Lima Kaum yang Dimusnahkan Allah

Inilah Lima  Kaum yang Dimusnahkan Allah
wiki
Kaum Sodom dan Gomorah (Amora), dua kota besar yang dimusnahkan oleh Allah karena dosa-dosa penduduknya berupa "hujan belerang dan api" dari langit
DALAM sejarah manusia, terdapat kaum yang selalu menentang perintah Allah. Bahkan pertentangannya sangat berlebihan sehingga Allah memusnakan mereka. Diantara kaum yang dimusnahkan Allah antara lain:

Kaum Nabi Nuh

Kaum pertama yang dibinasakan secara massal oleh Allah adalah kaum Nabi Nuh. Allah memusnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan mereka.

Mereka adalah kaum yang durhaka dan tidak mau mengikuti seruan nabi Nuh. Padahal ada yang meriwayatkan usia Nabi Nuh mencapai 900 tahun.

Selama itu, mereka yang ikut Nabi Nuh Alaihi salam hanya berjumlah puluhan saja. Bahkan istri dan anak Nabi Nuh juga tidak mau mengikuti seruannya.

Lalu Nabi Nuh berdoa akan disegerakan hukuman bagi kaumnya. Allah lalu menurunkan hujan yang sangat deras dan mata air yang memancar dari bumi hingga terjadi banjir dahsyat.

Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur. Banjir itu telah menenggelamkan sedikitnya empat kota masyarakat Sumeria kuno, yakni Ur, Erech, Shuruppak dan Kish.

Sedang kaum Nabi Nuh yang shalih dan binatang di selamatkan Allah di dalam kapal besar. Dalam Al-Quran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengangkut masing-masing hewan sepasang (jantan dan betina) ke dalam bahteranya (Hud [11]: 40).

Kaum ‘Aad

Mereka adalah kaum Nabi Hud Alaihissalam. Mereka tinggal di tempat yang bernama “Al Ahqaf” terletak di utara Hadaramaut, antara Yaman dan Umman. Nabi Hud diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, untuk menyembah dan beriman kepada Allah serta tidak menyekutukannya.

Namun, umatnya justru menanggapi dengan rasa permusuhan. Bahkan mereka menganggap Nabi Hud sebagai manusia biasa yang tidak mempunyai kemampuan atau kelebihan apa pun dibandingkan mereka. Nabi Hud dianggap sebagai pembohong, bodoh, dan telah mengubah kebiasaan yang telah dilakukan oleh para leluhurnya terdahulu. (Hud [11]: 50).

Selama bertahun-tahun Nabi Hud menyampaikan dakwah, kaumnya tetap saja membangkang dan menolaknya. Hal ini direkam dalam Surat al-Mu’minun [23]: 33-37.

Karena kaum ‘Ad ini tetap saja enggan menerima dakwah Nabi Hud, maka Allah menimpakan adzab kepada mereka. Dalam al-Qur’an dijelaskan, kehancuran kaum ‘Ad disebabkan oleh angin topan yang dahsyat dan berlangsung selama tujuh malam delapan hari.

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا۟ بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ
سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

فَهَلْ تَرَىٰ لَهُم مِّنۢ بَاقِيَةٍ

Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka.” (Surat al-Haaqqah [69]: 6-8).

Kaum Tsamud

Kaum Tsamud adalah kaum yang mengingkari ajaran Nabi Shalih. Kaum ini pernah melakukan sayembara untuk membunuh Nabi Shalih. Namun atas kebesaran Allah, Nabi Shalih terselamatkan.

Kemudian Allah memberikan unta yang keluar dari batu sebagai mukjizat atau keajaiban tanda kerasulan Nabi Shaleh untuk Kaum Tsamud. Namun, mereka malah membunuh unta tersebut. Lalu menantang kedatangan adzab buat mereka.

Tantangan itu dijawab Allah dengan menimpakan gempa atas mereka (al-A’raaf [7]: 78). Pada ayat lain dikatakan, Allah juga mengirimkan bencana petir yang dahsyat.

وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَٰهُمْ فَٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْعَمَىٰ عَلَى ٱلْهُدَىٰ فَأَخَذَتْهُمْ صَٰعِقَةُ ٱلْعَذَابِ ٱلْهُونِ بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada petunjuk, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (Quran Surat Fushilat [41]: 17)

Demikian dahsyatnya bencana yang Allah timpakan itu sehingga tiada seorang pun kaum Tsamud yang tersisa. (Hud [11]: 68).

Yang menakjubkan, meski petir yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud namun bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh oleh Allah. Ini tak lain agar menjadi bukti bagi kita, kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan karena kekafiran mereka.

Kaum Sodom

Mereka adalah kaum Nabi Luth as yang telah diberikan kelebihan pengetahuan di masanya. Akan tetapi, mereka melakukan tindakan keji yaitu homoseksual atau hubungan seksual sesama jenis.

Ketika Luth menyeru untuk menghentikan penyimpangan tersebut dan menyampaikan peringatan Allah, mereka mengabaikannya, mengingkari kenabiannya, dan meneruskan penyimpangan tersebut. (al-Qamar, [54]: 33-36).

Pada akhirnya kaum ini dimusnahkan dengan bencana yang mengerikan. Mereka dihukum oleh Allah dengan menjungkirbalikkan negeri mereka.

Al-Quran menyebutkan:

فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Surat Hud [11]: 82).

Penelitian arkeologis mendapatkan keterangan, kota Sodom semula berada di tepi Laut Mati (Danau Luth) yang terbentang memanjang di antara perbatasan Israel-Yordania. Dengan sebuah gempa vulkanis yang diikuti letusan lava, kota tersebut Allah runtuhkan, lalu jungkir-balik masuk ke dalam Laut Mati.

Layaknya orang jungkir-balik atau terguling, kerap bagian kepala jatuh duluan, lalu diikuti badan dan kaki. Begitu pula kota Sodom, saat runtuh dan terjungkal, bagian atas kota itu duluan yang terjun ke dalam laut.

Kaum Madyan

Penduduk Madyan adalah orang-orang yang suka berbuat keji, mengganggu orang-orang yang lewat, merampok orang lain di tengah jalan dan berbuat curang dalam perniagaan (al-A`raaf [7]: 85). Ibnu Abbas mengatakan bahwa penduduk Madyan merupakan kaum yang sangat melampaui batas.

Mereka suka berbuat curang tidak hanya dalam takaran (timbangan) dengan cara menguranginya, melainkan juga suka mengambil sesuatu lebih banyak dari yang mereka bayarkan. Tak salah, jika penduduk Madyan itu disebut sebagai kaum yang mula-mula melakukan semua hal itu.

Dengan membawa risalah kenabian sebagai utusan Allah, setelah melihat kaumnya berbuat curang dalam takaran dan mengambil lebih banyak dari yang mereka bayarkan, Nabi Syu’aib pun mengingatkan akan kecurangan tersebut. Di sisi lain, Nabi Syu’aib juga mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah.

Namun mereka tidak mau mendengar seruan Nabi Syuaib untuk menyembah Allah. Mereka malah menuduhnya sebagai tukang sihir dan tukang sulap yang ulung dikarenakan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Syuaib. (Hud [11]: 91).

Ironisnya, mereka menantang Nabi Syuaib untuk menurunkan adzab (hukuman) kepada mereka jika hal itu benar. Setelah Nabi Syuaib berdoa, maka Allah memberi udara yang sangat panas, kering. Kemudian terdapat awan hitam, disangkanya adalah hujan. Ternyata mereka terkena petir dan percikan api dari awan hitam. Kemudian disusul dengan gempa yang bergemuruh.

وَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَأَخَذَتِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ ٱلصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دِيَٰرِهِمْ جَٰثِمِينَ

“Arti: Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.” (Surat Hud [11]: 94).

Allah telah mengabadikan jasad mereka dan tempat tinggal mereka sebagai pelajaran bagi kaum selanjutnya dan kaum yang mau mengambil hikmah.

Demikianlah kisah kaum yang menentang perintah Allah. Mudah-mudahan kisah di atas menjadi pelajaran bagi kita semua.*/Bahrul Ulum, Suara Hidayatullah

No comments: