Saleh Sua’idy: Perjuangan Palestina di Indonesia

Saleh Sua'idy: Perjuangan Palestina di Indonesia

Perjuangan untuk membela rakyat Palestina terus berlanjut pada masa setelah kemerdekaan. Pemimpin-pemimpin Islam –termasuk Indonesia– dan Arab Palestina melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri untuk mendukung Palestina

HAJI Mohd. Saleh Suaidy merupakan ulama yang pernah mendapatkan gelar sebagai Perintis Kemerdekaan Indonesia (1967). Kontribusi beliau dalam ranah kemerdekaan Indonesia tidaklah kecil. Waktu muda pernah aktif di PNI, PSII-Penyadar dan Muhammadiyah di Madura.

Beliau adalah tokoh Al-Irsyad. Pernah menjadi wakil Pemred Majalah Kiblat dan menjadi bagian dari pengurus MUI. Saat memimpin majalah Al-Islah, beliau pernah dipenjara selama 15 hari dan satu tahun karena menulis artikel berjudul “Karam dalam Gelombang Perbudakan.” Beliau juga yang menjadi salah satu pengusul lahirnya Departemen Agama.

Dalam majalah Kiblat No. 14 (XX/1972), ada artikel singkat dan menarik yang ditulis beliau terkait kepedulian umat Islam Indonesia kepada Palestina. Meski terbilang ringkas, namun setidaknya menggambarkan secara global bahwa umat Islam Indonesia tidak pernah absen dalam membela rakyat Palestina untuk mendapatkan kebebasannya.

Sejak Inggris menyalahi janji yaitu: tidak jadi menyerahkan Palestina kepada bangsa Arab pasca Perang Dunia I, maka ini menjadi persoalan dunia. Maka sejak itu pula, umat Islam Indonesia mendukung dan menyokong perjuangan rakyat Arab pada umumnya dan secara khusus rakyat Palestina. Dengan demikian, pembelaan umat Islam sudah diberikan pada zaman kolonial atau sejak sebelum kemerdekaan Indonesia.

Contoh konkretnya adalah Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Saat dipimpin oleh HOS. Tjokroaminoto, H. Agus Salim, W. Wondoamiseno, Abdul Muttalib Sangaji dan lain-lain, baik sifatnya individu maupun kolektif bekerjasama dengan persyerikatan lainnya dalam MIAI, secara konsisten menyuarakan perjuangan rakyat Palestina serta menunjukkan dukungan kepada mereka yang dijajah oleh Zionis Israel.

Pembelaan ini melalui beberapa macam bentuk. Misalnya, muktamar, resolusi, protes, kecaman, tuntutan dalam kongres, pidato, rapat terbuka, penulisan berita dan artikel di berbagai harian Islam dan majalah yang semuanya ditujukan untuk membela perjuangan rakyat Palestina. Penulis mengamati sendiri, di berbagai majalah Islam seperti: Panji Masyarakat, Kiblat, Gema Islam, Al-Muslimun dan lain-lain, secara konsisten memuat berita pembelaan terhadap Palestina.

Perjuangan untuk membela rakyat Palestina terus berlanjut pada masa setelah kemerdekaan. Pemimpin-pemimpin Islam –termasuk Indonesia– dan Arab Palestina melakukan berbagai kunjungan ke luar negeri untuk mendukung Palestina. Dr. Saied Ramadhan dan Sayed Amin Al-Husaini saat berkunjung ke Genewa diberikan kesempatan untuk menjelaskan soal Palestina dan nasib rakyatnya di bawah teror Israel. Semua ini didukung oleh umat Islam Indonesia di Ibu Kota bangkan di daerah-daerah.

Dukungan ini terus diberikan oleh Indonesia misalnya melalui Menteri Luar Negeri yang silih berganti sejak Moh. Roem SH, Soenaryo SH, Ali Sastroamijoyo SH, DR. Ruslan Abdul Gani dan H. Adam Malik dalam segala forum internasional menegaskan bahwa “Pemerintah dan Rakyat Indonesia tetap dan senantiasa mendukung perjuangan Palestina dan bangsa Arab umumnya.

