Ilusi Kekuasaaan dan Bahayanya
Islam memandang dunia ibarat hiburan, bukan tujuan utama. Termasuk kekuasaan yang sementara
KEKUASAAN seringkali menjadi impian banyak orang karena merasa segalanya bisa Ia kendalikan. Lihatlah bagaimana Firaun begitu menjadikan dirinya layaknya Tuhan, karena merasa yang paling berkuasa, dan semua tunduk dibawah kuasanya.
Firaun begitu mudahnya mengeluarkan kebijakan pembunuhan massal demi mempertahankan kekuasaanya dari laki-laki yang kelak akan merebutnya, menurut pembisiknya, para peramal.
Firaun melihat kekuasaannya akan mengantarkan pada kekuasaan sutuhnya, tanpa pernah mengalami kehancuran. Berlaku angkuhlah Firaun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (Al-Qashas:39).
Pada masanya yang telah habis, Fir’aun karena kesombongannya ditenggelamkan oleh Allah, Penguasanya manusia dan alam semesta. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah:50).
Bagaimana pula kisah Abu Lahab, salah satu pemimpin Makkah yang disegani kala itu. Abu Lahab tidak bisa menerima kebenaran yang dibawa Muhammad. Gagasan tentang Islam yang menggantikan agama jahiliyah, warisan nenek moyang mereka,sama sekali tidak menyenangkan hatinya, hingga membenci seluruh keluarga, pengikut dan aktifitas dakwah Muhammad.
Kisah permusuhannya yang sangat diabadikan dalam salah satu surat Al Quran, surat Al-Lahab, yang menceritakan tentang kebinasaan Abu Lahab dan istrinya. Abu Lahab meninggal 7 hari pasca-perang Badar karena sakit parah, seperti Tha’un, yang mereka sebut dengan al-Adasah. Setelah mati, jasadnya tidak diurusi selama 3 hari, hingga berbau.
Ketika mereka merasa khawatir bisa membahayakan, mereka menggali tanah, lalu mayat Abu Lahab dimasukkan lubang dengan kayu. Setelah masuk, mereka mengubur dengan melempari kerikil dan tanah dari kejauhan ke dalam kuburan sampai semua terkubur, karena mereka tidak kuat dengan baunya.
Pelajaran berharga berikutnya adalah dari seorang Mustafa Kemal Attaturk, yang bertindak begitu radikal menghancurkan peradaban Islam.
Seorang Presiden Republik Turki yang kemudian menetapkan ideologi Negara menganut paham sekularisme, yang sebelumnya menggunakan ideologi Islam.
Atas dasar sekulerisme radikalnya, dia mengambil kebijakan dzalim dengan mengebiri aturan Islam, seperti tidak ada lagi jabatan kekhalifahan, mengganti hukum-hukum Islam dengan hukum-hukum sekuler, menutup beberapa masjid dan madrasah, mengubah adzan ke dalam bahasa Turki, melarang pendidikan agama di sekolah umum, melarang kerudung bagi kaum wanita dan pendidikan terpisah, mengganti naskah-naskah bahasa Arab dengan bahasa Roma, pengenalan pada kode hukum Barat, pakaian, kalender, serta Alfabet hingga mengganti seluruh huruf Arab dengan huruf Latin.
Kebijakannya menjadikan Turki sebagai Republik Sekuler yang sangat anti terhadap dakwah Islam. Saat berkuasa, Kemal Attaturk pernah menggantung tiga puluh ulama.
Menurut beberapa sumber, kehidupan Kemal berakhir menyedihkan. Dr. Abdullah ‘Azzam dalam buku ‘Al Manaratul Mafqudah’, menjelaskan detik-detik menjelang ajal sang hina Mustafa Kemal Attaturk.
Menurutnya, sebuah cairan berkumpul di perutnya secara kronis. Ingatannya melemah, darah mulai mengalir dari hidungnya tanpa henti. Dia juga terserang penyakit kelamin (GO). Untuk mengeluarkan cairan yang berkumpul pada bagian dalam perutnya (ascites), dokter mencoblos perutnya dengan jarum.
Perutnya membusung dan kedua kakinya bengkak. Mukanya mengecil. Darahnya berkurang sehingga Mustafa pucat seputih tulang.
Baca: Imam al-Ghazali tentang Kekuasaan dan Memilih Pemimpin
Dalam Kitab Al-Jaza Min Jinsil Amal Karangan Syeikh Dr. Sayyid Husien Al-Affani disebutkan, walaupun Attaturk dikelilingi para dokter, namun penyakit kanker hatinya baru di ketahui pada tahun 1938 padahal dia telah merasakan pedihnya penyakit tersebut sejak 1936.
Pada Kamis tanggal 10 Oktober 1938, Kamal Attatruk mengalami sakaratul maut sebulan lamanya yang tidak ada satupun dari pembantu dan para dokternya yang berani mendekatinya ketika itu.
Manusia, bagaimanapun tidak memiliki cukup waktu untuk merasakan pengalaman setiap orang, maka sesungguhnya pengalaman orang lain cukuplah memberi banyak pelajaran.
Al Quran pun diturunkan Allah penuh kisah-kisah yang begitu banyak memberi pelajaran berharga, termasuk bagaimana kekuasaan manusia tidak akan memberi kemuliaan apapun selama tidak dilandasi dengan takwa.
Kekuasaan seringkali memberi ilusi tentang kekuatan manusia, seolah-olah mereka akan bisa berbuat segalanya untuk mendapatkan kekuasaan seutuhnya. Realitasnya tidaklah seperti itu. Semuanya akan berakhir, cepat atau lambat, maka manusia hanya bisa mengupayakan, apakah akan berakhir baik atau buruk.
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah SHalallahu ‘Alaihi Wassallam telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau mengingatkan fitnah dunia dan wanita. Beliau bersabda dalam haditsnya. “Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi bersabda: ”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israel disebabkan wanita.”(HR Muslim) (Dalam At-Taghaabun 14-15).
Islam memandang dunia (apalagi cuma kekuasaan yang sebentar) ibarat hiburan saja, bukan tujuan utama.
وَمَا هَـٰذِهِ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَهۡوٌ۬ وَلَعِبٌ۬ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَ لَهِىَ ٱلۡحَيَوَانُۚ لَوۡ ڪَانُواْ يَعۡلَمُونَ (٦٤)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” [QS. Al-Ankabuut (29): 64]
Karenanya bagi orang-orang yang beriman, kebaikan hanya bisa diraih dengan takwa. Maka yakinlah, tak akan pernah ada kebaikan dan kemuliaan, selama kekuasaannya hanya digunakan untuk mengebiri hukum syariat, menekan orang-orang beriman, memusuhi ulama, menghalangi dakwah bahkan membubarkan ormas Islam. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.*/Tari Admojo, tinggal di Salatiga
No comments:
Post a Comment