Kunci Keberhasilan Mongol Taklukkan Peradaban Islam

Genghis Khan tidak begitu menggubris faktor keturunan untuk posisi militer. Red: Hasanul Rizqa Genghis Khan
Foto: logoi.com
Genghis Khan
Beatrice Forbes Manz dalam artikelnya untuk The New Cambridge History of Islam (2011), menjelaskan bagaimana Imperium Mongol mengubah wajah Islam untuk selamanya. Kisahnya bermula dari Genghis Khan (1162-1227).

Sejak 1205, pemimpin yang lahir dengan nama Temujin ini dapat mempersatukan suku-suku nomaden yang menghuni dataran tinggi Mongol. Menjelang tahun 1216, ekspansi bala tentaranya mulai bergerak ke arah barat, sekitar Jalur Sutra yang menghubungkan per niagaan Cina dengan Eropa.

Pada masa itu, seluruh Iran dan sebagian besar Asia Tengah dikuasai beberapa wangsa Muslim. Sejak 1194, Dinasti Khwarazmi menguasai wilayah tersebut setelah berhasil mengalahkan Dinasti Seljuk.

Sebelum 1200, hubungan antara para pemimpin (shah) Khwarazmi dan penguasa Mongol dapat dikatakan cukup baik. Keada an damai ini berakhir setelah Khwarazmi memiliki shah baru, Muhammad II.

Pada 1218, Genghis Khan mengirim sejumlah utusan ke suatu kota di wilayah Khwarazmi untuk menjalin hubungan dagang. Namun, gubernur setempat, sepertinya atas perintah Shah Muhammad II, mencurigai mereka sebagai mata-mata.

Para delegasi tersebut lantas ditangkap dan dihukum mati. Meskipun murka, raja Mongol itu sempat mengirim utusan lainnya untuk mendesak Shah Muhammad II agar menyerahkan si gubernur kepadanya sehingga dapat dieksekusi. Duta ini juga dibunuh pemimpin Khwarazmi tersebut.

Tidak ada pilihan bagi Genghis Khan selain kekerasan. Dia mengepung wilayah Khwarazmi secara berangsur-angsur. Sejak 1219, sekitar 150 ribu balatentara Mongol mencaplok sejumlah kota penting, seperti Bukhara, Samarkand, dan Urgrench yang tidak lain adalah ibu kota Khwarazmi.

Di daerah-daerah taklukannya, mereka berlaku sangat kejam. Penduduk sipil yang tak bersenjata menjadi sasaran. Jutaan orang tewas. Shah Muhammad II meninggal dunia saat sedang kabur ke Khurasan (Iran) pada 1220.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)



Jenderal militer Mongol kemudian mengalahkan anak shah tersebut, Jalaluddin Mingburnu, dalam pertempuran di dekat Sungai Indus pada 1221. Inilah awal kejatuhan Persia Muslim ke tangan Mongol. Selang beberapa dekade berikutnya, wilayah- wilayah lain, utamanya Irak di bawah Dinasti Abbasiyah, menjadi sasaran.

Manz mengungkapkan satu kunci keberhasilan Mongol dalam merebut satu per satu wilayah musuh: meritokrasi. Berbeda dengan raja-raja di Asia pada zamannya, Genghis Khan tidak begitu menggubris faktor keturunan untuk menentukan siapa saja yang mengisi posisi penting di militer.

Bahkan, beberapa jenderal Mongol adalah mantan lawannya yang kemudian berhasil dikondisikan untuk menjadi loyalis. Tentu saja, kebengisan pasukan Mongol juga ikut mendukung gelombang ekspansi Genghis Khan dan keturunannya ke arah barat.

Pada akhir 1222, Genghis Khan memindahkan pusat kekuasaan ke Transoxiana, daerah subur antara Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya (kini sekitar Uzbekistan). Beberapa tahun kemudian, pada 18 Agustus 1227, sang penakluk itu menghembuskan nafas terakhir.

Tidak ada informasi yang memadai tentang bagaimana dia mati atau di mana lokasi makamnya. Sebab, seluruh bawahannya menjadikan hal itu rahasia dengan taruhan nyawa mereka. Bagaimanapun, para sejarawan menduga makam Genghis Khan terletak di suatu tempat di Mongolia.rol

No comments: