Sikap Keras KH Asad Syamsul Arifin Terhadap PKI
Setelah tragedi pemborantakan 1948, PKI kembali melancarkan aksinya pada 1965. Saat itu, para ulama khususnya dari kalangan NU mempunyai peran penting dalam menumpas gerakan 30 September itu. Salah satunya KH R As’ad Syamsul Arifin, ulama dan pahlawan nasional yang membesarkan Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo.
Dalam buku KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Hasan Basri menjelaskan bahwa kala itu Situbondo juga dilanda aksi-aksi sepihak PKI dan selanjutnya kontra aksi pengganyangan oleh kaum santri.
Sebagai ulama senior yang kala itu menjabat sebagai Syuriah NU Cabang Situbondo dan juga sebagai penasehat pribadi Perdana Menteri Idham Chalid, Kiai As’ad saat itu selalu mengadakan kontak dengan Jakarta untuk mendapatkan konfirmasi yang benar terkait dengan situasi politik nasional.
Ketika peristiwa berdarah G30S/PKI meletus, kekuatan NU terbilang sangat solid. Hampir seluruh ulama NU di persada Indonesia menjadi rujukan dan legitimasi bagi penumpasan antek-antek PKI, termasuk Kiai As’ad.
Menurut keterangan saksi hidup di Situbondo, peran Kiai As’ad saat itu sangat menentukan. Hampir semua gerakan penumpasan baik oleh ABRI maupun gerakan anti PKI, terlebih dahulu mendapat konfirmasi dari Kiai As’ad
Kiai As’ad mengutuk PKI yang selalu menjadi biang kerok pemberontakan. “Semua ini ulah PKI. PBNU harus mendesak pemerintahan agar membubarkan PKI,” kata Kiai As’ad dikutip dari buku KHR As’ad Syamsul Arifin: Riwayat Hidup dan Perjuangannya, Jumat (25/9).
No comments:
Post a Comment