Kisah Perjalanan Sayyidina Husain ke Karbala, Bergabungnya Zuhair bin Qain
Pada Jumat, 18 Dzulhijjah 60 H, Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib as (cucu Rasulullah SAW ) dan rombongan bermalam di Dzatul 'Irq, dalam perjalanan menuju ke Karbala. Ini adalah sebuah persinggahan yang digunakan oleh para jamaah haji dari Irak untuk memulai ihram. Persinggahan ini dikenal sebagai pembatas antara Tuhamah dan Najd.
Tatkala pagi tiba, Zainab binti Ali bin Abi Thalib yang ikut dalam caravan Husein as menjumpai saudarana seraya berkata, "Wahai saudaraku! Saya keluar dari kemah di pertengahan malam dan mendengar suara penyeru yang menyenandungkan dua bait syair berikut ini:
Hai mata, menangislah dengan penuh sedih; siapakah yang akan menangisi syuhada ini setelahku.
Menangislah atas kaum yang telah dibimbing oleh kematian ini; sehingga mereka menepati janji yang telah diikat terhadap Allah.
Mendengar itu, Husain as membesarkan hati saudara perempuan beliau dan mengajaknya supaya bersabar.
Sekadar mengingatkan, Zainab adalah putri Ali bin Abi Thalib dan ibunya Sayidah Fatimah , Zainab namanya yang paling terkenal yang dalam bahasa Arab berarti pohon yang indah dipandang dan harum dan makna lainnya adalah "Zein Ab" yaitu hiasan (bagi) ayah.
Sayidah Zainab lahir di kota Madinah pada 5 Jumadil Awal 5 H. Di Iran, hari kelahirannya ini diperingati sebagai "Hari Perawat".
Berdasarkan beberapa riwayat, penamaan Sayidah Zainab dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Syarif al-Qurasyi dalam bukunya berjudul "As-Sayidah Zainab" menyebut bahwa malaikat Jibril atas perintah Allah SWT datang dan memberikan nama tersebut kepada Nabi SAW.
Dalam buku al-Khashāish al-Zainabiyah karya Jazairi dimuat bahwa Nabi SAW menciumnya dan bersabda, "Aku berwasiat kepada umatku yang hadir dan yang gaib untuk menjaga kehormatan anak perempuan ini. Karena sesungguhnya dia (bagiku) bagaikan Khadijah al-Kubra.
Sayidah Zainab mempunyai banyak gelar, seperti Aqilah bani Hasyim, Ālimah Ghairu Mu'allamah, Ārifah, Muwatsaqah, Fādilah, Kāmilah, Ābidatu Āli 'Ali, Ma'sumah Sughrā, Āminatullah, Nāibatu az-Zahra, Nāibatu al-Husain, Aqilatu an-Nisa, Syarikatu as-Syuhadā, Bālighah, Fashihah dan Syarikatu al-Husain.
Seorang peneliti berkata, "Di antara gelar-gelar Sayidah Zainab adalah Ar-Radhiyah bil Qadri wal Qadha yaitu ridha atas ketentuan qadha dan qadar Ilahi.
Menurut sebagian riwayat, Zuhair bin Qain bergabung dengan Husein as di persinggahan ini. Husein as berkata kepada saudara perempuan beliau, Zainab Kubra di persinggahan ini, "Hai Saudariku! Segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti akan terjadi."
Zuhair bin Qain
Zuhair bin Qain adalah seorang pembela setia Utsman bin Affan. Pada tahun itu, ia melaksanakan ibadah haji dan sedang dalam perjalanan menuju Kufah. Zuhair sangat tidak senang apabila berhenti di sebuah tempat bersama Husain as.
Akan tetapi, di persinggahan ini, ia terpaksa harus berhenti sekalipun Husain as juga berhenti di tempat itu. Ketika Zuhair sedang sibuk menyantap makanan bersama teman-teman seperjalanan, Husain as mengundangnya untuk datang ke kemah beliau. Akan tetapi, Zuhair acuh tak acuh.