Dukungan ini bukan saja dilakukan oleh para tokoh yang menjabat dalam Pemerintahan, tapi juga di luarnya, seperti: Moh. Natsir, KH. Achmad Syaichu, Marzuki Yatim dan Prof. Kahar Muzakir. Mereka dalam kesempatan dalam negeri maupun luar negeri misalnya konferensi internasional, selalu mendukung dan menyokong perjuangan Palestina. Semua ini menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia sepakat mendukung perjuangan rakyat Palestina.

Bentuk konkret lain dalam upaya mendukung rakyat Palestina adalah didirikannya organisasi atau panitia yang mendukung perjuangan Rakyat Palestina. Itu dimulai sejak zaman MIAI sebelum kemerdekaan, zaman OIAA, OII dan juga panitia penyantun Perjuangan Palestina yang hingga zaman H. Saleh Suaidy hidup masih konsisten mengirimkan bantuan materil dan uang ke Palestina. Meski jumlahnya tidak sebanyak negara Islam lain, namun ini kata H. Suaidy merupakan tanda solidaritas bangsa Indoneisa kepada nasib rakyat Palestina yang dijajah Israel.

Terakhir, H. Saleh Suaidy juga menyebut peran media Islam Indonesia dalam menyuarakan perjuangan mendukung Palestina. Meski tidak ada buletin khusus sebagai pembelaan, namun dalam harian Islam seperti Abadi, dan majalah-majalah Islam seperti KIBLAT, PANJIMAS dan lain-lain hamper setiap terbit memuat artikel perjuangan rakyat Palestina.

Itulah poin-poin yang bisa diangkat dari tulisan H. Saleh Suaidy mengenai pembelaan dan perjuangan umat Islam Indonesia untuk rakyat Palestina. Yang bisa disimpulkan dari tulisan ringkas beliau adalah. Pertama, sejak sebelum kemerdekaan atau zaman kolonial, umat Islam Indonesia konsisten dalam membantu dan mendukung perjuangan rakyat Palestna.

Kedua, dukungan itu tetap berlanjut bahkan saat kemerdekaan. Menariknya, itu dilakukan secara konsisten oleh pejabat Pemerintah dan non-Pemerintah. Ketiga, terus berusaha memberikan bantuan konkret materil dan moril kepada rakyat Palestina. Keempat, dukungan melalui media massa Islam yang secara istiqamah dijalankan dengan segala kamampuan yang dimiliki. Kelima, ternyata dari dulu, umat Islam dalam hal Palestina sepakat mendukung.

Tulisan ini akan penulis tutup dengan salah satu pidato Natsir yang dimuat majalah Kiblat tahun 1969 yang berjudul “Masjidil Aqsha Tanah Air Rohanijah Ummat Islam Seluruh Dunia”. Di antara isinya:

“Kita menghadapi persoalan ini bukanlah semata2 sebagai persoalan Islam. Kita menghadapi soal perikemanusiaan jang lebih universil, djangan disangka bahwa kalau kita berbuat apa jang diusulkan oleh Panitia tadi itu dengan menjumbangkan sedikit harta benda kita, djangan disangka bahwa kita akan miskin lantaran itu. Pertjajalah kepada kerahiman Allah swt. Allah swt tidak akan memiskinkan orang jang berbuat baik. Apalah artinya djikalau kita menjumbangkan masing-masing sekedar apa jang dapat kita sumbangkan itu. Bagi kita tidak akan memiskinkan jang demikian itu tidak akan memelaratkan ummat Islam Insja Allah. Satu rupiah jang dikirimkan ke sana atas nama ummat islam jang ada di indonesia itu effek psychologisnja effek mentalnja, bukan main hebatnja,” demikian isi tulisanya.*/Mahmud Budi Setiawan

Rep: Insan Kamil
Editor: -

No comments: