Blusukan Ala Jokowi Telah Diajarkan 1400 Tahun yang Lalu Oleh Umar Bin Khattab R.A

Sekarang marak terdengar santer kata “Blusukan”, yang mana kata itu selalu dihubungkan dengan Gubernur Jakarta, Joko Widodo. Pengertian blusukan menurut info yang didapatkan lewat googling artinya keluar masuk di tempat yang jarang dilewati atau didatangi. Sesuai dengan pengertian di atas, maka dapat diartikan Jokowi aktif berkunjung ke tempat-tempat yang belum pernah atau dikunjungi, untuk mengunjungi rakyatnya, mendengarkan keluhan mereka.
Menilik dari sejarah islam, tentu kita yang muslim pernah mendengar beberapa kisah yang mengetarkan, tauladan yang baik bagi seorang pemimpin, tentang Khalifah Umar Bin Khattab yang menyamar berkeliling dari desa ke desa, kampung ke kampung, kota ke kota, baik sendiri atau ditemani pembantu beliau, untuk melihat keadaan rakyatnya. Itu mirip blusukan yang dilakukan oleh Jokowi.

Tentang blusukan Khalifah Umar bin Khattab sering kita dengar lewat ceramah-ceramah para ustad atau kita baca lewat buku-buku. Di antara kisah blusukan Khalifah Umar bin Khattab yang terkenal adalah ketika beliau melihat seorang ibu yang membakar kayu bakar sedang memasak makanan di dalam panci, tapi anehnya makanan yang dimasak tidak jadi-jadi. Sedangnya anak-anaknya selalu menanyakan tentang makanan tersebut, sudah masak apa belum. Akhirnya karena kelamaan menunggu anak-anaknya pun tertidur.

Singkat cerita Umar bin Khattab penasaran dengan ibu tersebut, mengapa memasak makanan, tapi tidak jadi-jadi. Akhirnya beliau mendatangi sang ibu. Setelah dilihat, panci yang dimasak ibu tersebut berisi batu. Umar-pun menanyakan mengapa ia merebus batu? Si ibu pun menceritakan keadaannya yang tidak mempunyai makanan. Jadi untuk menenangkan anak-anaknya, terpaksa ia pun merebus batu, agar dikira anak-anaknya sedang memasak makanan. Si ibu juga mengeluh tentang kepemimpimnan Khalifah Umar bin Khattab yang tidak mau memperhatikan keadaannya. Tanpa sadar ibu tersebut berhadapan dengan sang khalifah.
Mendengar keluhan itu, keluhan seorang rakyat kepada pemimpinnya, segera Umar bin Khattab pergi ke baitul mal untuk mengambil sekarung gandum untuk diserahkan kepada ibu yang malang tersebut. Saat hendak memikul karung berisi gandum tersebut, pembantu beliau menawarkan untuk memikul karung tersebut. Umarpun bersikeras bahwa ia sendiri yang memikul karung gandum tersebut dan berkata kepada pembantunya, “Apa kamu mau memikul dosaku di hari kiamat nanti.”
Akhirnya, Umarpun memikul dan membawa sekarung gandum tersebut kehadapan ibu tersebut. Bahkan beliau sendiri yang memasaknya, untuk dihidangkan kepada si ibu dan anak-anaknya. Melihat kebaikan orang yang dihadapannya tersebut sang ibu-pun berkata, “Pantasnya kamu yang menjadi Khalifah. Kamu lebih baik dari Umar bin Khattab.” Ibu tersebut tidak menyadari bahwa orang yang membawakan sekarung gandum dan memasakkan makanan untuk ia dan anak-anaknya tersebut adalah khalifah sendiri, Umar bin Khattab.
Itulah salah satu cerita blusukan Umar bin Khattab yang menggetarkan hati yang patut ditiru oleh para pemimpin bangsa sekarang. Masih banyak cerita-cerita blusukan Umar bin Khattab lainnya yang patut diteladani oleh kita semua.

Jadi kepemimpinan dengan cara blusukan telah diajarkan oleh salah satu Khulafaur-Rasyidin, yang namanya sampai kini masih menggetarkan dunia, kebanggaan umat islam, penakluk kota suci Palestina, orang kedua yang dicinta Rasulullah setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, pembeda antara yang hak dan batil, Umar bin Khattab.

Tentunya blusukan ala Umar bin Khattab jauh lebih baik dan mulia dari blusukan Jokowi. Karena blusukan beliau bukan didasari pencitraan atau mencari simpati, blusukan beliau didasari ketakutan kepada Allah SWT dan didasari ketakutan akan hisab akan kepemimpinan beliau di dunia.


Ferry

No comments: