Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Menurut 4 Teori

 

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Menurut 4 Teori
Awal mula datangnya Islam ke Indonesia diyakini melalui jalur perdagangan, salah satunya melalui pedagang dari Tanah Arab. Foto ilustrasi/istimewa
Sejarah masuknya Islam ke Indonesia, kemudian siapa yang membawanya, bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat dan lainnya, banyak ditemukan dalam berbagai catatan. Bahkan catatan Islam masuk ke Indonesia tersebut terdiri dari berbagai teori yang masing-masing teori juga menyimpulkan bukti serta pendapatnya.
Dari semua teori tersebut kebanyakan menggambarkan Islam masuk pada masa awal-awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Pada masa kekhalifahan Islam di Tanah Arab, kekhalifahan tersebut mengutus utusannya untuk datang ke Nusantara dan menyebarkan agama Islam di Indonesia ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya Kampung Arab atau pemukiman Arab di pesisir barat pantai Sumatera pada masa itu.

Namun ada juga beberapa teori lain misalnya teori Arab (Makkah), teori India, teori Persia dan teori China. Dikutip dari berbagai sumber, berikut teori-teori yang menjelaskan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, yakni:

1. Teori Arab (Makkah)

Menurut teori ini, Islam dibawa oleh pedagang yang berasal dari Makkah di abad 7 masehi. Terdapat tiga bukti yang mendukung teori ini. Pertama, adanya perkampungan Islam di Barus, Sumatera di tahun 674 masehi. Sesuai namanya, penghasilan utama dari kampung ini adalah kapur barus. Benda ini menjadi kesukaan dari Timur Tengah. Sehingga mengundang pedagang dari sana untuk datang ke Indonesia.

Kedua, ditemukannya makam Islam tertua Indonesia, tepatnya di Gresik, Jawa Tengah. Makam bernama Siti Fatimah binti Maimun tersebut ditulis menggunakan ukiran kaligrafi arab bergaya kufi.

Ketiga, adanya pemakaman Islam di wilayah Majapahit di Trowulan. Diyakini bahwa pada era kerajaan Majapahit sudah banyak orang yang memeluk agama Islam.

Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah. Pada bukunya yang berjudul sejarah umat Islam yang terbit pada tahun 1997, Buya Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama Islam di Indonesia.

Bukti yang dimaksud Buya Hamka ini adalah berupa sumber dari naskah kuno China yang menyebutkan bahwa sekelompok Bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat Pulau Sumatera pada tahun 625 Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu merupakan kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi

2. Teori India (Gujarat)

Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan, selain itu teori India atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato yang meyakini awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu India (Gujarat).

Teori ini adalah teori yang menyebutkan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari India muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13.

Para saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia kemudian setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai.

Banyak bukti yang menguatkan teori Gujarat ini, salah satunya adalah makam Malik As-Saleh yang merupakan salah satu pendiri kerajaan Samudra Pasai. Corak dari batu nisan Malik As-Saleh sangat mirip dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Bahkan makam salah satu walisongo yakni makam Maulana Malik Ibrahim juga memiliki batu nisan khas Gujarat seperti makam Malik As-Saleh.

3. Teori Persia

Teori ini menyatakan bahwa, selain disebarkan oleh pedagang dari Makkah, Islam juga disebarkan oleh pedagang yang berasal dari Persia yang kira-kira kini letaknya ada di negara Iran. Menurut teori ini, Islam dibawa oleh pedagang yang asalnya dari Iran pada abad 11. Terdapat dua hal yang bisa membuktikan teori ini.

Pertama, setiap tanggal 10 Muharram, di Bengkulu dan Sumatera Barat selalu diadakan upacara Tabuik. Upacara ini diadakan untuk mengenang cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali. Upacara ini adalah upacara tahunan yang juga dilakukan di Persia. Kemudian ada kemiripan kebudayaan Islam antara Indonesia dan Persia, yakni kaligrafi-kaligrafi yang ada di makam batu nisan di Nusantara.

Bukti kedua, adanya kesamaan ajaran sufi yang dianut oleh Syekh Siti Jenar, seorang ulama sufi asal Jepara, dengan sufi Iran beraliran Al-Hallaj.
Akan tetapi seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini di anggap kurang relevan dengan fakta yang ada.

4. Teori China

Teori China merupakan teori yang menyebutkan bahwa ajaran agama Islam masuk ke Indonesia berasal dari China, agama Islam sendiri berkembang di China pada masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). Konon, Islam masuk ke China sendiri dibawa oleh panglima Muslim yang bernama Saad bin Waqash yang berasal dari Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Bahkan salah satu kota di China pada masa itu yakni kota Kanton pernah menjadi pusat dakwah muslim di China.

Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004) menyebutkan bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan orang-orang di China terjadi pada tahun 713 Masehi. Masuknya Islam ke Nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya migrasi orang-orang China muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada tahun 879 Masehi atau abad ke-9 Masehi.

Bukti lain dari teori China ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal dari keturunan China yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak. Seperti kita ketahui, kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.

Banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 700 Masehi atau pada abad ke-7, hal ini dikarenakan dari catatan China kuno menerangkan bahwa pada masa itu terdapat perkampungan Arab atau pemukiman Arab di daerah pesisir barat pulau Sumatera hingga ke sekitar selat Malaka.

Wallahu A'lam
(wid)
Widaningsih

No comments: