Mengapa Ashabul Kahfi Hanya di Alquran Bukan Injil-Taurat?
Pakar tafsir terkemuka Indonesia, Prof Quraish Shihab, menjelaskan dalam buku Mukjizat Alquran, keberadaan gua Ashabul Kahfi banyak diteliti dari masa ke masa. Di dalam Alquran sendiri, Allah SWT melukiskan gua tersebut dengan redaksi yang termaktub dalam surat Al-Kahfi ayat 17. Allah berfirman:
“Wa tara as-syamsa idza thala’at tazaawaru kahfihim dzaata al-yamini wa idza gharabat taqridhuhum dzaata as-syimali wa hum fii fajwatin minhu.”
Yang artinya: “Engkau melihat matahari ketika terbit dan condong dari gua mereka ke sebelah kanan dan apabila terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam tempat yang luas di dalam gua itu."
Prof Quraish menjabarkan, membuktikan keberadaan gua Ashabul Kahfi sebelum maraknya penelitian arkeologi tidaklah mudah. Namun sebagaimana yang disebutkan Thabathaba’i dalam tafsir Al-Mizan, beliau mengutip, sumber-sumber barat pun menyebutkan paling tidak empat kesimpulan tentang kisah Ashabul Kahfi yang walaupun berbeda dalam perinciannya, namun tetap sama dalam pokok kisahnya.
Di sisi lain telah ditemukan sekian banyak gua di Epsus, Damaskus, dan Iskandinavia yan masing-masing penemuannya mengklaim bahwa gua itulah yang merupakan gua Ashabul Kahfi. Namun sayangnya, ciri-ciri gua tidak sepenuhnya sama dengan apa yang dilukiskan Alquran.
Barulah pada 1963, seorang Arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dajani, menemukan sebuah gua yang terletak sekitar delapan kilometer dari Amman ibu kota Yordania. Gua itu memiliki ciri-ciri seperti yang diuraikan Alquran.
Gua yang diteliti Rafiq berada di atas dataran tinggi menuju arah tenggara. Sedangkan kedua sisinya berada di sebelah timur dan barat dan terbuka sedemikian rupa sehingga cahaya matahari dapat menembus masuk ke dalamnya.
Di dalam gua terdapat ruangan kecil yang luasnya sekitar tiga kali dua setengah meter. Ditemukan juga di dalam gua tersebut tujuh atau delapan kuburan. Pada dinding-dindingnya terdapat tulisan Yunani kuno yang sudah tidak bisa terbaca lagi, sebagaimana terdapat pula gambar seekor anjing dan beberapa ornamen.
Sedangkan di atas gua itu terdapat sebuah tempat peribadatan ala Bizantium; mata uang yang ditemukan di sekitarnya menunjukkan bahwa tempat tersebut dibangun pada masa pemerintahan Justinius 1 (418-427 Masehi). Ciri-ciri yang disebutkan itu sesuai dengan yang dikemukakan Alquran.
Di sisi lain para sejarawan Muslim dan Kristen mengakui bahwa penguasa yang menindas pengikut-pengikut Nabi Isa antara lain adalah yang memerintah pada tahun 98 Masehi hingga 117 Masehi, atau sekitar tahun 112 Masehi.
Pada tahun-tahun tersebut, penguasa di zaman itu menetapkan bahwa setiap orang yang menolak menyembah dewa-dewa dijatuhi hukuman sebagai pengkhianat.
Sedangkan para sejarawan Muslim maupun Kristen pun sepakat bahwa penguasa yang bijaksana adalah Theodusius yang memerintah selama tahun 408 Masehi-452 Masehi. Di sini sekali lagi bahwa terdapat kecocokan antara informasi dari kalangan sejarawan dengan yang disebutkan Alquran.
Yakni disebutkan, apabila pemuda yang berlindung itu menghindar dari ketetapan penguasa yang dikeluarkan pada 112 Masehi itu, dan mereka tertidur selama 300 tahun, itu artinya mereka terbangun dari tidur sekitar tahu 412 Masehi. Yaitu di masa pemerintahan yang berkuasa telah membebaskan orang-orang Kristen dari penindasan.
No comments:
Post a Comment