Cucu Habib Empang, Pengibaratan Babi, dan Singa
Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai ‘santri’ yang luar biasa menghormati guru-gurunya. Sebagaimana diceritakan Habib Zen bin Umar bin Smith (wafat 2022) dalam bukunya kumpulan ulama dzuriyat Rasulullah, Habib Empang sampai menginap di rumah guru-gurunya demi menyerap ilmu, akhlak, dan keimanan. Kemudian hijrah ke Nusantara hingga memutuskan tinggal di Bogor dekat dengan istana Bogor. Di sana dia mendakwahkan Islam dengan penuh kearifan.
Sebagaimana tradisi habaib pada umumnya, Habib Empang menggelar majelis di Masjid an-Nur di depan kediamannya. Di sana dia bersama jamaahnya membaca shalawat dan berdzikir. Kemudian mengaji kitab turats. Jika ada warga datang kepadanya, maka Habib Empang pasti akan menemuinya dan menyambutnya dengan hangat. Begitulah kebiasaan ulama sejak dulu.
Dalam perkembangan dakwahnya, Habib Empang dianggap sebagai tokoh yang melawan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Dia kemudian ditangkap. Leher dan kakinya dirantai. Namun demikian, orang-orang tetap mengunjungi Habib Empang yang dikurung di dalam tahanan.
Kemudian ada seorang komandan Hindia Belanda yang menangkapnya mengalami sakit parah. Sudah berobat kemana-mana, tapi tidak sembuh. Akhirnya dia datang ke Habib Empang mengeluhkan rasa sakit yang diderita dan meminta obat penawar. Habib Empang berpesan kepadanya, kalau mau sembuh maka copot rantai ini dan ikatkan ke badan si komandan. Entah bagaimana, si komandan melakukan itu. Dia ikatkan rantai ke leher dan kakinya layaknya tahanan. Namun anehnya, beberapa waktu kemudian dia sembuh dari segala penyakit.
Habib Empang pun dibebaskan. Si komandan Hindia Belanda segan terhadap Habib Empang, sehingga membiarkannya berdakwah hingga akhir hayat.
Cucu Habib Empang
Tantangan berdakwah ternyata juga dialami cucu Habib Empang, yaitu Prof Muhammad Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas di Malaysia. Ketika memimpin International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Malaysia, dia ‘disindir’ oleh pejabat Malaysia. Kata si pejabat itu, ISTAC ini mahasiswanya sedikit tapi menghabiskan banyak anggaran, kalah dengan kampus lain yang mengeluarkan anggaran lebih hemat tapi menghasilkan banyak mahasiswa seperti babi-babi.
No comments:
Post a Comment