Istri Zuhair berkata kepadanya, "Maha suci Allah! Putra Rasulullah memanggilmu dan kamu tidak memenuhi panggilannya."
Akhirnya, Zuhair pergi menjumpai beliau dengan terpaksa. Akan tetapi, ketika kembali dari kemah Husain as, Zuhair sangat bahagia seraya berkata kepada teman-teman seperjalanan, "Saya akan bergabung dengan Husain. Barang siapa hendak membantu putra Rasulullah, hendaklah ia ikut bersamaku. Dan barang siapa tidak ingin bersama kami, maka saya akan berpisah darinya."
Al-Dinawari dalam kitab "Al-Akhbar al-Thawal" menyebutkan seusai berpamitan kepada istri, Zuhair menyampaikan kepada rombongannya, "Barang siapa yang ingin meraih kesyahidan hendaknya ikut denganku, kalau tidak maka kalian boleh pergi dan ini adalah perjumpaan terakhir kita."
Zuhair menceritakan kenangan kepada mereka dan berkata, "Dulu waktu ikut perang di Balanjar dan akhirnya meraih kemenangan lalu mendapat banyak harta rampasan, kita begitu gembira.
Dalam Tarikh al-Thabari juga disebutkan Salman al-Farisi –di sebagian referensi disebutkan Salman al-Bahili-- yang saat itu bersama kita berkata: "Suatu saat, ketika bersama Penghulu Pemuda dari keluarga Muhammad SAW (Imam Husain as) dapat bertempur dan mati bersamanya, kalian harus lebih senang dibanding mendapat harta rampasan ini."
Sebagian referensi menyebutkan, Salman bin Mudlorib, sepupu Zuhair, mengikutinya untuk bergabung dengan pasukan Husain as. Bergabungnya Zuhair ini oleh Rasul Ja'fariyan dalam "Athlas Syiah" disebutnya pada hari Senin, 21 Dzulhijjah 60 Hijriah.
Zuhair bin Qain syahid beberapa hari sebelum terjadi Tragedi Karbala dan gugur syahid di hari Asyura (10 Muharram 61 H/681). Di kota Kufah dan kaumnya, Zuhair bin Qain al-Bajali tergolong orang yang terhormat dan pemberani. Karena banyak andil dalam pertempuran dan penaklukan, ia berhasil meraih kedudukan tinggi.
Setelah bertemu dengan pasukan al-Hurr, di peristirahatan bernama Dzu Husam, Husain as menyampaikan sebuah khutbah. Setelah menyinggung tentang perubahan dunia, kebatilan yang melanda masyarakat, dan sepelenya kehidupan duniawi, ia menyampaikan, "Tidakkah kalian saksikan?! Kini kebenaran sudah tidak dijalankan dan kebatilan tidak dielakkan. Seorang mukmin harus selalu memperjuangkan kebenaran dan rindu berjumpa dengan Allah SWT. Bagiku, kematian tak lain adalah kesyahidan, sementara kehidupan hanyalah hal sepele dan tak berarti."
Setelah Husain as selesai berkhutbah, Zuhair adalah orang pertama yang menyatakan siap menjalankan segala perintah Husain as. Ia berkata: "Wahai putra Rasulullah, kami telah mendengar ucapanmu. Demi Allah! Seandainya kami bisa hidup abadi di dunia dan memiliki segala fasilitas, kami tetap memilih berjuang bersamamu." Menanggapi hal itu, Husain as mendoakan kebaikan baginya.
Istri Zuhair tidak meninggalkannya dan hingga kesyahidan Zuhair, ia masih setia bersama karavan Husain. Setelah Zuhair gugur syahid, Husain as berkata, "Wahai Zuhair! Semoga Allah tidak menjauhkanmu dari rahmat dan inayah-Nya. Semoga Dia melaknat para pembunuhmu bak kaum Bani Israil yang telah diganti wajah mereka menjadi kera dan babi."
(mhy)Miftah H. Yusufpati
No comments:
Post a Comment