Masjid Kubah Emas Sering Dikira Masjid Al-Aqsha

Masjid Kubah Emas Sering Dikira Masjid Al-Aqsha
Kompleks Masjidil Aqsha Palestina memliki luas keseluruhan 144.000 meter yang disebut Al-Haram Ash-Sharif (tempat suci yang mulia) yang di dalamnya banyak terdapat masjid dan situs sejarah Islam termasuk Masjid Kubah emas (Kubah Sakhrah). Foto/Ist

Saat ini ini semua mata tertuju ke Masjid Al-Aqsha menyusul meningkatnya agresi Israel ke Palestina. Ada yang menarik untuk diulas terkait keberadaan Masjid Al-Aqsha Yerusalem, Palestina. Banyak yang mengira Masjid berkubah emas itu adalah Masjidil Al-Aqsha.

Padahal itu anggapan keliru. Sebagaimana diketahui Kompleks Masjidil Aqsha memliki luas keseluruhan 144.000 meter yang disebut Al-Haram Ash-Sharif (tempat suci yang mulia) atau Temple Mount. Tempat ini merupakan tempat suci ketiga umat Islam setelah Makkah dan Madinah.

Masjid Al-Aqsha merupakan masjid terpenting yang berada di areal kompleks Al-Aqsha. Luas bangunan 35.000 meter persegi, sehingga dapat menampung 5.000 jamaah. Sebenarnya di dalam kompleks Al-Aqsha ini banyak masjid dan situs-situs bersejarah dan di kawasan ini juag terdapat makam para Nabi.

Sekilas Masjid Kubah Emas

Masjid Kubah Emas disebut Qubbah Sakhrah atau Dome of The Rock. Sebuah bangunan masjid yang terletak di tengah-tengah kompleks Masjid Al-Aqsa, Kota Yerusalem. Masjid ini juga disebut dengan Masjid Umar.
Masjid berkubah pertama ini didirikan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan antara Tahun 685-691. Adapun Masjid Jami' Al-Aqsha adalah masjid berkubah biru yang terletak di Selatan kompleks Al-Aqsha.

Kubah Shakhrah ini selesai didirikan tahun 691 Masehi, menjadikannya bangunan Islam tertua yang masih ada di dunia dan masjid pertama memiliki Kubah. Di dalam kubah ini terdapat batu Ash-Shakhrah yang menjadi tempat suci bagi umat Islam dan Yahudi.

Bangunan awal dari Kubah Shakhrah sebenarnya adalah kubah terbuka tanpa dinding. Pada masa Abbasiyah mulai dibangun dinding penutup. Bangunan ini mengalami kerusakan pada gempa bumi tahun 808 dan 816.

Menurut beberapa ulama dihimpun dari berbagai sumber, batu yang berada dalam naungan Kubah Shakhrah disebut sebagai tempat pijakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ketika naik ke langit saat peristiwa Isra' Mi'raj. Literatur lain menyebutkan tempat pijakan tersebut berada di Masjid Al-Qibli.

Saat Sayyidina Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhu diberi usulan oleh sahabat Ka'ab untuk membangun masjid di sebelah utara Batu Fondasi agar dapat menghadap ke arah Ka'bah dan batu tersebut secara bersamaan saat sholat, Umar justru menanggapi bahwa perbuatan itu menyerupai Yahudi.

Sehingga beliau membangun masjid di sebelah selatan batu tersebut. Umar menyengaja agar mihrab masjid yang dibangunnya tidak segaris dengan Batu Fondasi dan Ka'bah. Setelah arah kiblat berpindah, maka Kakbah di Makkah menjadi lebih penting daripada batu fondasi tersebut.

Meski demikian, Masjid Al-Aqsha memiliki beberapa keutamaan yang tidak dimiliki masjid lain sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadis. Meskipun tidak lagi menjadi kiblat umat Islam, Al-Aqsha dan Kubah Shakhrah tetap dipandang suci oleh umat Islam.

Kenapa Al-Aqsha Harus Dimuliakan dan Dikunjungi?

Seperti diuraikan di atas, Masjid Al-Aqsha adalah tempat susci ketiga bagi umat Islam. Bagi umat Islam, Al-Aqsha disebut juga dengan Al-Quds yang berarti tanah-wilayah yang suci atau sering disebut Baitul Maqdis.

Selain menjadi tempat Rasulullah melakukan Isra Mikraj, Masjid Al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam. Alasan lain yang membuat umat Islam harus mengunjungi atau berziarah ke Al-Aqsha adalah karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri memuliakannya dan pernah berkunjung ke sana.

Selain beliau, para sahabat mulia juga pernah mengunjunginya di antaranya Umar bin Khattab saat menjadi Khalifah. Kemudian, Abu Hurairah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Umar, Abdullah bin ‘Abbas, Abu Ubaidah bin Jarrah,Mu’az bin Jabbal, Bilal bin Rabbah, Khalid bin Walid, Abu Dzar Al-Ghiffari, Salman Al-Farisi, Abu Darda, Abu Mas’ud Al-Anshari, Amr bin ‘Ash, Abdullah bin Salam, Said bin Zaid, Murrah bin Ka’ab, Abdullah bim Amr bin Ash, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Auf bin Malik, Ubadah bin Shamit, Sa’id bin Al-Ash, dan Shafiyah istri Baginda Rasulullah.

Demikian pula para ulama Tabi’in dan tokoh-tokoh ahli fiqih terkenal pernah berziarah ke Masjid Al-Aqsha, di antaranya Imam Asy-Syafi’i. Bahkan Imam Syafi'i lahir di Jalur Gaza, beberapa puluh kilometer dari Baitul Maqdis (Al-Aqsha).

Ulama lainnya, Imam Al-Ghazali. Semasa hidupnya, pada tahun 489 H, Imam Al-Ghazali masuk Kota Damaskus, Suriah, dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis (Al-Aqsha) di Palestina untuk waktu beberapa lama.

Demikian pula Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolani (773-852 H), penyusun Kitab Fathul Baari Syarh Shahih Al-Bukhari dan Kitab Bulughul Marom min Adillatil Ahkam.

Peziarah dapat pula menyaksikan bukti-bukti peninggalan sejarah Islam dan makam-makam para Nabi utusan Allah. Di antaranya makam Nabi Ibrahim, makam Nabi Syu'aib, makam Nabi Musa, makam Nabi Dawud, makam Nabi Yunus dan makam Nabi Sulaiman 'Alaihimus sholatu wassalam.

Al-Aqsha akan meningatkan kita tentang sejarah dan kisah para Nabi. Bahkan di akhir zaman disebutkan bahwa Imam Mahdi dan Nabi Isa 'alaihissalam kelak akan memerangi Dajjal dan pengikutnya (Yahudi) hingga mati di "Pintu Lud" Palestina.

Semoga Allah memuliakan Islam dan menolong kaum muslimin Palestina serta menyelamatkan Masjidil-Aqsha dari agresi kaum Yahudi.

Wallahu A'lam
(rhs) Rusman H Siregar

No comments: