa marah karena kalian dicambuk oleh Utsman, mengapa kami tak bisa marah terhadap mereka yang mengangkat pedang terhadap Utsman?" 

Menjawab pernyataan Sitti Aisyah r.a. tadi, Abul Aswad berkata: "Ibu adalah wanita pingitan Rasulullah SAW. Beliau memerintahkan Ibu supaya tetap tinggal di rumah dan membaca Kitab Allah." 

"Tidak ada kewajiban perang bagi wanita. Wanita juga tidak layak menuntut balas atas terbunuhnya seseorang. Bagi Utsman, Ali sebenarnya lebih baik dari pada Ibu. Ia lebih dekat hubungan silaturahminya, karena dua-duanya sama-sama putera keturunan Abdi Manaf." 

Sitti Aisyah r.a. tak memperdulikan kata-kata Abul Aswad itu. Ia tetap menyatakan kebulatan tekadnya: "Aku tidak akan pergi sebelum melaksanakan maksudku." 

"Hai Abul Aswad," tanya Sitti Aisyah r.a., "apakah engkau mengira akan ada orang di Bashrah ini yang hendak memerangi aku?" 

"Demi Allah," kata Abul Aswad, "perang yang hendak Ibu cetuskan itu akan sangat hebat." 

Waktu Abul Aswad beranjak hendak meninggalkan tempat, datanglah Zubair bin Al-'Awwam. Kepadanya Abul Aswad berkata: "Hai Abu Abdullah --nama panggilan Zubair -- banyak orang yang menyaksikan, waktu Abu Bakar dahulu dibai'at sebagai Khalifah engkau mengangkat pedangmu sambil berkata: 'Tidak ada orang yang lebih afdhal untuk memegang kepempimpinan ummat selain Ali bin Abi Thalib. Bagaimana keadaanmu sekarang dengan pernyataanmu itu?'

"Datanglah engkau menemui Thalhah dan dengarkan sendiri apa yang dikatakan olehnya!" kata Zubair, menanggapi pertanyaan Abul Aswad tadi. 

Abul Aswad terus pergi menemui Thalhah. Dari dialog yang berlangsung antara dia dengan Thalhah, Abul Aswad mengetahui, bahwa Thalhah sudah bertekad bulat melancarkan pemberontakan bersenjata. (Bersambung)

(mhy) Miftah H. Yusufpati

No comments: