Cara Diplomat Muslim Iran Selamatkan Ribuan Yahudi dari Nazi

Diplomat Muslim Iran pernah selamatkan ribuan Yahudi dari kejaran Nazi. Monumen Holocaust di Berlin

Diplomat Muslim Iran pernah selamatkan ribuan Yahudi dari kejaran Nazi. Monumen Holocaust di Berlin

Foto: Irfan Junaidi/republika
Diplomat Muslim Iran pernah selamatkan ribuan Yahudi dari kejaran Nazi
  Abdol Hossein Sardari, seorang diplomat Iran yang ditempatkan di Paris, menyelamatkan ribuan orang Yahudi selama Holocaust. Dia meyakinkan Jerman bahwa Yahudi asal Persia merupakan keturunan ras Arya sama seperti orang Jerman itu sendiri. 
Lahir dari keluarga istimewa Iran, Sardari adalah seorang diplomat junior di kedutaan Paris yang hidup mewah. Setelah Jerman menginvasi Prancis dan duta besar Iran meninggalkan ibu kota dan pergi ke Vichy untuk membangun kembali kedutaan di sana, Sardari ditugaskan untuk urusan konsuler di Paris. 

Ketika Nazi mulai menerapkan dekrit anti-Yahudi di Prancis yang berhasil diduduki, Sardari menjalankan misinya untuk melindungi sesama Iran di wilayah tersebut, terlepas dari agama mereka. Dia mencoba mengalahkan Jerman di permainan mereka sendiri. 

Dia berpendapat orang Yahudi Iran tidak secara genetik terkait dengan sesama penganut agama Eropa dan oleh karena itu tidak boleh tunduk pada hukum rasial Reich.  

Sardari sempat menulis di atas kop surat Konsulat Kekaisaran Iran. Dia mencoba meyakinkan pihak berwenang menurut "studi etnografi dan sejarah", anggota Yahudi di Persia dan Asia Tengah bukanlah orang Semit melainkan Arya, seperti orang Jerman sendiri. . 

"Berdasarkan darah mereka, bahasa mereka, dan adat istiadat mereka, mereka berasimilasi dengan ras pribumi dan memiliki stok biologis yang sama dengan tetangganya, Persia dan Sartes (Uzbek)," tulis Sardari. 

Nazi mengklasifikasikan non-Muslim Iran sebagai "nicht juedische Abstammung" (bukan keturunan Yahudi) atau "blutmassig nicht Juden" (bukan darah Yahudi). Orang Armenia, Kristen, dan Zoroastrian Iran termasuk dalam kategori pertama. 

Adapun orang Iran lainnya yang agamanya didasarkan atau dipengaruhi ajaran Musa tetapi bukan "ras Yahudi" termasuk dalam kategori kedua. Hal itu disampaikan Fariborz Mokhtari dalam buku "In the Lion’s Shadow: The Iranian Schindler and his homeland in the Second World War."

"Ditambah dengan propaganda awal Nazi yang mengatakan bahwa Iran adalah ras Arya. Dia harus menemukan cara untuk mengalahkan mereka di permainan mereka sendiri," kata Mokhtari dilansir dari timesofisrael pada Sabtu (15/5). 

"Sardari, dengan pendidikan hukumnya, pengalaman diplomatik dan kecerdasannya, dengan berani mengeksploitasi klasifikasi tersebut sejauh mungkin, sampai membuat marah orang-orang seperti Adolf Eichmann," kata Mokhtari. 

Sumber: timesofisrael 

No comments: