Sejarah dan Perkembangan Islam di Panama

Umat Islam di Panama disegani karena warisan sejarah meski jumlah mereka minoritas. Red: Hasanul Rizqa Masjid Colon, Panama
Foto: Wikipedia
Masjid Colon, Panama
Panama dikenal dengan terusan perlayaran yang menghubungkan antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik.

Seperti dilansir dari The Maritime Post, Terusan Panama menghasilkan sekitar 2 miliar dolar AS per tahun. Dari angka itu, pemerintah setempat mengambil sekira 40 persen.

Sebagaimana Terusan Suez bagi Mesir, jembatan air tersebut menjadi salah satu sumber pemasukan untuk negara berpenduduk kurang lebih 4,3 juta jiwa itu.

Mayoritas orang Panama berasal dari kelompok etnis Mestizo, yakni percampuran antara kulit putih dan bangsa asli Amerika.

Kristen menjadi agama yang dipeluk kebanyakan penduduk negara tersebut. Karena itu, gereja cukup mudah ditemukan di kota-kota setempat.

Umat Islam menjadi salah satu minoritas di Panama. Menurut data Pew Research Center (2009), jumlah kaum Muslimin di sana sebanyak 24 ribu orang. Artinya, sekitar 0,7 persen dari keseluruhan masyarakat negara itu memeluk agama tauhid.

Dikutip dari keterangan buku Muslim di Amerika dan Cina (2003), syiar Islam dibawa pertama kali ke negara tersebut oleh kalangan budak. Mereka berasal dari Afrika Barat.

Sejak negerinya sendiri dikuasai bangsa-bangsa Eropa Barat, kaum kulit gelap itu dijadikan hamba sahaya. Maka dalam jumlah yang masif, orang-orang malang itu diangkut ke Amerika hingga berakhir di Panama.

Memasuki abad ke-16, terjadilah beberapa peristiwa pembebasan atau pemberontakan budak di Amerika Tengah. Salah satunya adalah kejadian di lepas pantai Panama yang menghadap Atlantik.

Pada 1552, sebuah kapal besar tenggelam. Sebanyak 500 budak di dalamnya berhasil selamat. Seseorang dari mereka kemudian ditunjuk sebagai pemimpin.

Namanya adalah Bayano. Lelaki Muslim itu dengan gagah berani memimpin perlawanan orang-orang kulit gelap itu terhadap para majikan.

Sesampainya di pesisir Panama, Bayano dan para pengikutnya sudah berstatus merdeka. Mereka pada awalnya harus menghadapi gangguan dari pemerintah kolonial Panama.

Pihak otoritas itu sangat ingin memperbudak mereka lagi, apalagi setelah mengetahui bahwa orang-orang tersebut adalah Muslim.

Bagaimanapun, Bayano dan para pendukungnya terus melawan secara gerilya. Tepat saat itu, pemerintah kolonial Panama sedang menghadapi pemberontakan yang lebih masif di selatan. Maka, gencatan senjata pun diajukan kepada pemimpin Muslim tersebut.

Dalam situasi tenang, Bayano pun dapat mendiri kan permukiman di wilayah yang kini termasuk Provinsi Darien. Di sana, ia membangun masjid sederhana serta menyusun dewan penasihat, baik dalam urusan pertahanan maupun syiar Islam.

Masyarakat lokal yang lebih dahulu tinggal di sekitar daerah itu lebih mengenal mereka sebagai orangorang yang berani melawan rezim.

Berita tentang pemberontakan Bayano sampai ke telinga pemerintah pusat Spanyol. Madrid amat marah sehingga mengirimkan seorang jenderal terbaiknya ke Panama. Dialah Pedro de Ursua.

Sesampainya di tujuan, Ursua langsung melancar kan serangan frontal ke basis Bayano. Akhirnya, tokoh Muslim itu dan para pendukungnya dapat ditangkap. Bayano sempat diasingkan ke Peru, lalu Spanyol. Di negara Eropa itulah dirinya mengembuskan napas terakhir.

Kisah kepahlawanan sang pejuang menginspirasi penduduk lokal. Bahkan, di dekat bekas basis pertahanan kaum Muslimin itu terdapat danau yang dinamakan Danau Bayano. Penamaan itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas keberanian patriot ini.

Memasuki abad ke-20, terjadilah gelombang kedua masuknya Islam ke Panama. Itu terjadi seiring dengan pembangunan Terusan Panama. Di dekat area proyek terusan itu, pernah berdiri dua unit masjid kecil, yakni di Isca Colon dan Bocas del Toro.

Masa itu, cukup banyak imigran asal Arab dan Asia selatan yang hijrah ke Panama. Tidak sedikit dari mereka yang kemudian menikah dengan wanita-wanita lokal.

Kelompok Muslim inilah yang memulai geliat dakwah Islam pada abad modern. Pada 1929, sejumlah imigran India-Pakistan membentuk komunitas Muslim Sunni setempat.

Mereka membangun masjid pertama di Kota Panama. Hingga era 1940-an, aktivitas mereka dalam hal keagamaan terus berdegup.

Pada 1963, orang-orang Islam ini dapat membeli sebidang tanah di kota tersebut untuk difungsikan sebagai lahan permakaman.

Pada 1970-an, dinamika Muslimin di Panama turut dipengaruhi gelombang aktivis antirasialisme di Amerika Serikat (AS). Beberapa tokoh Islam setempat menaruh simpati pada Nation of Islam, gerakan yang dibentuk Wallace Fard Muhammad pada 1930.

Pada masa itu pula muncul dua sosok Muslim Panama yang berpengaruh, yakni Abdul Wahab dan Suleyman Johnson. Mereka aktif berdakwah di Kota Panama dan Colon, terutama dengan dukungan Syekh Dr Abdulkhabeer Muhammad. Pada 1977, mereka mendapatkan bantuan dari para pedagang Arab di Colon untuk mewujudkan masjid.

Pada 1980-an, perkembangan syiar Islam kian terasa pesat. Pada Januari 1982, berdirilah El Centro Cultural Islamico atau Pusat Keislaman di Colon.

Hingga kini, bangunan itu merupakan salah satu masjid terbesar di Panama atau Amerika tengah umumnya. Hingga menjelang abad ke-21, terdapat empat masjid besar di seluruh negeri tersebut.rol

No comments: